Telko.id – Berdasarkan data terbaru dari East Ventures, venture capital lokal, terdapat penurunan jumlah bisnis startup sebesar 23%. Meskipun demikian, tren startup dinilai masih akan menguat seiring dengan semakin banyaknya minat investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan-perusahaan startup, asalkan kinerjanya positif.
Nah di saat startup mulai tumbuh positif dan membesar, mereka akan berubah menjadi UKM. Di saat transisi inilah akan muncul berbagai bentuk krisis identitas. Dari yang awalnya pendirinya terjun langsung dalam segala keputusan, tentunya saat perusahaan semakin besar, dia perlu memberikan kepercayaannya pada timnya.
Tahap ini merupakan tahapan di mana karakteristik kepemimpinan, yang awalnya merupakan aset bagus, menjadi liabilitas. Melakukan transisi mungkin membutuhkan pergeseran gaya memimpin, tentu tanpa mengorbankan idealisme dan brand, atau bahkan melakukan peran berbeda.
Bisnis baru bertahan dengan optimisme dan keterlibatan pendirinya. Saat entrepreneur ada di tahap ini, mungkin memiliki prototipe, atau satu dua orang pelanggan, dan masih mencari pasar yang tepat, mereka masuk dalam golongan startup. Di tahap ini, antusiasme kepemimpinan dan kekuatan idelah yang menarik orang-orang dan memajukan mereka. Pendiri juga memainkan berbagai peran, dan cenderung terlibat langsung di tiap aspek operasional sehari-hari.
Namun akan ada saatnya bisnis ini tumbuh cukup besar sehingga tidak bisa lagi beroperasional seperti sebelumnya. Saat pelanggannya masih beberapa dan perusahaan mengenal basis pelanggan yang cukup besar untuk menelusurinya di cloud, atau saat bisnisnya masih berskala, berarti bisnis tersebut sudah bergeser menjadi UKM.
Seringkali optimisme dan keinginan untuk mengatur tiap aspek bisnis secara langsung menjadi liabilitas pendiri dan perusahaan. Saat itu, perusahaan perlu menciptakan proses dan prosedur formal. Perusahaan perlu mengatur tenaga kerja yang semakin besar, yang mungkin mencakup kantor-kantor cabang atau bahkan pekerja mobile. Ada terlalu banyak hal yang harus dipikirkan pendiri untuk mengambil keputusan ataupun melibatkan diri dalam operasional.
Meskipun optimisme tetap harus dijaga, ini saatnya mengembangkan sesuatu untuk menyeimbangkan antusiasme di fase startup. Pemimpin juga perlu mengenai kerapuhan perusahaan sebelum menjadi terlalu besar untuk ditangani, dan bersedia mengambil beberapa keputusan yang sulit. Hal-hal yang dilakukan saat transisi menjadi UKM akan berbuah konsekuensi dua tahun kemudian, saat UKM menjadi enterprise.
“Teknologi bisa membantu bisnis melakukan transisi tersebut, dan menjaga keoptimisan serta budaya yang efektif,” kata Reggie Bradford, Senior Vice President, Oracle, Startup Ecosystem & Accelerator.
Bradford menambahkan bahwa pemimpin tidak bisa berkomunikasi dengan pegawainya secara langsung tiap saat, mereka bisa menggunakan channel online untuk menjaga jalur komunikasi di perusahaan, dari atas ke bawah. Meeting melalui konferensi video yang memungkinkan pegawai di tempat berbeda untuk tetap hadir bisa menjaga kekompakan di dalam perusahaan.
Dengan menggunakan cloud untuk bantu menganalisa data dan mendapatkan wawasan bisa jadi sangat penting di tahap ini. Memiliki informasi melalui cloud memungkinkan pemimpin untuk mengevaluasi pasar, peluang, dan keputusan dengan kepercayaandiri yang lebih besar. Pemimpin akan lebih antuasias dengan bisnisnya jika bisa mengambil keputusan yang solid dan berdasarkan data.
Lebih penting lagi, transisi ini adalah saatnya pemimpin perlu mengenali kelemahannya sendiri. Hanya sedikit orang yang bisa sukses melakukan transisi dari seorang pendiri startup menjadi CEO perusahaan publik. Kemampuan yang dibutuhkan sangatlah berbeda. Pemimpin perlu menambahkan orang-orang ke dalam tim yang lebih pintar dari pemimpinnya, yang memiliki lebih banyak pengalaman melalui transisi seperti ini.
Ini semua mungkin tidak mudah untuk dilakukan. Mungkin sulit untuk mundur dari peran seorang pengambil keputusan. Tapi saat menurunkan pengambilan keputusan di perusahaan, mempercayai orang-orang untuk menyelesaikan pekerjaan, dan mempercayakan tim untuk mendukung perusahaan, adalah hal-hal yang bisa mendorong keberhasilan suatu UKM. Mengambil keputusan yang tepat, menggunakan teknologi yang tepat, dan mengakui keterbatasan diri pemimpin, akan menghasilkan budaya dan perusahaan yang bisa sukses untuk waktu yang lama. (Icha)