Telko.id – Untuk mendukung generasi muda dalam mewujudkan ide aplikasi bermanfaat bagi masyarakat luas, Microsoft kembali menghadirkan kompetisi Imagine Cup. Putaran final tingkat nasional dari kompetisi yang ditujukan khusus bagi pelajar dan mahasiswa berbakat Indonesia tersebut diselenggarakan di @America, Pacific Place Jakarta hari ini, dengan diikuti 9 tim developer muda yang bersaing ketat untuk membuktikan kehebatan berbagai aplikasi ciptaan mereka.
Aplikasi-aplikasi yang ditampilkan pada Imagine Cup 2016 begitu beragam. Mulai dari aplikasi ‘IMS+’ yang mampu memonitor pasien rawat inap rumah sakit dengan mendeteksi cairan infus dan mengingatkan jadwal minum obat, aplikasi ‘Froggy the Pesticide’ – sebuah game interaktif yang mengajarkan pengguna tentang bahaya pestisida dan manfaat biopestisida, hingga aplikasi ‘TaniHub’ – sebuah platform e-commerce yang memudahkan para pengguna untuk berbelanja sayur dan buah-buahan segar dengan menghubungkan pengguna langsung kepada para petani. Menariknya, tahun ini Imagine Cup menerima lebih banyak ide aplikasi yang berkaitan dengan bisnis dan kewirausahaan.
Membuka konferensi pers Imagine Cup 2016, Andreas Diantoro, President Director, Microsoft Indonesia mengatakan, “Kini pola berpikir generasi muda telah semakin kreatif dan solutif – dua fondasi kuat untuk menjadi entrepreneur masa depan. Ditambah dengan penguasaan teknologi di era yang serba digital, kami yakin kelak generasi muda pun dapat menjadi technopreneur handal yang mampu membangun Indonesia ke arah yang lebih baik.”
Sekadar informasi, tahun ini merupakan tahun ke-11 penyelenggaraan Imagine Cup di Indonesia dengan peningkatan jumlah peserta yang cukup signifikan setiap tahunnya. “Kompetisi Imagine Cup terus berhasil membuktikan bahwa aplikasi inovatif yang dikembangkan oleh para developer muda dapat menghadirkan solusi nyata bermanfaat yang mampu menangani berbagai tantangan masyarakat saat ini. Oleh karena itu, Microsoft terus membina dan mendukung para developer muda di Indonesia melalui ajang Imagine Cup agar dapat meningkatkan kapasitas diri serta jiwa kewirausahaan mereka,” ujar Anthonius Henricus, Developer Experience & Evangelism Director, Microsoft Indonesia.
Imagine Cup juga telah melahirkan developer muda yang sukses mengembangkan aplikasi mereka dan digunakan oleh beberapa jenis usaha. seperti, CAKRA dan Radya Labs. CAKRA merupakan pemenang Imagine Cup Indonesia 2014 kategori world citizenship yang sukses mengembangkan aplikasi terapi autis dengan teknologi interaktif. Aplikasi ini telah digunakan oleh kurang lebih 2.000 pengguna yang berasal dari 78 kota di Indonesia dan 6 negara lainnya. Sementara itu, Radya Labs merupakan pemenang Imagine Cup Indonesia 2010 kategori software design yang telah sukses menjadi sebuah startup di bidang pengembangan perangkat lunak mobile. Radya Labs berhasil membuat beragam aplikasi untuk startup maupun korporasi besar seperti Telkom, Indosat, Telkomsel, Java Jazz Festival, dan D’COST Seafood Restaurant. Mereka juga telah memberikan berbagai pelatihan terkait pengembangan serta pengimplementasian mobile apps kepada beberapa institusi seperti Pertamina dan Menkominfo.
Dalam acara Imagine Cup 2016 yang berupaya untuk mendorong inovasi dan meningkatkan jiwa kewirausahaan generasi muda, Microsoft turut bekerjasama dengan Bank Mandiri. Rico Usthavia Frans, Managing Director, Bank Mandiri mengatakan, “Visi dan misi ajang kompetisi Imagine Cup 2016 sejalan dengan semangat Bank Mandiri untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan generasi muda dan mendukung perkembangan startup di Indonesia. Karena itu, kami mengadakan kolaborasi antara Imagine Cup dengan Wirausaha Muda Mandiri 2016, dimana para finalis Wirausaha Muda Mandiri bidang teknologi digital berkesempatan untuk mengikuti putaran semifinal Imagine Cup 2016. Dengan begitu, mereka dapat menciptakan aplikasi-aplikasi yang berguna bagi bisnis mereka.”
Dari 118 proyek yang terkumpul pada tahap seleksi awal Imagine Cup 2016 tingkat nasional, hanya tiga tim developer muda terbaik yang berhak mewakili Indonesia di semifinal Imagine Cup 2016 tingkat dunia. Lantas Siapa tiga developer tersebut?
Tiga wakil dari Indonesia tersebut adalah para pemenang dari Imagine Cup tingkat Nasional. berasal dari tiga ketori yang berbeda, ketiga developer ini sukses meyakinkan para juri lewat presentasi singkatnya serta aplikasi mereka yang cukup mumpuni.
Berikut masing-masing pemenang dari Imagine Cup tingkat Nasional ini :
Tim None Developers dari Universitas Trunojoyo Madura dengan proyek Froggy & The Pesticide menjadi pemenang kategori Games.
Froggy and the Pesticide merupakan game yang memiliki cara bermain yang menarik, menantang dan dapat membuat kecanduan, game ini menceritakan tentang Froggy sebagai spesies yang bukan target dari penggunaan pestisida akan tetapi anehnya pestisida tetap menyemprotkan cairan beracunnya kearah froggy . Jadi, Froggy berusaha keras untuk mengganti pestisida dengan biopestisida karena pestisida sendiri merupakan semprotan beracun yang membuat spesies lain menjadi keracunan.
Tujuan game ini adalah mengganti pestisida dengan biopestisida. Maka froggy harus mencapai lokasi pestisida berada dan mengumpulkan biopestisida untuk menyelesaikan game.
Cara main game ini adalah dengan swipe ke arah kayu untuk menempel pada kayu, tap untuk
melepaskan, tap dua kali untuk melompat ke atas,swipe ke arah tanah untuk memantul. Berhati-hatilah terhadap cairan beracun yang disemprotkan oleh pestisida dan jangan lupa untuk mengambil biopestisida. Di sisi lain, game ini menyarankan penggunaan biopestisida dan memberikan informasi tentang bahayanya pestisida.
Tim Garuda45 dari University of Edinburgh, University College London, dan King’s College London dengan proyek TB DeCare menjadi pemenang kategori World Citizenship.
Metode deteksi bakteri tuberkulosis (TB) yang paling banyak digunakan di seluruh dunia adalah pemeriksaan sputum menggunakan Basil Tahan Asam (BTA). Metode ini banyak diterapkan di negara-negara berkembang dan negara tertinggal karena metode ini merupakan yang paling murah dan efisien. Namun, pemeriksaan BTA juga memiliki beberapa kekurangan, seperti sensitivitas yang rendah (<60%), memerlukan tenaga professional laboran, serta potensi menghasilkan pemeriksaan yang berbeda antar laboran karena faktor lelah maupun standar evaluasi yang berbeda antar individu.
TB DeCare (Tuberculosis Detect and Care). Pertama, TB DeCare terintegrasi dengan alat pendeteksi otomatis menggunakan pengelolaan citra digital (digital image processing) dari sputum (dahak) pasien. Metode ini mengadaptasi penelitian yang sudah dilakukan oleh Forero et al (2006) dengan mengombinasi metode segmentasi dan Gaussian Mixture Model untuk mengidentifikasi Mycobacterium tuberculosa di dalam sputum. Hasil penelitian menunjukkan, metode ini mampu meningkatkan sensitivitas deteksi hingga 98% dan spesifisitas sebesar 99%. Kedua, agar alat pendeteksi
TB ini dapat terjangkau di derah-daerah terpencil, maka kami juga mengembangkan mikroskop portable dengan menggunakan ponsel. Kami mengadaptasi sebuah alat yang mampu meningkatkan kapasitas kamera ponsel untuk menjadi mikroskop dengan perbesaran hingga 1000x dengan harga yang sangat terjangkau. Melalui alat ini, maka pendeteksian bakteri TB pada sputum pasien tidak lagi memerlukan kinerja evaluasi laboran dan mikroskop di laboratorium, namun dapat diterapkan secara otomatis hanya dengan menggunakan ponsel. TB DeCare merepresentasikan alat diagnosis TB yang mudah, efisien, dengan hasil yang akurat.
Permasalahan lain dari TB adalah rendahnya angka kepatuhan berobat pasien yang dapat menyebabkan kejadian putus berobat bahkan resistensi terhadap obat (MDR TB – Multi Drug Resistant TB). Oleh sebab itu, TB DeCare juga terintegrasi dengan portal informasi TB sekaligus aplikasi pengingat minum obat secara otomatis. Melalui sistem TB DeCare, dokter atau tenaga kesehatan dapat memasukkan data setiap pasien yang telah terdektesi terinfeksi dengan TB serta mengevaluasi pengobatan pasiennya. Data demografi, gejala, riwayat penyakit, pengobatan, evalusi vital pasien akan terekam dalam sistem TB DeCare
Tim Hoome Studio dari Institut Teknologi Bandung dan Telkom University dengan proyek Hoome menjadi pemenang Imagine Cup 2016 kategori Innovation.
Hoome adalah rumah pintar pertama yang mencoba untuk beradaptasi dengan kondisi penggunanya
dan kenyamanan penggunanya. Berbeda dengan rumah pintar yang ada selama ini, hoome akan menyebar sensor pada pengguna, bukan pada lingkungannya. Kondisi user seperti tingkat stress, kondisi mood, kesadaran, tingkat kenyamanan dan lain-lain akan direkam oleh wearable device. Kami menggunakan tiga wearable device yaitu EEG, EMG, dan smartwatch. Setelah mendapatkan kondisi user, aplikasi akan mengatur peralatan di dalam rumah, seperti mengatur pencahayaan, suhu dan temperatur, aroma terapi, serta TV atau home entertainment di rumah tersebut.
Dokter dapat memasukkan jadwal minum obat, jadwal kunjungan, serta jadwal pengambilan obat pasien yang kemudian terhubung dengan sistem pengingat otomatis. Pasien dan PMO (Pengawas Minum Obat) juga dapat mengakses informasi mengenai tuberkulosis, jadwal pengobatan, serta forum konsultasi dengan tenaga kesehatan melalui mobile apps. Sistem ini dapat mengadaptasi ketersediaan teknologi di wilayah pengguna, sehingga pengingat minum obat dapat dikirimkan baik dalam bentuk aplikasi mobile atau melalui SMS. TB DeCare mengintegrasikan seluruh komponen yang diperlukan untuk memberantas TB, dengan menggunakan teknologi tepat guna dengan harga yang terjangkau, sehingga dapat dengan mudah diterapkan di negara-negara berkembang dimana permasalahan TB paling banyak ditemukan.