Telko.id – Serangan cyber di Singapura saat ini tengah meningkat, hal ini diutarakan dengan jelas oleh para CIO di negara tersebut. Tercatat, sekira 72% dari CIO mendeteksi kecenderungan serangan lebih dahsyat jika dibandingkan dengan 12 bulan yang lalu.
Temuan juga menunjukkan bahwa sekira 85% dari CIO di Singapura berharap perusahaan mereka tidak terlalu sering mengalami penyerangan, karena mereka kurang terampil dalam urusan keamanan IT, TelecomAsia (24/9) melaporkan.
Sekadar informasi, saat ini hanya terdapat dua negara dengan persentase yang lebih tinggi ketimbang Singapura dalam urusan serangan cyber, yakni Brasil (93%) dan Jepang (87%).
Lebih lanjut, para CIO ini juga memprediksi bahwa Singapura memiliki persentase tertinggi yang secara signifikan dalam lima tahun ke depan. Sekira 30% dibandingkan dengan rata-rata global yang hanya mencapai 19%.
“Perang melawan peningkatan ancaman cyber ini memasuki tahap kritis seperti Singapura mengalami kekurangan profesional TI dengan keterampilan keamanan cyber untuk membantu perusahaan menghadapi serangan ini,” kata David Jones, Senior Managing Director, Robert Half Asia Pasifik.
“Perusahaan tahu mereka perlu mengambil tindakan untuk menghadapi penyerang cyber. Ini berarti mereka harus berinvestasi dalam strategi keamanan cyber yang menyatukan kolaborasi yang tepat dari teknologi dan human.” Tambah Jones.
Pemimpin TI mengatakan, terdapat tiga risiko keamanan cyber yang dihadapi organisasi Singapura dalam lima tahun ke depan seperti data abuse / integritas data (59%), spying / spyware / ransomware (54%) dan cybercrime (53%).
“Teknologi baru meningkatkan kekhawatiran keamanan baru. Hal ini dapat mengakibatkan kesenjangan keterampilan di mana keahlian yang tersedia belum sejalan dengan ancaman IT yang berkembang.” Sambung Jones.
“Sebagai permintaan untuk cyber spesialis baru memasuki pasar TI melebihi pasokan, perusahaan dipaksa untuk mempertimbangkan kembali program pelatihan dan retensi mereka,” katanya.
“Mereka juga perlu merekrut tenaga kerja dari luar negeri, bermitra dengan organisasi pendidikan, dan mengembangkan strategi perekrutan fleksibel yang mencakup kontrak spesialis, termasuk lembaga risiko eksternal.” Paparnya.
Dalam menanggapi gelombang baru dari cyber attack, hampir seperempat atau 23% dari para CIO di Singapura berencana untuk menambahkan profesional keamanan IT permanen baru untuk tim mereka dalam 12 bulan ke depan. Sementara 29% mengatakan mereka berencana untuk menyewa profesional untuk posisi kontrak baru yang ditambahkan dalam tim IT mereka.
Beberapa peran cyber security khusus dalam permintaan tinggi sebagai organisasi yang dihadapkan dengan ancaman keamanan tambahan, termasuk ponsel, aplikasi dan Big Data security analytics.