Telko.id – Pemerintah saat ini sedang mempersiapkan rencana untuk membuat satelit SATRIA-2. Padahal SATRIA-1 masih dalam proses pembuatan di Canes. Langkah ini dilakukan karena kebutuhan Indonesia belum mencukupi.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate saat melakukan peninjauan Satelit Bumi di Kabupaten Kupang.
“Semua itu belum cukup jika mengingat kebutuhan Indonesia. Maka BAKTI Kominfo juga sudah menyiapkan rencana untuk SATRIA-2. Saya sudah minta izin kepada Presiden akhir bulan ini dan awal bulan depan untuk mengunjungi Eropa. Saya, antara lain, akan ke Prancis untuk melanjutkan pembicaraan persiapan pembangunan SATRIA-1 dan kemudian ke Inggris untuk membicarakan pembangunan satelit SATRIA-2,” papar Johnny.
Kenapa perlu satelit SATRIA-2?
kapasitas satelit Satria-1 hanya memuat 150 Gbps untuk memancarkan akses internet di 150 ribu titik seluruh pelosok Indonesia. Jumlah kapasitas tersebut masih jauh dari target.
“Kami baru market sounding, kebutuhannya itu hingga 1 Tbps, sedangkan satelit Satria-1 itu 150 Gbps jadi kurang sekitar 850 Gbps lagi,” ujar Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Kominfo, Anang Latif beberapa waktu lalu.
“Dibutuhkan satelit Satria-2 dan Satria-3 yang rencananya masing-masing kapasitasnya 300 Gbps. Itu sekarang kita lakukan market sounding dengan berbagai macam metode pembiayaan kami coba, salah satunya KPBU, beberapa konsorsium negara lain juga bisa investasi di proyek ini,” tuturnya.
Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) berencana menggelar lelang pemilihan badan usaha pelaksana Satelit Multifungsi Satria II pada kuartal III/2022. Hingga saat ini, ketentuan dan persyaratan untuk ikut tender masih disusun.
“[Tender Pemilihan Badan Usaha Pelaksana Satria II] rencananya kuartal III/2022,” kata Anang.
Anang menjelaskan proses tender tidak dapat dilakukan pada kuartal I dan kuartal II/2022 karena untuk menjalankan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) membutuhkan proses yang cukup panjang.
Sebagai informasi, Satelit Satria I dibangun dengan skema KPBU, di mana PT Satelit Nusantara Tiga menjadi badan usaha pelaksana. Pembangunan Satelit Satria II pun rencananya menempuh cara yang sama.
Setelah terpilih badan usaha pelaksana untuk Satria II, kemudian akan ditentukan tempat pembangunan dan sumber pendanaan.
Sebelumnya, berdasarkan perhitungan Bakti dari 150.000 titik yang akan mendapat layanan Satria I, terdapat sekitar 26,52 juta calon penerima layanan internet Satria.
Dengan total permintaan tersebut, diperkirakan rata-rata per pengguna hanya akan mendapat kuota sebesar 1,14GB setiap bulan atau setara dengan 2 jam aktivitas konferensi video. Jumlah tersebut dinilai sangat kurang.
Terdapat kesenjangan antara suplai data dari satelit dengan permintaan. Merujuk pada data Telkomsel pada 2019, kata Anang, rata-rata pelanggan seluler per individu mengkonsumsi data sebesar 5,2GB per bulan.
Pada 2023, prediksi Bakti, rata-rata konsumsi paket data per pelanggan per bulan mencapai 41GB – 50GB.
Anang mengatakan jika Indonesia bertahan dengan menggunakan satu satelit untuk melayani 26,5 juta pengguna, maka daerah 3T tetap akan tertinggal. Pasalnya, rata-rata pengguna seluler pada 2023 telah mengonsumsi data sebesar 50GB atau sekitar 40 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan konsumsi data penghuni di 3T.
Adapun jika ditambahkan dengan Satria II yang diproyeksikan memiliki kapasitas sebesar 300Gbps dan Satria 3 dengan kapasitas 500Gbps, maka rata-rata per pengguna per GB yang diterima setiap bulannya mencapai 7,25GB. Dengan catatan, pada 2030 – saat Satria 2 dan 3 diproyeksikan telah meluncur – jumlah penerima internet di 3T masih 26,5 juta. (Icha)