Telko.id – Menurut laporan terbaru dari IHS Market, pasar jaringan NFV global diperkirakan mencapai US$ 15.5 miliar atau sekitar Rp 203 Triliun pada tahun 2020. Hal itu meliputi hardware, perangkat lunak, dan layanan NFV.
Antara 2015 dan 2020, pasar NFV diperkirakan akan tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan 42 persen dari US$ 2.7 miliar di tahun 2015 menjadi US$ 15,5 milyar di tahun 2020, kata laporan itu.
Menurut laporan yang sama, pada tahun 2020, hanya 11 persen dari pendapatan berasal dari software dan layanan baru; 16 persen akan berasal dari infrastruktur NFV (server, storage, dan switch), yang diperoleh dari pergantian hardware seperti router, produk deep packet inspection (DPI) dan firewall. Sisanya 73 persen akan berasal dari segmen pasar yang ada, terutama virtual network functions (VNFs).
Laporan ini juga melacak apa yang dibelanjakan penyedia layanan pada hardware dan software NFV untuk memberikan layanan berbasis perangkat lunak kepada pelanggan melalui customer premises equipment virtual (vCPE). Kasus penggunaan vCPE, termasuk pengeluaran untuk menyebarkan layanan konsumen dan perusahaan, diperkirakan akan mencapai lebih dari US$ 1,5 miliar di seluruh dunia pada tahun 2020.
NFV sendiri merupakan pergeseran dari perangkat keras ke perangkat lunak di industri telekomunikasi, dengan operator berinvestasi lebih banyak dalam perangkat lunak. Nilai utama dalam NFV terletak pada aplikasi, yang tak lain merupakan VNFs. Demikian bunyi laporan itu, sebagaimana dilansir dari sdxcetral, Senin (25/7).
IHS Markit melacak hardware penyedia layanan NFV, termasuk server NFVI, penyimpanan dan switch; software NFV dibagi oleh manajemen NFV dan orkestrasi (MANO) dan perangkat lunak VNF, termasuk vRouters dan fungsi software-only dari inti mobile dan lain-lain, video CDN dan perangkat lunak VNF lainnya; jasa NFV outsourcing untuk proyek-proyek NFV; dan kasus penggunaan NFV.