Telko.id, Jakarta – Saat ini beberapa perusahaan raksasa teknologi, seperti SpaceX, Blue Origin, dan lainnya, tengah berlomba untuk membawa manusia ke Planet Marks dalam “paket wisata” yang mereka tawarkan. Namun rencana itu mulai dipertanyakan dari sisi keamanannya, terutama risiko terpapar radiasi dalam jumlah yang besar.
Planet Mars kini seperti menjadi lokasi yang paling diincar saat manusia mulai berpikir untuk membangun koloni manusia di Planet Merah tersebut. Sejauh ini, rencana itu sudah dilontarkan oleh Jeff Bezos, bos dari perusahaan antariksa Blue Origin.
Namun untuk bisa mencapai Mars bukan perkara mudah. Baik dari sisi kesiapan alat transportasinya berupa roket dan teknologi pesawat, juga adanya risiko radiasi kosmik tingkat tinggi.
{Baca juga: Dua Pesawat NASA Hilang Misterius di Planet Mars}
Adalah European Space Agency (ESA) yang belum lama ini mengungkap informasi akan bahaya radiasi kosmik menjadi salah satu hambatan terbesar yang harus dipikirkan. Menurut ESA, radiasi kosmik yang sangat besar di Mars itu dapat mengancam kesehatan para astronot, atau manusia pada umumnya jika ingin menginjakkan kaki di Mars.
Sebagai informasi, Bumi bukannya tidak ada radiasi kosmik. Namun jika dibandingkan Mars, manusia di Bumi terpapar radiasi hanya dalam jumlah sedikit, karena sebagian besar ditangkal oleh atmosfer dan medan magnet. Sementara Mars tidak memiliki lapisan pelindung tersebut, memiliki tingkat radiasi jauh lebih tinggi.
Sebagai bahan pembanding, para astronot yang sedang berada di stasiun luar angkasa atau International Space Station (ISS) yang kondisinya dikontrol dengan sangat ketat saja bisa terkena radiasi hingga 200 kali lebih banyak ketimbang manusia di Bumi.
{Baca juga: NASA akan ‘Ngebor’ Isi Perut Mars, Mau Ngapain?}
ESA memperkirakan, bahwa para astronot yang sedang menjalankan misinya menuju Planet Mars bisa terpapar radiasi kosmik hingga 700 kali lebih besar daripada di Bumi. Tentu ini sangat bahaya bagi kesehatan manusia.
“Masalah sesungguhnya adalah begitu besarnya ketidakpastian yang mengelilingi risiko (di Mars) tersebut,” ujar Marco Durante, fisikawan ESA dalam penjelasan resminya, dikutip Telko.id dari Futurism, Kamis (6/5/2018).
“Kami belum mengetahuinya secara pasti tentang radiasi luar angkasa dan efek jangka panjang (bagi manusia) tidak diketahui,” tandasnya.
Ia mengungkapkan bahwa saat ini ESA sedang bekerjasama dengan sejumlah peneliti dari lima laboratorium akselerator partikel di Eropa untuk meneliti dampak dari radiasi kosmik dan cara untuk mencegahnya.
Saat ini ESA sudah melakukan penelitian, dan hasilnya telah menunjukkan progres yang cukup bagus. Dalam penelitiannya, ESA menemukan lithium efektif dalam melindungi material biologis dari paparan radiasi berbahaya.
{Baca juga: 7 Fakta Menarik Robot InSight yang Dikirim ke Mars}
Pada tahun 2020 mendatang, ESA akan memiliki kesempatan untuk meneliti radiasi di luar Bumi saat NASA akan melakukan uji coba peluncuran wahana antariksa Orion.
Dalam uji coba yang akan berlangsung di orbit Bulan tersebut, para peneliti di wahana milik NASA itu akan meneliti paparan radiasi di boneka percobaan selama tiga minggu. [HBS]