Telko.id, Jakarta – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump angkat suara terkait insiden dua penembakan massal pada akhir pekan lalu di AS. Menurutnya, peristiwa yang menewaskan lebih dari 30 orang itu merupakan dampak buruk media sosial dan video game.
Dilansir Gamespot, seperti dikutip Telko.id, Rabu (07/08/2019), insiden berdarah tersebut juga merupakan sebuah representasi dari penyakit mental. Selain media sosial, video game juga turut memengaruhi pelaku dalam melakukan tindakan keji.
“Kita harus menghentikan kekerasan. Stop budaya bermain video game yang mengerikan. Hari ini, terlalu mudah bagi kaum muda yang bermasalah untuk masuk ke hal-hal berbau kekerasan. Kita harus menghentikan atau menguranginya,” tegas Trump.
Badan industri Asosiasi Perangkat Lunak Hiburan telah membantah klaim bahwa video game berkontribusi terhadap aksi kekerasan di dunia nyata. “Menurut studi ilmiah, tidak ada korelasi antara video game dan kekerasan,” kata sang juru bicara.
Organisasi itu melanjutkan, lebih dari 165 juta orang AS menikmati video game. Dan, miliaran orang bermain video game di seluruh dunia. Di negara lain, di mana video game kerap dimainkan, tidak ada peristiwa kekerasan tragis seperti yang terjadi di AS.
Penembakan di El Paso, Texas, dan Dayton, Ohio, terjadi dalam kurun waktu tak sampai 24 jam pada akhir pekan lalu. Insiden menewaskan 31 orang. Sebelum serangan di toko Walmart, penembak di Texas bernama Patrick Crusius sempat menuliskan sesuatu.
Kasus tersebut menambah daftar panjang penembakan massal di AS. Kasus serupa berkali-kali terjadi di tempat umum. Ratusan warga sipil, termasuk anak-anak, tewas akibat kebrutalan para pelaku. (SN/FHP)
Sumber: Gamespot