spot_img
Latest Phone

Huawei Watch D2, Bisa Pantau Tekanan Darah 24 Jam

Telko.id - Huawei resmi menghadirkan Huawei Watch D2 di...

Yuk Bikin Galaxy Z Flip6 Jadi Stand Out dengan Flipsuit Case

Telko.id - Huawei resmi memperkenalkan Huawei MatePad Pro 12.2-inch,...

Oppo Pad Air2

Oppo Reno11 Pro (China)

Oppo Reno11 (China)

ARTIKEL TERKAIT

Pemerintah Bakal Bangun Kalimantan Ring, Seperti Apa Rencananya?

Telko.id – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyiapkan program baru untuk membangun infrastruktur telekomunikasi di ibu kota negara (IKN) baru. Namanya Kalimantan Ring. Lelang proyek jaringan ini rencananya dibuka paling lambat 2021.

Menteri Kominfo Rudiantara menuturkan, upaya itu dilakukan untuk menopang kebutuhan internet di IKN baru. Sebab, akan banyak perpindahan masyarakat ke Kalimantan, terutama di Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara yang jadi lokasi calon IKN.

“Diperkirakan traffic internet akan meningkat. Karena itu, kita akan buat Kalimantan Ring untuk meningkatkan keandalan infrastruktur telekomunikasi,” papar dia di Nunukan, Kalimantan Utara.

Dia mengaku sudah berkomunikasi dengan pihak operator terkait rencana tersebut. Meski belum memerinci, pria yang akrab disapa Chief RA itu menegaskan, tender pembangunan bakal dibuka paling lambat dua tahun mendatang.

“Kita bicarakan dengan operator, mau bangun tidak. Tapi dengan syarat operator kalau mau bangun harus dibuka kepada operator lain. Konsep harus sharing,” kata Rudiantara.

Rudiantara mengatakan akan melakukan pertemuan dengan operator untuk meningkatkan keterandalan jaringan telekomunikasi di Kalimantan.

“Yang jelas, sebelum pindah ibu kota negara, jaringan telekomunikasi sudah siap,” tuturnya.

Kemenkominfo juga berencana membangun gateway internasional di Kalimantan. Saat ini, kata dia, untuk mengakses internet di wilayah Kalimantan, terutama Nunukan, traffic data harus dibawa ke Jakarta atau Singapura terlebih dahulu. Hal itu memengaruhi kecepatan internet di sana.

“Jadi, nanti Kalimantan punya gateway untuk traffic dayanya sendiri,” ungkapnya. Rencananya pembangunan gateway dilakukan 5-10 tahun mendatang.

Rudiantara juga menambahkan bahwa nantinya infrastruktur jaringan akan dibangun di bahu jalan yang telah dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

“Salah satu yang dimanfaatkan adalah jalan yang dibangun Kementerian PUPR di perbatasan. Batas Indonesia dengan Malaysia itu kurang lebih 300 KM, di bahu jalan kita akan bangun fiber optik, sehingga nanti Kalimantan ring-nya akan semakin bagus,” ujarnya.

Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Anang Latif menuturkan, pembangunan jaringan di Kalimantan tak cukup hanya dengan membangun base transceiver station (BTS). Perlu ada pembangunan jaringan utama atau backbone.

Dia menjelaskan, pembangunan jaringan telekomunikasi memiliki hierarki yang harus dipenuhi. Pertama, jaringan backbone seperti Palapa Ring atau tol informasi yang sudah dibangun pihaknya dan Kemenkominfo di Indonesia Barat, Tengah, dan Timur. Kedua, jaringan backhaul (fishbone). Terakhir, jaringan akses atau last mileseperti BTS.

Meski kini Kalimantan sudah masuk jaringan Palapa Ring, jaringan di sana belum seandal Pulau Jawa. Bentuk ringnya pun belum sempurna. Karena itu, dibutuhkan jaringan utama dan pendukung yang membentuk ring secara sempurna. “Intinya bahwa di Kalimantan nanti butuh jaringan telekomunikasi andal. Jadi, perlu dilengkapi jaringan utama dan beberapa pendukung,” jelasnya.

Dia menekankan, konsep pembangunan itu harus segera dikomunikasikan dengan operator telekomunikasi di Indonesia. Dengan begitu, dapat diketahui pembagian peran dalam pembangunan infrastruktur telekomunikasi di IKN baru. “Kalau ada segmen yang tidak menarik secara bisnis oleh operator, pemerintah yang bangun,” ungkapnya.

Pembangunan infrastruktur di wilayah Kalimantan ini dinilai bakal lebih mudah bila dibandingkan dengan Papua. Sebab, secara geografis, bukit-bukit di sana tak setinggi Papua. Dengan begitu, dari segi pembiayaan bakal lebih murah.

Kalimantan Ring berbasis infrastruktur Sharing, Emang Telkomsel Mau?

Jika melihat kondisi jaringan telekomunikasi di Kalimantan Timur yang bakal menjadi Ibu Kota baru, Telkomsel lah yang memiliki jaringan yang lebih kuat di wilayah itu dibandingkan dengan operator lainnya.

Lalu, jika pemerintah ingin menerapkan infrastruktur sharing di wilayah tersebut, apakah Telkomsel bersedia berbagi jaringannya dengan operator lain?

Pasalnya, konsep infrastruktur sharing yang sudah ‘dikumandangkan’ oleh menkominfo sejak beberapa tahun belakangan ini, ditolak mentah-mentah oleh Telkomsel. Alasannya, untuk melayani pelanggannya sendiri saja masih kurang.

Hal itu sempat disampaikan oleh Telkomsel 3 tahun lalu, ketika isu infrastruktur sharing ramai diperbincangkan.

Seperti dikutip dari Kompas.com, Telkomsel menegaskan tidak akan mengadopsi sistem infrastructure sharing atau berbagi infrastruktur dengan operator lain. Alasannya jaringan mereka sudah padat pengguna dan tidak memungkinkan untuk dibagi.

Sebenarnya selama ini antar operator sudah ada kerjasama dalam infrastruktur pasif (site atau menara pemancar). Imbauan dari pemerintah kini mencakup berbagi infrastruktur aktif, misalnya Radio Access Network (RAN) Namun, seperti dikatakan oleh Direktur Network Telkomsel Sukardi Silalahi, operator pelat merah tersebut menolak melakukannya.

“Sharing itu bisa dilakukan kalau masih ada slot. Kalau occupancy kami rendah, tidak apa-apa sharing. Tapi jaringan kami sudah penuh,” ujarnya saat berbincang bersama wartawan di Jakarta, Selasa (15/3/2016), seperti dikutip dari Kompas.com.

Lalu, sekarang bagaimana?  

Yang pasti, untuk mengantisipasi kebutuhan telekomunikasi seluler calon Ibu Kota negara baru di Kalimantan Timur, Telkomsel terus memperkuat kualitas jaringan 4G di provinsi tersebut, terutama di tiga ruas jalan utama.

Seperti dikutip dari Kompas.com. dalam acara Media Update Telkonsel di Balikpapan, Senin (23/9/2019), dijelaskan bahwa ketiga ruas jalan ini mencakup jalur lintas Balikpapan hingga Samarinda (non-tol), rute jalan tol Balikpapan hingga Samarinda, dan ruas lintas Sepaku hingga Penajam Paser Utara.

“Kami perkuat jaringan Telkomsel di sana (jalur non-tol Balikpapan – Samarinda) dan secara keseluruhan 4G-nya sudah seamless,” kata GM Network Operation Quality Management Telkomsel Regional Kalimantan, Rahmad Putra Jaya, ketika berbicara dalam acara.

Hingga akhir tahun 2019 ini, Telkomsel menargetkan 1.800 BTS 4G baru akan melayani para konsumen di Kalimantan. Sebanyak 400 di antaranya dibangun di Kalimantan Timur.

“Hanya saja, masih ada di bawah 50 persen yang belum aktif, hanya tinggal tunggu sampai akhir tahun,” ujar Rahmad.

Dengan kata lain, ada kurang lebih 900 BTS 4G lagi yang harus dibangun oleh Telkomsel di wilayah Kalimantan demi mencapai target.

Telkomsel sendiri mengklaim sudah memiliki 18.100 BTS yang tersebar di wilayah seluruh wilayah di Pulau Kalimantan, di mana 6.100 di antaranya adalah BTS 4G.

Saat rencana penambahan rampung, operator yang identik dengan warna merah ini akan mengoperasikan sekitar 19.900 BTS di pulau Kalimantan, dengan rincian jumlah BTS 4G sekitar 7.900 unit.

Di Kalimantan sendiri, cakupan 4G Telkomsel diklaim sudah mencapai 86 persen dari populasi dengan jumlah pelanggan mencapai sekitar 12,6 juta. Sebanyak 6,8 juta di antaranya merupakan pelanggan data. (Icha)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

ARTIKEL TERBARU