Telko.id – GoTo Impact Foundation (GIF), organisasi nirlaba yang didirikan oleh Grup GoTo, bersama changemakers, para pemangku kepentingan, dan masyarakat lokal siap membangun ekosistem pariwisata hijau di Lombok Tengah yang bertajuk “Lombok Eco Kriya”.
Dibentuk dalam inisiatif Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) 3.0, inovasi ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika lewat pengelolaan limbah, pelatihan dan lokakarya, serta perluasan akses pasar.
KEK Mandalika, sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas sejak 2019, berpotensi tinggi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Lombok Tengah.
Ini tercermin dari proyeksi penyerapan 58.700 tenaga kerja pada tahun 2025, termasuk di sektor green tourism. Namun, meningkatnya aktivitas pariwisata yang tidak disertai dengan prinsip berkelanjutan, dalam jangka panjang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, penurunan kualitas hidup masyarakat, hingga penurunan daya tarik wisata.
Baca juga : GoTo Impact Foundation dan Magelang Setories: Solusi Regeneratif untuk Petani Magelang

Mengetahui hal tersebut, Monica Oudang, selaku Ketua GoTo Impact Foundation menyampaikan, “Dari pengalaman kami mendukung 138 changemakers–yang terdiri dari startup, organisasi nirlaba, hingga akademisi–di enam wilayah Indonesia, transformasi terjadi saat masyarakat menjadi bagian dari solusi, bukan sekadar penerima manfaat”.
Monica menambahkan bahwa melalui CCE 3.0, kami mengedepankan prinsip kreasi bersama dengan menjadikan masyarakat lokal sebagai aktor utama sejak awal proses berinovasi, yaitu dari tahap ideasi dan eksperimentasi di Catalyst Changemakers Lab (CCLab).
Ia melanjutkan bahwa l ebih dari sekedar edukasi ataupun teknologi, prinsip ini memastikan bahwa setiap inovasi yang tercipta bukan sekedar bantuan sesaat, namun investasi untuk membangun sistem jangka panjang yang dapat berkembang bersama masyarakat. Prinsip ini pula yang kuat kami lihat di Lombok Eco Kriya.
H. Lalu Pathul Bahri, S.I.P., M.A.P., Bupati Kabupaten Lombok Tengah, turut menyampaikan dukungannya, “Inisiatif Lombok Eco Kriya sejalan dengan visi kami untuk menjadikan Lombok Tengah sebagai pusat inovasi pengelolaan sampah”.
Menurut Lalu, selain berpotensi memberikan dampak positif bagi lingkungan, inisiatif ini juga dapat mendorong perekonomian lokal.
Ia pun menyebutkan bahwa hal tesebut sedang gencar diupayakan melalui kolaborasi antar pemangku kepentingan, baik di level desa maupun dengan mitra, seperti Lombok Eco Kriya.
“Harapannya, cakupan inisiatif baik ini dapat diperluas agar manfaatnya bisa dirasakan masyarakat dengan lebih cepat dan merata,” ucap Lalu.
Lombok Eco Kriya ini dijalankan oleh gabungan organisasi Plana, Timba, dan Wise Steps Foundation, juga berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata Lombok Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Lombok Tengah, Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) dan Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) NTB.
Selain itu juga dengan Asosiasi Lintas Hidup Indonesia (AHLI) NTB, Politeknik Pariwisata Lombok, Karang Taruna Pujut, Bank Sampah Bintang Sejahtera, Bank Sampah Putri Nyale, Keep Kuta Clean, Unit Pengelola Sampah (UPS) Tumpak, Masyarakat Sadar Iklim Segala Anyar, dan Black Soldier Fly (BSF) Sengkol, desa-desa penyangga, dan industri pelayanan dan makanan di Mandalika.
Kolaborasi ini menghasilkan solusi berbasis ekonomi sirkular yang akan menggandeng masyarakat di 10 desa penyangga Kawasan Mandalika, lewat tiga strategi utama.
Pengelolaan Limbah
Mengolah limbah plastik dari TPS dan bank sampah menjadi Planawood dan decking, serta mengolah limbah non-organik pariwisata menjadi souvenir dan peralatan rumah tangga seperti kotak tisu, tempat peralatan makan, dan kap lampu. Proses ini didaulat untuk mengurangi limbah TPA dan pencemaran lingkungan.
Pelatihan dan Lokakarya
Memberdayakan masyarakat, termasuk perajin, tukang kayu, dan para penjahit untuk memproduksi souvenir dan produk bernilai lainnya dari limbah. Dengan dukungan alat dan pendampingan yang tepat, hal ini dapat meningkatkan kapasitas masyarakat lokal.
Membuka Akses Pasar
Membangun sinergi dengan para mitra seperti hotel, restoran, dan pertokoan, untuk memperluas akses pasar produk lokal berbasis keberlanjutan. Dengan begitu, diharapkan dapat meningkatkan perekonomian terutama di sektor pariwisata.
Joshua Christopher Chandra, Perwakilan Konsorsium Lombok Eco Kriya, menjelaskan, “Dengan pendekatan Community-Based Business, kami membekali masyarakat dengan keterampilan yang disesuaikan dengan potensi daerah”.
Menurut Joshua, target nya, 80% peserta pelatihan mampu menciptakan produk bernilai ekonomi, dan jumlah masyarakat yang terlibat dalam aktivitas bisnis bisa meningkat 25%, sehingga dapat berkontribusi pada roda perekonomian daerah.
“Harapannya, Lombok Eco Kriya dapat menjadi ekosistem pariwisata hijau pertama di Pulau Lombok dengan melibatkan minimal 10 institusi di sektor pariwisata,” unhgkap Joshua.
Ekosistem pariwisata hijau bukan hanya soal menjaga alam, tetapi soal mengangkat peran masyarakat lokal sebagai jantung rantai nilai pariwisata.
“Dengan terbukanya peluang lewat Lombok Eco Kriya, kami mengajak seluruh pihak untuk terlibat aktif mendukung inovasi ini. Ini adalah ruang kolaborasi, ruang belajar, dan ruang uji coba. Bukan untuk GIF atau konsorsium, tapi untuk masyarakat Lombok, untuk Indonesia,” ujar Monica.
Monica pun menambahkan bahwa sudah saatnya kita Berani untuk Berdaya, terbebas dari cara penyelesaian lama sehingga mampu untuk berkreasi dan maju bersama. (Icha)