Telko.id – Ekonomi digital saat ini menjadi salah satu fokus pemerintah. Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Menkominfo) Rudiantara memasang target ada 20 Unicorn hingga tahun 2025 mendatang.
“Startup dan Unicorn tumbuh begitu cepat, kita bisa melihat bahwa mereka bisa membantu menyelesaikan banyak permasalahan yang ada di masyarakat Indonesia. Contohnya Go-Jek dan Traveloka. Apakah kita mau mereka ditutup? Jawabannya tidak. Karena justru mereka hadir untuk masyarakat,” kata Rudiantara pada diskusi media, di Jakarta, Selasa (26/02/2019).
“Jadi aplikasi yang dikembangkan itu bukan teknologinya, tapi pola pikirnya. Kalau ditanyakan unicorn untuk siapa? Ya, kita harus mendorong startup di Indonesia menjadi Unicorn karena dari sini tumbuh pemikiran baru. Kalau startup divaluasi secara bisnis, barulah kita bicara Unicorn,” ungkap Rudiantara.
Bahkan, Chief RA, begitu pria ini sering disebut, selain Unicorn, juga ada Decacorn dan Hectocorn. Beberapa Startup, menurutnya sudah masuk dalam kategori Decacorn dan Hectocorn, hanya saja beberapa startup tersebut belum terdaftar.
Sebelum itu mari mengenal apa itu istilah Unicorn, Decacorn dan Hectocorn dalam dunia startup.
Pertama adalah Unicorn, istilah ini mengacu kepada startup yang memiliki valuasi senilai USD 1 miliar (sekitar Rp 13,1 triliun) atau lebih. Berikutnya ada Decacorn, yaitu startup yang telah memiki valuasi sebesar USD 10 miliar. Lalu terakhir ada Hectocorn yang biasa disebut juga dengan Super Unicorn adalah startup yang telah memiliki valuasi sebesar USD 100 miliar.
Untuk Asia Tenggara saat ini ada tujuh startup Unicorn. Empat diantarannya merupakan startup Indonesia yakni Go-jek, Bukalapak, Traveloka dan Tokopedia. Dan, ada satu perusahaan yang baru saja menyandang status Decacorn beberapa hari lalu yakni Grab.
Salah satu startup Indonesia, yang ‘digadang-gadang’ siap menjadi startup Decacorn yaitu Go-jek. Dengan pendanaan terbarunya dari Google, Tencent dan JD.Com, valuasi Go-jek saat ini mencapai USD 9,5 miliar, siap menyusul Grab.
Untuk mencapai gelar Unicorn bukan lah hal yang mudah, dengan kerja keras menghasilkan sebuah hasil yang memuaskan dan menarik bagi investor untuk mendanai para startup ini. Berikut daftar startup Unicorn yang mendapatkan suntikan dana :
- Bukalapak. Sejauh ini situs marketplace ini mendapatkan investasi sebesar USD 50 Juta dari Mirae Asset-Naver
- Tokopedia. Mendapatkan investasi sebesar USD 1 miliar dari Alibaba dan Softbank.
- Traveloka. Mendapatkan investasi sebesar USD 500 Juta dari Expedia Group
- Go-jek. Perusahaan ini yang paling banyak mendapatkan suntikan dana hingga sekarang total nilai investasinya sebesar USD 9,5 miliar, perusahaan yang investasi ke go-jek diantarannya. Tencent Holdings, Google, JD.Com, Astra Internasional, Grup Djarum,KKR, Warburg Pincus, Farallon Capital, dan Capital Group Markets.
Pemerintah sendiri cukup agresif mendorong para stratup untuk tumbuh dan berkembang menjadi unicorn baru. Salah satu upayanya adalah memberikan dukungan roadshow ke luar negeri, seperti Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, dan Amerika Serikat untuk mempertemukan bisnis dengan modal ventura.
Di dalam negeri sendiri, pemerintah membantu dari sisi regulator untuk mempermudah Startup di Indonesia. Misalnya, untuk membuat stratup tidak perlu minta izin, cukup registrasi saja, itupun dapat dilakukan secara online.
Selain sebagai regulator, pemerintah juga mempunyai peran sebagai fasilitator dan akselerator. Setelah memberikan kemudahan proses perijinan Startup, Kementerian Kominfo juga berupaya mendorong Startup yang memiliki kualitas namun minim pendanaan dengan menginisiasi program Gerakan Nasional 1000 Startup Digital. Termasuk juga membentuk komunitas dengan founder dari semua startup agar bisa mengakselesari pertumbuhannya supaya menjadi Unicorn. (RIZ/Icha)