Telko.id – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa Nvidia kini diizinkan untuk menjual chip AI kelas atas, H200, kepada pelanggan yang disetujui di China.
Namun, penjualan ini dikenai tarif ekspor AS sebesar 25%. Keputusan ini menandai perubahan dalam kebijakan ekspor teknologi tinggi AS ke China, meski chip terbaik Nvidia, Blackwell B200, tetap dilarang secara legal.
Pengumuman ini disampaikan pada 10 Desember 2025. Chip H200 merupakan produk kedua terbaik yang dimiliki Nvidia. Sebelumnya, perusahaan hanya diizinkan menjual chip H20 ke China, yang dikembangkan khusus untuk mematuhi pembatasan ekspor sebelumnya.
Chip H200 dilaporkan enam kali lebih cepat daripada H20 untuk tugas-tugas tertentu, meski masih jauh di bawah kemampuan B200 yang hampir sepuluh kali lebih cepat dari H200.
Meski mendapat akses legal ke chip yang lebih canggih, belum jelas seberapa banyak perusahaan China yang akan membelinya. Pemerintah China telah berulang kali meminta perusahaan lokal untuk tidak menggunakan teknologi AS, mendorong pengembangan solusi domestik.
Di sisi lain, laporan menyebutkan bahwa chip B200 senilai lebih dari US$1 miliar telah masuk ke China melalui transaksi pasar gelap, menunjukkan tingginya permintaan yang tidak terpenuhi secara resmi.
Perkembangan ini terjadi di tengah upaya perusahaan China seperti Huawei untuk mengejar ketertinggalan dari Nvidia dan AMD. Huawei menargetkan dapat menyamai kemampuan kedua raksasa chip tersebut dalam waktu tiga tahun, meski kelayakan target ini masih menjadi perdebatan di kalangan pengamat industri.
Baca Juga:
Dampak Tarif dan Respons Pasar
Penerapan tarif ekspor 25% oleh AS diperkirakan akan mempengaruhi harga akhir chip H200 di pasar China. Kebijakan tarif ini merupakan bagian dari dinamika perdagangan yang lebih luas antara kedua negara, yang juga mempengaruhi sektor teknologi lainnya.
Beberapa analis melihat langkah ini sebagai bentuk kompromi, di mana AS membuka keran ekspor teknologi tertentu namun tetap mempertahankan tekanan ekonomi dan menjaga keunggulan strategis di bidang AI paling mutakhir.
Kebijakan serupa yang mempengaruhi tarif pernah dibahas dalam konteks yang lebih luas, seperti yang terjadi pada perusahaan teknologi konsumen. Dinamika tarif antara AS dan China memiliki implikasi signifikan bagi rantai pasok global, sebuah isu yang terus mengemuka dalam beberapa tahun terakhir.
Ketegangan geopolitik di sektor semikonduktor telah berulang kali mengguncang stabilitas rantai pasok chip global, menciptakan ketidakpastian bagi seluruh pemain industri.
Langkah ini juga perlu dilihat dalam konteks upaya pemerintah China mendorong kemandirian teknologi. Larangan tidak resmi terhadap penggunaan teknologi AS, ditambah dengan insentif untuk adopsi chip domestik, dapat mengurangi minat pembelian H200 meski sudah diizinkan.
Perusahaan China mungkin harus mempertimbangkan antara performa yang lebih tinggi dari H200 dengan risiko politik dan tekanan dari pemerintah mereka sendiri.
Lanskap Persaingan Chip AI Global
Pengumuman izin ekspor H200 ini terjadi di tengah persaingan sengit dalam lomba chip AI global. Dominasi Nvidia selama ini mulai mendapat tantangan, tidak hanya dari pembatasan ekspor tetapi juga dari pesaing seperti AMD dan pendatang baru dari China.
Target Huawei untuk mengejar ketertinggalan dalam tiga tahun, jika tercapai, dapat mengubah peta persaingan secara signifikan.
Namun, hambatan untuk mencapai paritas teknologi tetap tinggi. Chip Blackwell B200 dari Nvidia, yang tetap dilarang ekspornya, mewakili generasi terdepan yang menjadi tulang punggung pengembangan AI mutakhir di seluruh dunia.
Larangan ekspor chip ini dimaksudkan untuk mempertahankan jarak teknologi yang signifikan antara AS dan China di bidang yang dianggap kritis untuk keamanan nasional dan keunggulan ekonomi masa depan.
Fenomena pasar gelap untuk chip B200 senilai miliaran dolar mengindikasikan bahwa permintaan di China sangat tinggi dan tidak dapat sepenuhnya ditekan oleh kebijakan atau alternatif domestik yang masih berkembang.
Situasi ini menciptakan paradoks di mana pembatasan resmi justru memicu aktivitas ilegal yang sulit dikendalikan, sekaligus menyoroti kompleksitas mengatur aliran teknologi dalam ekonomi global yang saling terhubung.
Tantangan dalam mengelola geopolitik chip ini menjadi salah satu ujian besar bagi masa depan inovasi teknologi dan stabilitas global.
Keputusan Trump untuk mengizinkan penjualan H200 dengan tarif tinggi mungkin hanya satu bab dalam saga panjang ketegangan teknologi AS-China.
Implikasinya terhadap strategi perusahaan seperti Nvidia, respons perusahaan China, dan percepatan pengembangan chip domestik akan terus diamati dengan cermat oleh pasar dan pemerintah di seluruh dunia.
Dinamika ini merupakan cerminan dari bagaimana persaingan teknologi telah menjadi inti dari hubungan geopolitik kontemporer, dengan chip AI sebagai salah satu medan pertempuran utamanya. (Icha)


