Telko.id, Jakarta – Nokia bak mengambil kesempatan dalam kesempitan dari kasus Huawei. Nokia melihat peluang di balik ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang berdampak kepada pemblokiran produk Huawei.
“Kami melihat ada kesempatan jangka panjang terkait embargo AS terhadap Huawei. Namun, sekarang kami sulit untuk menjelaskannya,” terang CEO Nokia, Rajeev Suri, seperti dikutip Telko.id dari Reuters, Rabu (22/05/2019).
Ia sadar betul bahwa Nokia agak terlambat masuk ke industri 5G. Konsekuensinya, Nokia harus mengejar ketertinggalan. Nokia harus menggabungkan manufaktur teknologi milik sendiri dengan pabrik hasil akuisisi Alcatel-Lucent.
“Ya, kami terlambat dalam hal pengembangan jaringan 5G. Tak cuma dalam hitungan beberapa minggu, tetapi beberapa bulan. Sekarang, kami harus mengejar ketertinggalan itu,” kata Suri pada rapat tahunan pemegang saham.
Nokia mendapat satu kontrak tambahan untuk bisnis jaringan 5G dengan perusahaan besar lain, karena berhasil memenangkan tender proyek strategis. “Kami menghadirkan beberapa jaringan 5G, bahkan yang pertama di dunia,” ujarnya.
Saat ini, Nokia mempunyai 35 kontrak jaringan 5G komersial di berbagai kawasan dunia. Dari jumlah itu, 20 di antaranya merupakan proyek raksasa milik perusahaan-perusahaan besar, seperti T-Mobile, AT&T, STC, dan Telia.
Para ahli berpendapat bahwa Nokia dan Ericsson akan mendapatkan keuntungan dari ketegangan antara AS dengan Huawei. Asal tahu saja, Huawei merupakan satu pemasok terbesar dalam teknologi jaringan seluler dunia. (SN/FHP)
Sumber: Reuters