Telko.id – Di tengah tantangan global dan konsolidasi operator seluler, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) justru membukukan kinerja positif pada kuartal pertama 2025.
Bagaimana perusahaan menara Grup Telkom ini mampu bertahan—bahkan tumbuh—di tengah turbulensi industri telekomunikasi?
Sejak awal tahun, sektor infrastruktur telekomunikasi dihadapkan pada ujian berat: fluktuasi ekonomi global, percepatan transisi teknologi, hingga konsolidasi besar-besaran operator seluler.
Namun, Mitratel membuktikan dirinya bukan sekadar pemain biasa. Laporan keuangan terbaru menunjukkan, perseroan berhasil mencetak pendapatan Rp2,26 triliun—naik 2,5% year-on-year (yoy). Laba bersih pun merangkak naik 1,02% menjadi Rp526 miliar.
Angka ini bukan sekadar pencapaian finansial biasa. Di baliknya, tersimpan strategi jangka panjang yang membuat Mitratel tetap relevan di era disrupsi digital.
Dua Pilar Utama Pendongkrak Pendapatan
Kinerja Mitratel dipacu oleh dua bisnis intinya: sewa menara dan layanan konektivitas fiber optik. Kedua segmen ini menyumbang 83% margin EBITDA—angka yang mencerminkan efisiensi operasional berbasis digitalisasi.
“Pertumbuhan kami bukan hanya dari ekspansi aset, tapi juga transformasi produk dan penguatan kemitraan dengan operator,” tegas Theodorus Ardi Hartoko, Direktur Utama Mitratel.
Fakta menarik terungkap dari laporan ini: meski laba bersih hanya naik tipis, arus kas operasional tetap sehat berkat pendapatan berulang (recurring revenue) dari sewa menara. Model bisnis ini menjadi tameng saat volatilitas pasar melanda.
Baca Juga:
Ekspansi Infrastruktur yang Terukur
Mitratel menambah 189 menara baru di kuartal I-2025—total mencapai 39.593 unit. Pertumbuhan 3,8% ini diikuti peningkatan tenant menjadi 60.259 (naik 4,2%) dengan rasio penyewaan stabil di 1,52x. “Setiap penambahan menara kami sesuaikan dengan kebutuhan riil perluasan jaringan operator,” jelas Theodorus.
Di segmen fiber optik, panjang kabel yang terpasang melonjak 82,3% menjadi 63.631 km—didorong ekspansi organik dan akuisisi strategis. Capex Rp760,4 miliar dialokasikan untuk pembangunan menara, fiber optik, dan peralatan IT. Langkah ini sejalan dengan strategi Grup Telkom dalam memperkuat infrastruktur digital.
Menjawab Tantangan Masa Depan
Prediksi Mitratel jelas: permintaan infrastruktur telekomunikasi akan terus naik seiring digitalisasi. Namun, perseroan tak hanya mengandalkan pertumbuhan tradisional. Inovasi layanan dan pemanfaatan teknologi menjadi kunci—seperti yang tercermin dari efisiensi operasional berbasis digital.
“Kami berkomitmen membangun jaringan inklusif hingga pelosok negeri,” tambah Theodorus. Pernyataan ini bukan jargon belaka. Dengan fundamental kuat dan strategi ekspansi terukur, Mitratel siap menjadi tulang punggung ekosistem digital Indonesia.
Lantas, bisakah momentum ini dipertahankan hingga akhir tahun? Jawabannya terletak pada konsistensi eksekusi strategi—faktor yang selama ini menjadi pembeda Mitratel di peta persaingan. (Icha)