spot_img
Latest Phone

Facebook Gelar Tiga Hari Festival bertajuk Nyasar ke Dimensi Facebook, Ini Targetnya

Telko.id – Facebook Indonesia siap meramaikan akhir pekan ini...

Garmin Manfaatkan Data Wearable, Pengendalian Diabetes Personal

Telko.id - Memperingati Hari Diabetes Sedunia, Garmin Indonesia menyoroti...

Garmin Instinct Crossover AMOLED Resmi Hadir di Indonesia

Telko.id - Garmin Indonesia secara resmi meluncurkan dan memperkenalkan...

Garmin Run Indonesia 2025 dan Limbah.id berhasil Kumpulkan Hampir 3 Ton Sampah

Telko.id — Garmin Indonesia sukses menggelar ajang lari tahunan...

Instagram Safety Camp: Peran Orang Tua Kunci Keamanan Digital Remaja

Telko.id - Meta menyelenggarakan Instagram Safety Camp di Indonesia...

ARTIKEL TERKAIT

Microsoft Imbau Pengguna Windows Tinggalkan Google Chrome

Telko.id – Microsoft menghimbau pengguna Windows untuk tidak lagi menggunakan Google Chrome dan beralih ke browser Microsoft Edge. Ada apa sebenarnya?

Setelah adanya pembaruan sistem, Windows mengumumkan kepada penggunanya untuk berhenti mengunduh Google Chrome. Mereka mendorong agar pengguna memilih browser Microsoft Edge.

Melansir dari Forbes, Jumat (19/12), langkah ini dinilai sebagai upaya terbaru raksasa teknologi tersebut untuk mempertahankan pengguna berada di dalam ekosistem Microsoft.

Microsoft menekankan isu perlindungan data pribadi dan keamanan siber dalam penggunaan browser mereka. Perusahaan mengklaim, Microsoft Edge merupakan salah satu peramban terlengkap dengan fitur private browsing, pemantauan password, dan perlindungan terhadap ancaman siber.

Pendekatan ini bukanlah hal baru. Sebelumnya Microsoft  juga kerap menekankan bahwa Edge dibangun atas basis Chromium, fondasi yang sama dengan Chrome.

Perusahaan kerap mengklaim Edge menawarkan pengalaman serupa, bahkan lebih baik. Namun dalam pembaruan Windows kali ini, klaim kesamaan tersebut justru dihilangkan, dengan fokus penuh pada narasi keamanan.

Baca juga:

Langkah Microsoft ini menuai kritik dari Aliansi Pilihan Browser, sebuah kelompok yang beranggotakan pengembang browser termasuk Chrome.

Aliansi tersebut menilai Microsoft menyebarkan pesan menyesatkan terkait keamanan, demi memengaruhi pilihan pengguna.

“Microsoft seharusnya berpihak pada pengguna, bukan mendaur ulang pop-up lama dengan pesan baru untuk merusak pilihan konsumen dan menghalangi browser pesaing,” kata perwakilan aliansi tersebut.

Hingga kini, Microsoft belum memberikan pernyataan resmi terkait kritik tersebut.

Strategi Microsoft ini mengingatkan pada kampanye serupa yang pernah dilakukan oleh Apple melalui Safari, yang menyoroti isu privasi, pelacakan dan fingerprinting untuk membandingkan browser pesaing.

Apple belum lama ini mengeluarkan peringatan untuk pengguna iPhone dan Mac untuk tidak lagi menggunakan Chrome ataupun aplikasi Goole lainnya. Perusahaan mendorong agar para pengguna iPhone dan Mac menggunakan peramban bawaan mereka, Safari, yang diklaim lebih aman untuk menjaga data dan privasi.

“Safari bekerja untuk mencegah pengiklan dan situs web menggunakan kombinasi unik karakteristik perangkat Anda untuk membuat ‘fingerprint’ guna melacak Anda,” kata Apple.

“Untuk melawan praktik fingerprint, Safari menampilkan versi sederhana dari konfigurasi sistem sehingga lebih banyak perangkat terlihat identik bagi pelacak, sehingga lebih sulit lagi bagi mereka untuk mengidentifikasi perangkat Anda,” lanjutnya.

Apple menyoroti praktik pelacakan termasuk fingerprinting, yang disebut semakin sulit dikendalikan. Terlebih, Google juga mencabut larangan terhadap metode pelacakan yang sulit dideteksi dan tidak bisa dinonaktifkan.

Fingerprinting mengambil data kecil dari perangkat, mulai dari jenis layar, bahasa, hingga konfigurasi OS, lalu menggabungkannya menjadi identitas unit. Berbeda dari tracking cookies yang bisa dinonaktifkan, fingerprinting tidak memiliki opsi opt-out.

Meski melarang penggunaan Chrome dan aplikasi Google lainnya, Apple mengatakan bahwa Safari tetap bekerja baik dengan layanan Google seperti Docs, Sheets, dan Slides.

Selain isu privasi, Apple juga menyoroti risiko keamanan baru yang muncul dari integrasi Chrome dengan model AI Gemini. Pasalnya, browser berbasis AI disebut dapat membuka celah serangan serius.

Google mengakui ancaman tersebut, terutama serangan indirect prompt injection yang dapat memicu aksi berbahaya seperti transaksi finansial tanpa izin atau pencurian data.

“Ancaman baru utama yang dihadapi oleh semua browser agen adalah injeksi prompt tidak langsung. Ancaman ini muncul di situs berbahaya, konten pihak ketiga dalam iframes,” kata Google.

“Atau dari konten yang dihasilkan pengguna seperti ulasan pengguna, dan dapat menyebabkan agen melakukan tindakan yang tidak diinginkan seperti memulai transaksi keuangan atau mengekstraksi data sensitif,” lanjutnya.

Namun Google mengatakan telah menyiapkan pertahanan berlapis untuk membuat serangan menjadi lebih sulit dan mahal.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

ARTIKEL TERBARU