Telko.id – Hasil riset Google dan Temasek menyatakan Indonesia memiliki market size ekonomi digital mencapai USD 27 miliar dan berpotensi menjadi USD 100 miliar pada tahun 2025. Saat ini, ekonomi digital Indonesia sudah mencapai USD 70 miliar. Tahun 2020, pemerintah optimistis akan bisa tercapai USD 100 miliar.
Untuk itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengajak pengusaha dari Singapura dan negara tetangga yang hadir dalam ajang Regional Investment Forum (RIF) 2019 untuk segera berinvestasi di Indonesia.
“Silakan, jadilah tamu kami. Segera berinvestasi di Indonesia. Jika tidak anda akan kehilangan peluang. Maybe it is the last train for investment,” ungkap Rudiantara dalam pertemuan Misi Bisnis Ekonomi Digital KBRI Singapura dalam ajang RIF 2019 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Senin (11/03/2019).
Bukan tanpa alasan, menurut Rudiantara saat ini Indonesia memiliki potensi besar terutama dalam bidang ekonomi digital. Bahkan ia menyampaikan optimistismenya akan tercapainya marketsize ekonomi digital Indonesia lebih dari USD 150 miliar pada tahun 2025.
Menurut Rudiantara, Google banyak berinvestasi di GOJEK, dan masih terbuka lagi peluang investasi di area turisme atau pariwisata.
“Tahun lalu berdasarkan data Persatuan Hotel Republik Indonesia, ada sekitar USD 100 juta yang berputar di area turisme. sekitar USD 6 sampai 7 juta ada di hotel berbintang. Belum lagi hotel melati yang menyewanya pun melalui aplikasi digital,” paparnya mengupas potensi ekonomi digital di sektor pariwisata.
Menteri Kominfo juga menunjukkan harapan pemerintah berkaitan dengan pengembangan financial technology (fintech). Menurutnya saat ini fintech masih bergerak di produk dan pasar yang eksisting.
“Pemerintah menginginkan perkembangan keuangan inklusif bagaimana fintech bisa menjangkau orang yang belum memiliki rekening bank. Pemerintah mempromosikan adanya layanan ke unbank people,” jelasnya.
Meski demikian, Menteri Kominfo menyatakan pemerintah telah melakukan persiapan untuk mengatasi beberapa masalah dalam pengembangan fintech di Indonesia.
“Dominan peer to peer lending dan ada risiko Ads provlem yang harus diperhatikan pemerintah. OJK dan Bank Indonesia pun harus memfasilitasi dengan sistem rating kredit,” jelasnya.
Sementara Kementerian Kominfo sendiri menurut Rudiantara, berupaya menyediakan akses internet yang merata ke seluruh kabupaten di seluruh Indonesia melalui jaringan Palapa Ring. “Kami juga sedang mengupayakan akses subsidi transaksi dan data cost kepada fintech. Itu fasilitasi dalam pembangunan fintech di Indonesia,” jelas Rudiantara.
Menurut Rudiantara, pengembangan fintech di Indonesia tidak terlalu banyak diregulasi. “Kami tidak sekadar berpikir ou of the box, bahkan sekarang no box. Bagaimana bisa mendorong bisnis yang tidak feasible di luar Jawa. Peer to peer lending saja nilainya lebih dari Rp23 triliun,” paparnya.
Membangun dan memfasilitasi ekonomi digital di Indonesia menurut Rudiantara tidak mudah. Ia tidak berupaya membandingkan dengan Singapura, pasalnya Indoensia adalah negara kepulauan.
“Palapa Ring dibangun untuk menyatukan kabupaten dan kota dengan jaringan backbone internet cepat. Integrasi semua pada pertengahan tahun ini. Kemudian kita juga membangun talenta digital untuk memperkuat ekosistem,” ungkap Rudiantara mempromosikan kesiapan Indonesia.
Menurutnya perusahaan teknologi saat ini tidak perlu bingung mencari atau memperkerjakan talenta digital dari luar negeri. “Indonesia anak mudanya bagus. Pemerintah pun menyiapkan agar mereka menguasai artificial intelegence, big data analytic, robotic, cloud computing dan keterampilan digital melalui Digital Talent Scholarship,” jelas Rudiantara.
Lebih dari 40 universitas dan perusahaan IT global terkemuka ikut mendukung Digital Talent Scholarship. Talenta digital yang dididik itu akan mendapatkan sertfikasi dari perusahaan IT global. Bahkan Rudiantara menyatakan telah mengakomodasi sekolah coding Paris 42 yang tidak mensyaratkan gelar akademisi.
“Kami melakukan studi tiru. Dengan Paris 42, siapapun bisa ikut, asalkan lulus tes. Kami membawanya ke Jakarta, ke Indonesia agar bisa memperkuat keterampilan anak muda Indonesia,” jelasnya.
Menteri Rudiantara mengajak investor dari negara ASEAN untuk cepat membangun ASEAN. Ia mengingatkan pendiri ASEAN yang menginginkan negara-negara ASEAN saling melengkapi agar bisa membuat ekonomi regional meningkat.
“Jika bukan kita yang mengembangkan, nanti pasti akan ada negara luar yang akan masuk. Oleh karena itu kita harus terbuka dan complymentary one another,” ajaknya.
RIF 2019 ini digelar oleh BKPM sebagai upaya mewujudkan visi menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi digital terbesar di ASEAN pada tahun 2020. Ajang promosi investasi tahunan itu mempertemukan pelaku ekonomi digital dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, asosiasi, serta pelaku usaha dan investor dari dalam maupun luar negeri.
Tahun ini acara yang bertema “Indonesia’s Digital Drive: Utilizing Digital Technology in Developing Regional and Tourism Investment Opportunities”. Melalui tema itu, pemerintah akan mengungkap strategi dalam mendukung pengembangan ekonomi digital dan pariwisata di Indonesia.
Dalam diskusi di Misi Bisnis Ekonomi Digital KBRI Singapura itu, Menteri Kominfo menyaksikan penandatanganan tiga MoU, yaotu MoU Penyediaan Pelatihan IT antara PT Rising Innovation Ventures dan Glexindo, Wecode Coding School antara SG Fintech Pte. Ltd dengan Rising Innovation Ventures dan Co-working Space antara SG Fintech Pte. Ltd dengan Wecode Techno Preneur Hub.
Selain MoU Kerjasama Startup dengan pemerintah dan pelaku usaha juga digelar startup pitching di hadapan investor potensial, One-on-One Meeting dengan Investor Potensial, One-on-One Meeting dengan Pemerintah Daerah, dan Pameran untuk 10 Startup terpilih. (Icha)