Telko.id – Meta, induk perusahaan WhatsApp, baru saja memperbarui kebijakan penggunaan aplikasinya dengan melarang chatbot AI yang bersifat general-purpose di WhatsApp. Pembaruan ini diumumkan lewat terms of service terbaru pada 18 Oktober 2025 dan akan mulai berlaku pada awal tahun depan.
Langkah ini berarti platform seperti ChatGPT (OpenAI), Perplexity AI, dan berbagai layanan chatbot pihak ketiga lainnya tidak lagi diizinkan menggunakan API bisnis WhatsApp untuk menjalankan chatbot mandiri.
Meta menegaskan bahwa hanya chatbot resmi buatan mereka sendiri, “Meta AI,” yang akan tetap beroperasi di dalam aplikasi WhatsApp.
Dalam pernyataan resminya yang dikutip dari TechCrunch, Meta mengatakan perubahan kebijakan ini dilakukan untuk “memastikan pengalaman pengguna yang konsisten, aman, dan terpercaya di seluruh ekosistem WhatsApp.”
“Kami ingin memastikan interaksi berbasis AI di WhatsApp memberikan nilai nyata bagi pengguna dan bisnis, dengan standar keamanan serta privasi yang sama seperti produk Meta lainnya,” ujar juru bicara Meta kepada TechCrunch.
Baca juga:
- Eksekutif AI Apple Pindah ke Meta, Persaingan Talenta Kian Panas
- Meta Tambah Jenius AI Baru, Siap Perkuat Tim Inovasi
Dengan kebijakan baru ini, Meta membatasi akses API bagi pengembang yang mengoperasikan chatbot general-purpose, yaitu chatbot yang dirancang untuk percakapan luas dan bukan untuk layanan spesifik, seperti customer service atau sistem informasi bisnis.
Langkah ini secara efektif menutup pintu bagi chatbot besar seperti ChatGPT atau Anthropic’s Claude untuk beroperasi langsung di WhatsApp, kecuali melalui integrasi yang disetujui dan dikontrol oleh Meta.
Laporan 9to5Mac menyebutkan kebijakan ini akan mulai diberlakukan pada Januari 2026. Semua pengembang yang sebelumnya menggunakan WhatsApp Business API untuk chatbot AI umum akan menerima pemberitahuan resmi agar menghentikan operasional sebelum batas waktu tersebut.
Meta disebut tengah memperluas kehadiran Meta AI, chatbot internal yang sudah terintegrasi di Messenger, Instagram, dan WhatsApp. Chatbot ini dilaporkan telah mulai diuji di beberapa negara termasuk India, Meksiko, dan Amerika Serikat.
“Kami akan terus mengembangkan Meta AI agar menjadi asisten terbaik untuk pengguna WhatsApp dan ekosistem Meta lainnya,” kata perwakilan perusahaan.
Kebijakan ini memicu reaksi beragam di komunitas teknologi. Beberapa pengembang menilai keputusan tersebut sebagai langkah protektif Meta untuk menjaga keamanan dan privasi pengguna di tengah meningkatnya risiko kebocoran data dari chatbot pihak ketiga.
Namun, sebagian pihak menilai langkah ini juga bisa mempersempit ruang inovasi karena membatasi integrasi AI dari luar ekosistem Meta. Sejumlah analis meyakini keputusan ini selaras dengan strategi jangka panjang Meta untuk mengendalikan pengalaman AI end-to-end di platformnya.
Dengan menutup akses bagi chatbot eksternal, Meta bisa mengintegrasikan Meta AI secara lebih mendalam, mulai dari percakapan personal, rekomendasi bisnis, hingga dukungan pelanggan berbasis AI.
Bagi pengguna umum, dampaknya mungkin tidak langsung terasa. Namun, untuk pelaku bisnis yang memanfaatkan chatbot otomatis di WhatsApp, seperti customer service, marketing, dan sistem pemesanan, kebijakan ini berpotensi mengubah cara mereka mengintegrasikan AI.