spot_img
Latest Phone

Xiaomi Smart Display Max 100, Layar Pintar Ultra Besar Pertama di Indonesia

Telko.id - Xiaomi Indonesia meluncurkan Xiaomi Smart Display Max...

Garmin Connect, Bisa Rancang Rute Lebih Personal dan Menyenangkan

Telko.id - Dalam aplikasi Garmin Connect terdapat fitur khusus...

Oppo Campus Ambassador, Siapkan Talenta Muda di Bidang Teknologi dan Digital

Telko.id – Oppo Indonesia memperkenalkan program terbaru Oppo Campus...

Huawei Watch D2, Bisa Pantau Tekanan Darah 24 Jam

Telko.id - Huawei resmi menghadirkan Huawei Watch D2 di...

Yuk Bikin Galaxy Z Flip6 Jadi Stand Out dengan Flipsuit Case

Telko.id - Huawei resmi memperkenalkan Huawei MatePad Pro 12.2-inch,...

ARTIKEL TERKAIT

Kementerian Kelautan dan Perikanan Manfaat Satelit Stralink, Untuk Apa?

Telko.id – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memanfaatkan satelit Starlink dengan bekerjasama dengan Telkomsat yang sudah bekerja sama dengan SpaceX untuk layanan Starlink backhaul.

Ini merupakan langkah dari Kementerian Kelautan dan Perikana (KKP) untuk melakukan transformasi digital dalam melaksanakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota. Salah satunya dengan menghadirkan aplikasi E-PIT untuk memudahkan proses perizinan dan pendataan ikan hasil tangkapan.

Berdasarkan hasil survey KKP bersama Litbang Kompas di Cilacap, Jawa Tengah dan Benoa, sebagian besar nakhoda dan pelaku usaha perikanan memiliki kesadaran yang tinggi terkait kebijakan penangkapan ikan terukur, termasuk soal aplikasi E-PIT. Begitu juga pemahaman mereka mengenai kebijakan PIT dan aplikasi pendukungnya.

Namun berdasarkan pengakuan para responder yang jumlahnya 100 orang, terdapat beberapa kendala yang dihadapi saat menggunakan aplikasi PIT. Di antaranya kendala sinyal, error, forced closed, hingga freeze.

Baca juga : Smartfren Layani Wilayah 3T Gunakan Starlink via Telkomsat

Itu sebabnya, KKP menggandeng Telkomsat yang memiliki solusikan keterbatasan jaringan komunikasi di darat maupun di laut dengan menggunakan layanan dari Starlink.

Dengan demikian, E-PIT yang mengintegrasikan layanan hulu-hilir perikanan tangkap dalam 1 sistem, antara lain terkait dengan pengajuan SLO, SPB, Logbook, STBLK, Laporan Penghitungan Mandiri (LPM), dan penghitungan PNBP PHP pascaproduksi bisa dilakukan.

Dengan adanya digitalisasi, proses perizinan, pelaporan hingga pengawasan dalam melaksanakan program ekonomi biru Penangkapan Ikan Terukur yang rencananya berlaku mulai tahun depan, bisa berjalan efisien.

“Kami optimis itu akan berjalan efektif. Dahulu penggunaan kartu elektrik dalam layanan jalan tol banyak ditentang, kini 100 persen telah menggunakannya,” kata Agus Suherman, Plt Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP mengatakan dalam acara Bincang Bahari bertajuk Perspektif Publik Terkait Transformasi Perikanan Tangkap dan Penerpanan E-PIT, Senin (18/9/2023).

Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Media dan Komunikasi Publik Doni Ismanto menambahkan pentingnya E-PIT dalam implementasi pelaksanaan penangkapan ikan terukur berbasis kuota. Untuk itu, kinerja sistem ini akan terus ditingkatkan seiring semakin tingginya jumlah pengguna.

“Kendala sinyal itu yang paling tinggi, tapi ada solusi yang pasarnya sudah tercipta di lapangan. Salah satunya teknologi satelit yang bisa dipakai untuk mengatasi kendala tersebut,” paparnya.

Plt Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi KKP, Aulia Riza Farhan menambahkan, selain E-PIT, KKP juga memiliki teknologi Command Center untuk mendukung sistem pengawasan pelaksanaan Penangkapan Ikan Terukur.

Fitur-fitur yang ada di dalamnya pun akan terus diperkuat di antaranya hingga ke pemantauan kondisi terumbu karang dan mangrove. Data-data yang terkumpul dalam sistem tersebut nantinya dapat digunakan untuk mendukung pengambilan kebijakan.

“Saat ini komunikasi di maritim itu sangat dibutuhkan, supaya kita mendapatkan data sehingga menjadi informasi yang berguna untuk policy. Sesuai dengan arahan Pak Menteri bahwa ekologi sebagai panglima, saat ini fokus dari KKP membuat Ocean Bigdata,” bebernya.

Sebagai informasi, starlink merupakan layanan satelit yang menggunakan teknologi Low Earth Orbit atau LEO dengan ketinggian sekitar 500 –2000 kilometer.

Untuk di Indonesia, Starlink milik Ellon Musk ini, bekerjasama dengan Telkomsat untuk layanan Starlink backhaul dengan kapasitas hingga 250 Gbps.

“Sistem komunikasi berbasis orbit rendah LEO dengan ketinggian 550 km yang mampu memberikan layanan dengan latency rendah, throughput tinggi hingga 500 Mbps dan portable (+/- 5kg), sehingga diharapkan dapat menjadi solusi terhadap keterbatasan jaringan komunikasi di darat dan di laut,” ujar Lukman Abd Rauf, Chief Executive Officer Telkomsat menjelaskan. (Icha)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

ARTIKEL TERBARU