Telko.id – Meskipun memiliki populasi dengan usia pekerja yang sangat besar, banyak perusahaan di Asia Pasifik yang akan kesulita menemukan tenaga kerja dengan kemampuan yang sesuai untuk tempat kerja di masa depan.
Diperkirakan, sebanyak 88% perekrut dari wilayah ini mengatakan bahwa kurangnya kemampuan menjadi tantangan utama, sementara 86% responen melaporkan kurangnya kandidat yang berkualitas di industri teknologi. Memang banyak perusahaan di wilayah Asia Pasifik yang mengaku bahwa mereka kesulitan mencari tenaga kerja dengan kemampuan di industri digital, fintech dan cybersecurity. Lebih tepatnya, kemampuan yang cocok untuk bisnis masa kini dan masa depan.
“Menjembatani kurangnya kemampuan di Asia Pasifik menjadi sangat penting untuk masa depan perekonomian Asia Pasifik. Dari ritel hingga manufaktur, dari keuangan hingga sektor lainnya, semua bisnis dibangun di atas fondasi teknologi yang berevolusi dengan sangat cepat,” kata Francois Lancon, Senior Vice President of Oracle APAC.
“Bisnis tidak bisa selamat dan maju tanpa pekerja yang tepat, termasuk juga desainer dan insinyur yang bisa menerjemahkan pengalaman digital ke perangkat lunak yang fleksibel dan responsif; atau tim developeryang bisa menciptakan dan menguji ide-ide baru; atau ahli machine learning yang tahu cara menstruktur data dan menggunakannya untuk mengatur solusi yang disruptif,” ujar Francois menambahkan.
Bisnis memiliki peran penting untuk mengisi celah kemampuan di Asia Pasifik. Selain melatih pekerjanya, sektor swasta juga harus fokus pada interaksi lainnya dengan pemerintah dan universitas, agar dapat menyelaraskan kebutuhan bisnis di masa depan dengan apa yang diajarkan kepada para pelajar masa kini. Ini skenario yang tepat. Pelajar akan mendapatkan kemampuan yang dibutuhkan, sementara bisnis akan menemukan pekerja dengan kemampuan yang sesuai.
Contohnya, bisnis teknologi mungkin mendukung para pelajar untuk menggapai karir di sektor TI masa depan dengan menciptakan program yang mempromosikan dan memperkuat pendidikan ilmu komputer. Perusahaan swasta ada di posisi yang unik untuk mendorong pelajar mengeksplor kekuatan programming komputer, dan memberitahu mereka tentang peluang karir di masa depan yang terkait dengan ilmu komputer. Pelajar akan lebih tertarik untuk mempelajari programming dan desain database jika mereka tahu ilmu-ilmu tersebut akan meningkatkan daya saingnya di bursa kerja nantinya.
Oracle mewujudkan prinsip ini melalui Oracle Academy, yang memanfaatkan keahlian perusahaan untuk mendidik pelajar. Oracle Academy dan Kementerian Pendidikan Sri Lanka bahkan sudah menandatangani perjanjian untuk mengintegrasikan program Oracle Academy ke dalam 200 institusi, mendukung lebih dari 10,000 pelajar untuk berkarir di bidang TI. Di Indonesia, Oracle Academy bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan Teknis dan Kejuruan untuk melatih 3,000 pelajar dengan kemampuan dan pengetahuan komputasi tingkat tinggi, yang nantinya bisa mereka bagi ke lebih dari 900 sekolah kejuruan. Oracle Academy juga terus menciptakan program, kurikulum, lokakarya baru seputar teknologi terbaru, seperti AI.
Inisiatif seperti Oracle Academy merupakan kunci untuk membantu Asia mencapai pertumbuhan tinggi. Kandidat teknologi yang berkemampuan banyak dicari di seluruh dunia, termasuk di Asia Pasifik, di mana negara seperti Singapura dan Hong Kong telah dianggap sebagai hub inovasi dan startup, dengan pesaing baru seperti Vietnam dan Indonesia yang berada tidak jauh di belakangnya. Survey Harvey Nash/KPMG CIO Tahun 2016 mencatat bahwa kurangnya kemampuan TI sangat terlihat di Asia Pasik, dengan 7 dari 10 pemimpin Ti mengatakan bahwa pekerja yang tidak sesuai telah menghalangi tujuan bisnis.
Survei yang sama mengidentifikasi bahwa analitik data menjadi kemampuan yang paling dicari di Asia Paisfik, seperti yang diungkapkan oleh 44% responden, 5% lebih tinggi dari rata-rata di tingkat global.
Selain kemampuan teknologi, ada juga kebutuhan untuk membantu pelajar mempelajari kemampuan yang akan mendukung mereka untuk menjadi pemimpin di masa depan yang didorong oleh teknologi. Bagaimana pun juga, bisnis digital tidak bisa sesederhana itu dalam mencapai kesuksesan. Bisnis itu haruslah lincah dan responsif, sangat fokus pada pengalaman pelanggan, dan terobsesi dengan masukan berdasarkan data untuk menghasilkan keputusan.
Bisnis bisa mendukung generasi pekerja dengan mengadakan program mentoring yang akan mengajarkan pelajar tentang perencanaan bisnis dan desain pengalaman pengguna; kemudian menginspirasi mereka untuk selalu bertanya, “Apa yang teknologi bisa lakukan untuk menjadikan hidup pelanggan lebih mudah?”
Teknologi yang tumbuh dengan cepat menjadikannya lebih mudah untuk membangun ketertarikan pelajar dalam meningkatkan kemampuan digital mereka sedini mungkin. AI dan teknologi lain di sekitar machine learning, buku besar yang didistribusikan, virtual reality dan teknologi lainnya, sudah siap memainkan peranan kunci di cara manusia hidup dan bekerja.
Sektor swasta harus terus menciptakan program, kurikulum, dan lokakarya baru yang menarik beragam pelajar di seluruh dunia dan mempersenjatai mereka dengan pengetahuan mendalam serta kemampuan langsung.
Saat perusahaan, pemerintah, dan akademisi bekerja sama, mereka dapat menginspirasi pelajar untuk mengejar karir yang berbasis teknologi, dan melengkapi mereka dengan kemampuan yang tepat. Dengan mengeksplor cara yang kreatif dan kolaboratif untuk memenuhi kebutuhan machine learning, AI, dan lainnya, kita bisa mempersenjatai pekerja masa depan dengan kemampuan yang mereka butuhkan untuk mendorong perekonomian masa depan. (Icha)