Telko.id – Huawei sebagai salah satu vendor jaringan mengadakan 4K Video Submit. Targetnya? Memperkenalkan tentang 4K Video itu sendiri yang membutuhkan ultra broadband untuk pengirimannya. Di dunia sendiri, sudah menjadi trend. Dan Huawei menawarkan end-to-end solution 4K Ultra HD Big Video.
“Layanan 4K Ultra HD ini membutuhkan kolaborasi yang erat dari pemerintah, regulator, content provider dan bebeberapa pihak lainnya agar dapat dinikmati konsumen,” ujar Lim Chee Siong, CMO South Pasific Huawei menjelaskan dalam pembukaan ICT Carnival yang bertahuk Big Video Summit.
Layanan 4K Ultra HD ini juga membutuhkan arsitektur yang berbeda dengan yang saat ini, sehingga membutuhkan pengaturan aristektur jaringan lebih lanjut bagi para provider di Indonesia. Namun, Huawei dan Telkom Surabaya sudah melakukan uji coba mengenai layanan ini. Yang diterapkan adalah solusi video 4K Ultra HD yang merupakan kombinasi dari serta optik pita lebar atau broadband. Layanan ini akan memberikan dampat yang luar biasa pada pengembang layanan pita lebar dan akan menjadi terobosan baru operator dalam bidang pengembangan video. Diharapkan uji coba ini menjadi pilot project untuk Telkom di kota lain karena yang dilakukan oleh Huawei dan Telkom ini end-to-end solution dan sudah tentu melakukan pengaturan ulang arsitekturnya.
Seperti yang sering dibicakan, masa depan broadband ini ada di video. Setiap konten akan mengacu pada video yang sudah pastinya membutuhkan ‘pipa’ yang besar untuk menyalurkannya. Apalagi untuk video 4K Ultra HD ini. “Paling tidak yang dibutuhkan adalah 25 Megabits per second. Sebagai perbandingkan untuk video HD quality saja hanya membutuhkan 5.0 Megabits per second, SD quality hanya 3.0 Megabits per second, broadband quality 1.5 Megabits per second dan 0.5 Megabits per second untuk broadband connectivity,” ujar Chairil Anwar, VP Business Development APAC, Grey Juice Lb Ltd menjelaskan dalam Big Video Summit.
Sayang, untuk di Indonesia masih banyak persoalan yang perlu dibenahi agar layanan video 4K Ultra HD ini dapat dinikmati masyarakat. Terutama dari sisi spekturm. “Di Indonesia setiap spektrum dibagi pada beberapa operator sehingga perlu ada pembenahan lagi jika layanan yang berpotensi menghasilkan dana besar bagi operator ini dapat dilakukan,” ujar Lim Chee Siong, CMO South Pasific Huawei.
Lebih lanjut, Lim juga menambahkan bahwa untuk video 4K Ultra HD ini membutuhkan kapasitas yang besar sehingga membutuhkan spektrum yang besar juga. Dan, Indonesia paling tidak hanya membutuhkan 3 – 4 operator saja. Terutama untuk mobile operator.
Sedangkan untuk fixed, dapat dilayani oleh Telkom karena sudah memiliki fiber optic. Hanya saja masih belum merata di seluruh Indonesia. Jadi, dengan adanya Palapa Ring yang menjadi salah satu cara untuk melaksanakan Indonesia Broadband Plan sudah sudah berada di jalan yang benar.
Lim menambahkan juga bahwa definisi broadband di dunia pun sudah berubah. Di mana untuk broadband standar dunia adalah 25 Megabits per second. Artinya, Indonesia harus juga mengejar ke standar broadband dunia tersebut. Itu yang belum.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Huawe, konsumen itu baru akan merasakan puas ketika melakukan download konten dalam waktu 3 detik saja. Lebih lama dari itu akan ditinggalkan. Artinya, pipa untuk menyalurkan konten pun harus besar, core to server menjadi hal penting.
Dalam rangka mempercepat implementasi pita lebar dan video, Huawei bekerjasama dengan beberapa operator telekomunikasi di Indonesia untuk menyediakan solusi teknis seperti algoritma CODEC video, platform video dan terminal 4K. Termasuk juga menjadi pengalaman menonton video yang didalamnya adalah melakukan peningkatan kualitas jaringan standar dan dasar. Selain itu juga dalam pengoperasian dan pemeliharaan layanan video yang termasuk di dalamnya analitik video Big Data, asisten operasi dan konsultasi operasional. Terbentuknya ekosistem dan kemitraan yang erat pun menjadi faktor penting untuk mengembangkan dan mengekplorasi layanan video 4K Ultra HD ini. (Icha)