spot_img
Latest Phone

Huawei Watch D2, Bisa Pantau Tekanan Darah 24 Jam

Telko.id - Huawei resmi menghadirkan Huawei Watch D2 di...

Yuk Bikin Galaxy Z Flip6 Jadi Stand Out dengan Flipsuit Case

Telko.id - Huawei resmi memperkenalkan Huawei MatePad Pro 12.2-inch,...

Oppo Pad Air2

Oppo Reno11 Pro (China)

Tecno Spark 20

ARTIKEL TERKAIT

Ilmuwan Bikin Video Game untuk Latih Lansia Mengemudi

Telko.id, Jakarta – Para ilmuwan mengembangkan video game yang dapat membuat pengendara mobil untuk para lansia atau orang yang sudah berusia lanjut agar lebih aman saat berkendara di jalan.

Untuk memainkannya cukup mudah, yang dibutuhkan hanya set-top box dan TV. Video game bernama Cognitive Training for Car Driving (CTCD) ini hadir ketika jumlah pengemudi mobil yang  tua di seluruh dunia mengalami peningkatan.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), ada hampir 42 juta pengemudi berusia lanjut atau tua dan berlisensi pada tahun 2016. Jumlah tersebut meningkat 56 persen dari tahun 1999.

Meningkatnya pengendara berusia lanjut menyebabkan angka kecelakaan meningkat. Hal ini dikarenakan  penurunan kognitif yang dialami pengendara usia tua.

{Baca juga: Samsung Ingin Ciptakan Robot untuk Bantu Lansia, Seperti Apa?}

Di AS, sekitar 7.400 orang berusia sekitar 65 tahun ke atas tewas dan lebih dari 290.000 dirawat akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2016.

Para peneliti melakukan penelitian dengan melibatkan 60 pensiunan berusia 65 hingga 80. Mereka diminta bermain CTCD selama enam minggu.

Hasilnya, para lansia ini memiliki kemampuan mengemudi lebih baik setelahnya. Pengujian ini bertujuan untuk menguji waktu reaksi mereka, rentang perhatian dan memori.

CTCD dipasang di rumah para peserta dan mereka memainkannya selama 20 menit dalam sehari, dan lima hari selama seminggu untuk bisa merasakan manfaatnya.

Para sukarelawan secara acak dibagi menjadi dua kelompok,  satu kelompok dipilih untuk memainkan CTCD dan kelompok yang lainnya diberi video game lainnya (OVG).

Kepala peneliti, Dr Rui Nouchi, dari Universitas Tohoku Jepang, mengatakan hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelatihan kognitif sederhana dapat bermanfaat bagi para lansia.

{Baca juga: Waduh, Ternyata Lansia Paling Sering Bagikan Hoaks}

“Hasil ini memperluas temuan kami sebelumnya bahwa penggunaan reguler dari permainan pelatihan kognitif sederhana dapat bermanfaat bagi orang tua yang mengendarai mobil,” katanya.

Dia mengatakan, saat ini timnya berencana untuk menyelidiki bagaimana CTCD dapat membantu mengurangi kecelakaan di antara pengemudi lansia.

Masalah kecelakaan oleh pengemudi lansia mencuat setelah mobil mewah Pangeran Philip terbalik di dekat Sandrinham Estate, pada Januari 2019.

Seorang wanita yang terlibat dalam kecelakaan tersebut mengalami patah tulang pada pergelangan tangannya. Duke of Edinburgh yang berusia 97 tahun kemudian secara sukarela menyerahkan SIM-nya.

Dalam permainan CTCD, ada dua tanda dengan dua angka ditampilkan di layar TV. Peserta diminta untuk memilih yang jumlahnya lebih besar secepat mungkin.

Dalam latihan untuk melatih konsentrasi, peserta harus melakukan dua tugas secara bersamaan. Satu di antaranya menampilkan not musik merah muda yang bergerak di sepanjang lingkaran.

Mereka diminta untuk menekan tombol ketika itu tersembunyi di balik objek oranye dengan bintang kuning.

Permainan lain, membuat mereka mengidentifikasi target yang mendekat dan menekan jika itu adalah manusia.

Dalam latihan prediksi kecepatan, target bergerak di belakang dinding dari kiri ke kanan pada monitor TV. Peserta harus menekan tombol ketika keluar.

Keterampilan mengemudi mobil, fungsi kognitif, dan keadaan emosi pemain akan diukur sebelum dan sesudah masa studi.

{Baca juga: Setelah Mobil, Toyota Kini Ingin Kuasai Industri Robot}

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua yang memainkan CTCD telah meningkatkan keterampilan mengemudi mobil, fungsi kognitif dan merasa lebih percaya diri dibandingkan dengan mereka yang memainkan OVG.

Pelatihan kognitif bekerja dengan otak yang menciptakan jalur listrik baru dalam proses yang disebut neuroplastisitas, untuk meningkatkan jumlah koneksi saraf.

Ini semakin banyak digunakan oleh petugas medis, seperti psikolog dan ahli terapi wicara, untuk membantu orang pulih setelah cedera otak atau stroke.

Sumber: NY Post

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

ARTIKEL TERBARU