spot_img
Latest Phone

Huawei Watch D2, Bisa Pantau Tekanan Darah 24 Jam

Telko.id - Huawei resmi menghadirkan Huawei Watch D2 di...

Yuk Bikin Galaxy Z Flip6 Jadi Stand Out dengan Flipsuit Case

Telko.id - Huawei resmi memperkenalkan Huawei MatePad Pro 12.2-inch,...

Oppo Pad Air2

Oppo Reno11 Pro (China)

Tecno Spark 20

ARTIKEL TERKAIT

IDC: Tahun Depan Smartphone Merek Lokal Bakal ‘Kolaps’

Telko.id – ‘Gerakan’ smartphone lokal kian hari kian melambat. Ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Tapi yang paling ‘tidak berpihak’ pada smartphone merek lokal adalah peraturan TKDN atau Tingkat Kandungan Dalam Negeri yang mulai dicanangkan oleh pemerintah sejak awal 2017.

Memang, peraturan TKDN ini dikeluarkan agar industri dalam negeri juga ikut tumbuh dengan semakin marak nya penggunaan smartphone di Indonesia. Tetapi, ternyata hanya pemilik brand Global dan dari Tiongkok dengan kapitaliasi keuangan yang tinggi mampu mengikuti peraturan tersebut. Pemain lokal malah kelimpungan dan jumlah nya pun kini sudah semakin berkurang.

“Peraturan tentang TKDN yang telah berlaku sejak awal 2017 lalu mengharuskan brand lokal memenuhi kandungan lokal yang digunakan dari 20% menjadi 30%. Peraturan ini cepat dipatuhi oleh brand smartphone teratas sehingga posisi mereka tidak tergusur. Berbeda dengan vendor smartphone yang market share nya lebih sedikit, justru menambah kerugian mereka,” Risky Febrian, Associate Market Analyst Client Devices IDC Indonesia menjelaskan kepada Selular.id di tengah ajang Selular Award 2018 di Le Meridien Hotel, Sudirman, Jakarta, Kamis (3/5/2018).

Risky menambahkan, “Jika pemerintah tidak turun tangan maka smartphone merek lokal ini kami prediksikan pada tahun depan akan semakin terhimpit”.

Seperti apa campur tangan yang diperlukan? Riski tidak menjawab dengan terlalu gamblang. Tetapi menurut nya, pemerintah perlu melindungi para pemilik lokal ini karena mereka jelas berinvestasi di Indonesia. Jadi perlu diberikan insentif supaya bisa bertahan.

Merek lokal yang akan mampu bertahan adalah yang bisa memenuhi aturan pemerintah tentang TKDN dan mampu mempunyai Operating System atau aplikasi lokal yang mumpuni. Jika tidak maka hanya akan menunggu waktu saja. Tidak akan kuat bersaing dengan merek Global maupun merek Tiongkok yang sangat gencar melakukan kegiatan marketing dengan investasi yang sangat besar.

Sayangnya, merek lokal yang setidak nya sudah memiliki operating system sendiri dan mengembangkan aplikasi lokal yang mumpuni saat ini baru Advan dan Polytron. Hanya soja, yang masuk ke lima besar baru Advan. Polytron masih belum bisa menembus lima besar brand yang berpengaruh di Indonesia.

Padahal, menurut IDC, pengiriman smartphone ke Indonesia mencapai 7,8 juta unit pada kuartal keempat di tahun 2017. Ini mengalami penurunan sebesar 9% dari tahun ke tahun. Dengan total pengiriman smartphone sepanjang tahun 2017 mencapai 30,4 juta unit dengan relatif pertumbuhan rata-rata 1% selama 2016. Penurunan ini dikarenakan pasokan pengiriman yang lebih rendah dan persaingan dari brand besar yang memengaruhi beberapa vendor.

IDC mencatat 5 vendor smartphone terbaik sepanjang 2016 dan 2017. Samsung, Oppo, Asus, Advan dan Lenovo menempati 5 posisi smartphone teratas. Selanjutnya di tahun 2017, tercatat 5 brand smartphone terbaik yang meliputi Samsung, Oppo, Advan, Asus dan Vivo.

Secara keseluruhan, pengiriman smartphone tumbuh 8% dari kuartal ke kuartal (QoQ) karena para vendor ternama terus membangun dominasi di pasar. Samsung mampu mempertahankan posisi teratasnya selama periode 2016 hingga 2017.

Sementara vendor populer Tiongkok yakni Oppo dan Vivo terus memperluas pendekatan pasar di Indonesia dengan menggandeng artis ternama sebagai brand ambassador mereka dan game populer. Brand lokal asal Tanah Air, Advan terus mempertahankan jaringan distribusi nasionalnya yang kuat dan memperkenalkan produk baru dengan sejumlah fitur menarik.

Sementara pangsa pasar Asus menurun karena smartphone yang baru saja diluncurkan menuai respon yang kurang baik. Smartphone 4G terus mendominasi pasar, karena mereka bermain di segmen ultra-low-end dibawah USD 100 atau setara Rp 1,4 juta.

Secara keseluruhan, pangsa smartphone 4G mencapai 93% pada kuartal empat 2017 diikuti pertumbuhan tingkat pendistribusian sebesar 26%.

Peningkatan signifikan didorong oleh meningkatnya ketersediaan smartphone 4G di segmen ultra-low-end kisaran harga Rp 1 juta-an meningkat menjadi 63% di kuartal empat 2017. Ini mengalami peningkatan sebesar 28% di kuartal empat 2016.

“IDC melakukan survei kepada para pengguna smartphone di Indonesia. Hasilnya, kebanyakan pengguna menyukai ponsel Low-End karena harganya terjangkau, namun fitur dan spesifikasinya lumayan. Sementara 85% pembeli setuju membeli smartphone baru dengan harga lebih tinggi,” tegas Risky.

Risky mengatakan bahwa vendor ponsel dengan pangsa pasar yang masih rendah harus memiliki strategi yang tepat untuk menghadapi persaingan yang ketat di tahun 2018 ini.

“Kami berharap tingkat pertumbuhan dan pengiriman smartphone di 2018 ini dan tahun selanjutnya terus meningkat,” tutup Risky. (Icha)

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

ARTIKEL TERBARU