Telko.id, Jakarta – Kematian makhluk hidup akan berdampak pada kondisi organ-organ di dalamnya, termasuk otak. Namun peneliti dari Universitas Yale, Amerika Serikat berhasil mengembalikan beberapa fungsi otak babi yang sudah mati.
Dilansir Telko.id dari Ubergizmo pada kamis (18/04/2019) peneliti memperingatkan bahwa apa yang mereka capai bukanlah pemulihan otak yang bisa membuat makhluk hidup tersebut sadar kembali.
Pemulihan otak yang mereka lakukan adalah lebih berfokus pada pengembalian beberapa fungsi otak ketika pemilik otak sudah berstatus tanpa nyawa.
Jadi percobaan ini bukan untuk menghidupkan kembali pasien yang meninggal dunia, tetapi penelitian ini bisa dikembangkan untuk mempelajari penyakit otak atau cedera pada otak.
{Baca juga: Punya Jutaan Prosesor, SpiNNaker Belum Bisa Tiru Otak Manusia}
Para peneliti menghubungkan pembuluh darah kunci ke otak dengan cairan kimiawi untuk metode pemulihan fungsi tersebut. Hasil akhirnya, otak akan terlihat berbeda dibandingkan otak yang tidak diinjeksi dengan cairan kimia.
Ada beberapa kekhawatiran etis dari penelitian ini. Pasalnya, apa yang akan terjadi seandainya otak tersebut menunjukkan tanda-tanda kesadaran.
Tetapi menurut Stephen Latham, ahli bioetika Yale yang merupakan bagian dari tim, pihaknya juga mengkhawatirkan hal tersebut, tetapi saat ini mereka berusaha menjaga agar penelitiannya tidak melanggar etika penelitian.
“Itu adalah sesuatu yang para peneliti khawatirkan secara aktif, dan alasannya adalah bahwa mereka tidak ingin melakukan percobaan yang menimbulkan pertanyaan etis yang akan diangkat jika kesadaran sedang dibangkitkan dalam otak ini tanpa terlebih dahulu mendapatkan semacam bimbingan etis yang serius,” jelas Latham.
{Baca juga: Berkat Samsung, TV Bisa Dikendalikan Gelombang Otak}
Selain berusaha memulihkan fungsi otak, peneliti lain juga berusaha menghubungkan jaringan otak ke teknologi lain. Misalnya Samsung dikabarkan tengah mengembangkan fitur terbaru untuk perangkat Smart TV besutannya.
Perusahaan asal Korea Selatan ini menyiapkan perangat lunak seperti remote TV yang memungkinkan pengguna bisa mengatur kondisi TV melalui gelombang otak.
Penelitian yang bernama Project Pontis ini berusaha agar para penyandang cacat fisik seperti pengidap Quadriplegia bisa mengubah saluran TV dan volume suara di Samsung Smart TV dengan otak mereka. [NM/HBS]
Sumber: Ubergizmo