spot_img
Latest Phone

Huawei Watch D2, Bisa Pantau Tekanan Darah 24 Jam

Telko.id - Huawei resmi menghadirkan Huawei Watch D2 di...

Yuk Bikin Galaxy Z Flip6 Jadi Stand Out dengan Flipsuit Case

Telko.id - Huawei resmi memperkenalkan Huawei MatePad Pro 12.2-inch,...

Oppo Pad Air2

Tecno Spark 20C

Tecno Spark Go 2024

ARTIKEL TERKAIT

Transaksi Himbara ke LinkAja Meningkat Tajam Saat Pandemi

Telko.id – Transaksi Himbara ke LinkAja Meningkat Tajam. Hal ini disebabkan karena pada masa pandemic Covid-19 ini membuat masyarakat banyak melakukan transaksi secara non tunai atau digital.

Bank anggota Himbara (Himpunan Bank Negara) yakni Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, dan Bank Negara Indonesia mencatat pertumbuhan transaksi ke PT Fintek Karya Nusantara atau LinkAja.

Direktur Konsumer BRI Handayani menyebutkan transaksi pengisian dana atau top up ke aplikasi LinkAja terus mengalami pertumbuhan yang signifikan seiring dengan program kerja sama antara BRI dan LinkAja.

“Secara year on year pertumbuhan transaksi yang top up itu hampir dua kali lipat dari BRI. Kalau kita lihat dari sisi number of transaction-nya itu bertumbuh 181 persen. Kemudian dari sisi volume dananya meningkat delapan kali lipat,” kata Handayani dalam webinar Bincang LinkAja “Sinergi BUMN: Akselerasi Pembayaran Digital dalam Ekonomi New Normal” di Jakarta, Rabu (15/7/2020).

Senior Vice President Digital Banking Bank Mandiri Sunarto Xie pada kesempatan yang sama juga menyebutkan bahwa di Bank Mandiri terjadi penambahan transaksi untuk top up LinkAja sudah mencapai dua juta transaksi dengan nominal Rp600 miliar.

“Per Mei kita punya dua juta transaksi. Itu kalau dinominalkan itu sekitar Rp600 miliar,” sebut Sunarto.

Transaksi Himbara ke LinkAja seperti top up saldo LinkAja menggunakan Bank Mandiri menurutnya menjadi salah satu bukti bahwa semakin banyak nasabah yang melakukan transaksi di kantor Cabang. Bahkan menurutnya, sebelum pandemi Covid-19, sebanyak 96% nasabah ritel sudah melakukan transaksi di luar kantor cabang.

“Saat ini ada 15 juta user Bank Mandiri, di mana ada 5 ribu transaksi per menit (menggunakan aplikasi),” katanya lagi.

Selain itu Bank Mandiri juga mencatat pengisian dana untuk uang digital (e-money) dari aplikasi LinkAja juga tumbuh mencapai lebih dari 100 ribu transaksi per bulan.

Tak hanya nasabah ritel, nasabah korporasi juga mengandalkan aplikasi perbankan sejak pandemi Covid-19. Karena harus tetap di rumah dan bekerja juga di rumah, tak heran jika transaksi digital untuk korporasi juga mencatat angka yang cukup besar.

Dia meyakini, Covid-19 membuat digitalisasi di perbankan terjadi lebih cepat. Menurutnya, perbankan siap menghadapi digitalisasi ini, bahkan untuk semua layanan yang ditawarkan perbankan.

“Bagaimana nasabah melakukan pembukaan rekening, blokir kartu, karena ini analoginya hanya bisa di CS di kantor cabang, Kami akan fokus di sini dengan cara bisa dibawa ke mobile aplikasi. Digitalisasi sudah nyata dan bagaimana mempercepat implementasinya,” tegasnya.

Sedangkan Direktur Teknologi BNI YB Harianto mengatakan meski belum bisa menyebutkan data terbaru mengenai transaksi perseroan kepada LinkAja. Namun, Transaksi Himbara ke LinkAja terutama di BNI dapat dilihat dari pertumbuhan transaksi  dengan tercatatnya jumlah jaringan laku pandai BNI yakni sebanyak 160 ribu Agen46. Agen46 tersebut dapat menerima transaksi Linkaja seperti pembayaran dan setor tunai.

“Saat ini, dari 160 ribu sudah implementasi kira-kira 50 ribu Agen46 bisa terima transaksi LinkAja. Akan kita terus perluas, sehingga sistem pembayaran ini menjadi interoperable sistem pembayaran,” sebut Hariantono.

Senada dengan Sunarto, Direktur Konsumer, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mengatakan bahwa pandemi Covid-19 selain menghadapi masa sulit juga ada hal positif, yaitu bagaimana transaksi digital tumbuh pesat.

Bank BRI mencatat pengguna internet banking Bank BRI tumbuh 2 kali lipat year on year. Di mana hingga Juni 2020, ada 24 juta nasabah yang aktif menggunakan internet banking.

“Kalau dulu mengira bank 4.0 akan mulai pada 2021 sampai 2022, sekarang banking everywhere, dengan Covid-19 ini malah dipercepat,” ujarnya.

Bank BRI tak sendirian, melalui kerjasama dengan LinkAja, ada akselerasi transaksi berbasis digital yang digaungkan. Banyak integrasi yang bisa dilakukan, salah satunya isi saldo BRIZZI yang bisa dilakukan menggunakan LinkAja. Bahkan, Bank BRI juga melakukan integrasi digital lending LinkAja.

“Periode Covid-19 ini mendapat respon luar biasa, LinkAja transaksi top up atau isi ulang menggunakan Bank BRI naik 2 kali lipat year on year. Top up dari sisi volume naik 8 kali lipat dari sebelumnya,” pungkasnya.

Tren Transaksi LinkAja

Di LinkAja sendiri, terjadi kenaikan transaksi di masa pandemi Covid-19. Ini seiring dengan bergesernya preferensi masyarakat yang tetap harus bertransaksi namun perlu memperhatikan faktor keamanan.

Direktur Marketing LinkAja, Edward Kilian Suwignyo menyampaikan masyarakat telah memulai penyesuaian terhadap kebiasaan baru, dari awalnya transaksi fisik jadi contactless. Dari sisi transaksi di merchant, Edward mengatakan ada penurunan karena kebijakan pembatasan sosial.

Transaksi LinkAja

“Mulai Juni awal sudah ada penyesuaian kebiasan baru, merchant memang turun tapi ada akselerasi penerimaan pembiayaan lewat QRIS yang cukup banyak karena lebih aman,” katanya dalam kesempatan yang sama.

Sementara transaksi merchant atau offline menurun, transaksi digital online naik tajam, seperti pada fitur e-commerce, dan utilitas. Masyarakat tetap butuh untuk pembelian pulsa, token listrik, pembayaran PDAM. Edward mengatakan masa pandemi ini membuat masyarakat lebih sadar akan berbagai layanan digital.

Ia meyakini tren ini akan terus berkelanjutan karena masyarakat sudah merasakan kemudahan dan kenyamanan transaksi secara online. Pengamat Ekonomi dan Staf Khusus Kementerian BUMN Bidang Makro Ekonomi, Mohamad Ikhsan mengatakan, Covid-19 membawa akselerasi penerimaan digital di masyarakat.

“Adopsi digital ini semakin cepat karena ada wabah, ini berpeluang menjadi mesin baru pertumbuhan ekonomi,” katanya pada kesempatan yang sama.

Ikhsan mengatakan digitalisasi bisa membantu merespons krisis dengan lebih baik. Produktivitas bisa tetap ditingkatkan dengan adanya digitalisasi. Termasuk dalam menjalankan program pemerintah dalam membantu masyarakat terdampak Covid-19 melalui jaring pengaman sosial.

Pemberian bantuan bisa dilakukan secara digital sehingga meminimalkan risiko penularan wabah. Namun demikian, Ikhsan menyebut sejumlah tantangan dalam implementasi digitalisasi di Indonesia. Mulai dari pembangunan infrastruktur digital, edukasi dan literasi, hingga investasi atau pendanaan. (Icha)

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

ARTIKEL TERBARU