Telko.id, Jakarta – Belum juga lupa dengan kasus Facebook dan Cambridge Analytica yang menyangkut soal privasi data pengguna, Facebook kembali tersandung kasus yang serupa. Peneliti keamanan dari GDI Foundation mengungkapkan, bahwa mereka menemukan 419 juta data pengguna Facebook di Internet.
Fakta tersebut diungkap oleh Sanyam Jain, anggota dari GDI Foundation yang menemukan basis data online berisi ratusan informasi pribadi pengguna Facebook.
Menurutnya, data-data pribadi pengguna Facebook yang bisa “dikonsumsi” bebas di internet mencakup nama, jenis kelamin, asal, hingga nomor telepon.
Dilansir Telko.id dari Ubergizmo pada Kamis (05/09/2019), tidak jelas siapa yang mengambil informasi tersebut dari Facebook dan mengapa data tersebut diunggah ke publik.
{Baca juga: Facebook Sengaja Langgar Regulasi Privasi Data?}
Namun setelah ditelusuri, ternyata pelakunya adalah pengelola host web basis data yang mengaku kepada Tech Crunch, telah mengambilnya secara offline.
Facebook pun angkat suara terkait kasus ini. Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Facebook mengatakan jika basis data tersebut sudah tua dan kemungkinan data diambil sebelum Facebook melakukan perubahan pada tahun lalu.
Perubahan yang dimaksud adalah, menghapus fitur yang memungkinkan pengguna untuk menemukan pengguna lainnya menggunakan nomor telepon mereka. “Data telah dihapus dan kami tidak melihat bukti bahwa akun Facebook diretas. Masalah ini sudah ditangani pada 4 April 2018 oleh Chief Technology Officer Facebook,” tulis Juru bicara Facebook.
Sebelumnya, Facebook kembali tersandung masalah. Jejaring sosial terbesar di dunia itu dituding secara diam-diam menyalahgunakan data pribadi pengguna Facebook. Gubernur New York, Andrew Cuomo, pun memerintahkan dua lembaga untuk menyelidiki laporan tersebut.
{Baca juga: Belum Kapok, Facebook Salahgunakan Data Pribadi Pengguna}
Menurut informasi, Facebook mengakses lebih banyak informasi pribadi yang tidak diketahui sebelumnya. Facebook kabarnya menggunakan aplikasi berbagi data di smartphone milik pengguna.
Laporan mengungkapkan, data itu diakses dari pengguna ponsel. Di dalamnya termasuk data kesehatan berupa berat badan, tekanan darah, status ovulasi, dan data sensitif lain milik pengguna. (NM/FHP)