Telko.id – Data pengguna AS ternyata dapat diakses oleh oknum karyawan Tiktok. Hal ini baru saja dikonfirmasi oleh ByteDance yang berpusat di Cina, sebagai pemilik aplikasi berbagai video, seperti yang dikutip dari Bloomberg (02/07).
Pernyataan dari Tiktok ini merupakan reaksi dari perusahaan tersebut atas permintaan Federal Communications Commission (FCC) Amerika yang sempat disebar luaskan oleh Brendan Carr, Komisaris FCC dalam twit nya pada 28 Juni lalu bahwa TikTok dan induknya memantau warga AS.
Dan ia pun sudah menghubungi @Apel & @Google untuk menghapus TikTok dari toko aplikasi mereka karena pola praktik datanya yang sembunyi-sembunyi.
“Jelas bahwa TikTok menimbulkan risiko keamanan nasional yang tidak dapat diterima karena pengumpulan datanya yang ekstensif dikombinasikan dengan akses Beijing yang tampaknya tidak terkendali ke data sensitif itu,” tulis Komisaris Brendan Carr dalam suratnya kepada Tim Cook dan Sundar Pichai, CEO Apple dan Google.
Sebelumnya, pada awal Juni lalu, BuzzFeed News menerbitkan laporan setelah mengakses audio yang bocor dari lebih dari 80 pertemuan internal TikTok yang berisi 14 pernyataan dari sembilan karyawan TikTok berbeda yang menunjukkan bahwa para insinyur perusahaan di Beijing telah mengakses data pengguna TikTok Amerika antara September 2021 dan Januari 2022.
Audio yang bocor ini secara signifikan menguatkan laporan sebelumnya yang menunjukkan bahwa karyawan perusahaan induk TikTok, ByteDance yang berbasis di China, sebenarnya mengakses data pengguna AS.
Bahkan sempat disampaikan bahwa sebelum tanggal 8 Juli sudah memberikan klarifikasinya.
Nah, Tiktok pun akhirnya memberikan konfirmasinya bahwa ada oknum karyawan nya di luar AS dapat mengakses informasi dari pengguna Amerika.
Pengakuan perusahaan datang dalam sebuah surat kepada sembilan senator AS yang menuduh TikTok dan induknya memantau warga AS. Senator yang kirim surat pada 27 Juni 2022 itu, semuanya berasal dari Partai Republik, seperti dikutip dari sebuah laporan di BuzzFeed News.
Dalam surat tersebut, para senator menuntut jawaban atas apa yang menjadi pertanyaan umum bagi perusahaan: Apakah karyawan yang berbasis di China memiliki akses ke data pengguna AS? Peran apa yang dimainkan karyawan tersebut dalam membentuk algoritme TikTok? Apakah ada informasi yang dibagikan dengan pemerintah China?
Menurut Tiktok, saat ini, ada karyawan yang berbasis di China yang menghapus sejumlah protokol keamanan internal dapat mengakses informasi tertentu tentang pengguna TikTok AS, termasuk video dan komentar publik, kata Chief Executive Officer TikTok Shou Zi Chew dalam surat 30 Juni yang diperoleh Bloomberg News. Tak satu pun dari informasi itu dibagikan kepada pemerintah China, dan itu tunduk pada “kontrol keamanan siber yang kuat,” katanya.
Lebih lanjut, jejaring sosial tersebut mengatakan sedang bekerja dengan pemerintah AS untuk memperkuat keamanan data seputar informasi itu — terutama apa pun yang didefinisikan sebagai “dilindungi” oleh Komite Investasi Asing di AS, atau CFIUS.
Upaya baru ini, yang disebut “Project Texas,” termasuk menyimpan informasi AS secara fisik di pusat data di server AS yang dimiliki oleh raksasa perangkat lunak Oracle Corp.
TikTok juga mengalihkan platformnya ke infrastruktur cloud Oracle, yang berarti aplikasi dan algoritme akan diakses dan dikerahkan untuk pengguna AS dari pusat data domestik.
Sebagai informasi, TikTok dengan cepat menjadi salah satu aplikasi paling populer yang digunakan oleh anak muda Amerika dalam beberapa tahun terakhir. TikTok adalah aplikasi yang paling banyak diunduh baik di AS dan di seluruh dunia pada kuartal pertama tahun 2022, mengalahkan Instagram, menurut sebuah laporan yang dirilis pada bulan April oleh perusahaan analisis aplikasi Sensor Tower.
Pada tahun 2019, Komite Investasi Asing di Amerika Serikat mulai menyelidiki implikasi keamanan nasional dari praktik pengumpulan data TikTok. Pada tahun 2020, presiden saat itu Donald Trump mengancam akan melarang aplikasi tersebut di tengah kekhawatiran bahwa Partai Komunis China dapat menggunakannya untuk mengawasi jutaan orang Amerika.
AS bukan satu-satunya negara yang mengkhawatirkan akses pemerintah China ke data TikTok. Pada tahun 2020, India, negara dengan lebih dari 700 juta pengguna internet dan salah satu pasar terbesar TikTok pada saat itu, melarang aplikasi tersebut dengan alasan privasi pengguna India. (Icha)