Telko.id – Sampai saat ini masih belum ditentukan oleh ITU, frekuensi yang akan digunakan untuk 5G. Namun, banyak pihak yang sudah mulai melakukan uji coba menggunakan mmWave. Gelombang milimeter yang juga dikenal dengan ‘Extremely High Frequency’ ini berada di band spektrum 30 GHz dan 300 GHz. Berada diantara gelombang microwave dan infrared. Spekrum ini dapat digunakan untuk komunikasi nirkabel berkecepatan tinggi seperti pada WiFi standar 802.11ad yang beropersi pada 60 GHz.
MmWave ini sendiri, saat ini masih dipertimbangkan oleh ITU, Federal Communications Commission atau FCC, para peneliti dan organisasi lainya untuk dialokasikan lebih banyak lagi agar dapat memberikan kecepatan yang lebih baik lagi, video berkualitas tingi, konten dan layanan multimedia.
Pasalnya, lalu lintas data via seluler setiap tahunnya diproyeksikan akan terus meningkat. Ted Rappaport, Direktur yang juga merupakan pendiri NYU Wireless, diawal tahun ini mengatakan bahwa lalu lintas data seluler diproyeksikan meningkat 53% setiap tahun dan selama 40 tahun terakhir, kecepatan computer clock dan ukuran memori meningkat sebanyak enam lipat.
Itu sebabnya, Ted menyebutkan bahwa diperlukan spektrum frekuensi yang lebih tinggi untuk mengakomodasi peningkatan penggunaan data. Gelombang mmWave ini merupakan salah satu gelombang spektrum yang paling besar penggunaanya dan yang lebih penting adalah kemampuannya dalam mentransmisi data dalam jumlah besar hingga sesuai dengan kebutuhan masa depan.
Saat ini, frekuensi mmWave suah digunakan untuk mengakses aplikasi seperti streaming video dengan high-resolution di dalam ruang. Dengan menggunakan cara tradisional, frekuensi tinggi tidak cukup kuat untuk mengakses broadband aplikasi di dalam gedung karena dipengaruhi dinding yang cukup tebal maupun cuaca yang kurang baik. Dengan mmWave, semua nya bisa diatasi. Namun, tidak cocok untuk digunakan sebagai mobile broadband.
Frekuensi tinggi berarti panjang gelombang yang sempit, dan mmWaves berada di kisaran 10 milimeter sampai 1 milimeter. Kekuatan dari mmWave ini sendiri dapat berkurang karena rentan terhadap gas, hujan dan kelembaban. Itu sebabnya, mmWave jangkauannya hanya beberapa kilometer saja.
Beberapa tahun lalu memang, mmWave tidak dapat digunakan karena komponen elektronik yang dapat menangkap frekuensi ini tidak banyak. Sekarang, dengan kemajuan teknologi yang ada, dapat menjadi bagian integral dari next-generation network. Untungnya, karakteristik mmWave yang sulit tersebut, saat ini sudah dapat dimanfaatkan. “Jalur transmisi yang pendek namun memiliki kemampuan transmisi yang tinggi menjadi bermanfaat saat ini. Apalgi jika dibatasi jumlah inteferensi antar sel nya,” kata Rober W Heath, Profesor dari Department of Electrical and Computer Engineering University of Texas.
Robert juga menambahkan bahwa jalur transmisi yang pendek dari mmWave ini juga membuatnya cukup menggunakan antena kecil saja sehingga lebih fokus menuju area yang dituju tanpa ada transmisi yang mubazir.
Selain itu, sinyal gelombang mmWave yang pendek pun membuatnya dapat membangun multi element dan dynamic beam forming antena yang cukup kecil untuk koneksi dengan handset.
Saat ini, spektrum mmWave ini masih dalam diskusi. Di mana Oktober lalu, FCC mengusulkan aturan baru untuk broadband nirkabel di frekuensi nirkabel di atas 24 gigahertz. Terlebih, bagi pemerintah Amerika dan beberapa pihak lain juga yang melihat bahwa mmWave ini sebagai kesempatan untuk maju dan menciptakan peraturan baru untuk menghadapi generasi berikutnya dari teknologi mobile, seperti 5G yang merupakan potensi besar bagi pemilik perusahaan, manfaat bagi konsumen, bisnis dan ekonomi Amerika Serikat. Bahkan FCC sudah mengijinkan frekuensi unlisenced digunakan untuk mobile broadband. Terutama yang berada diperbatasan 24 GHz.
Para operator pun kini sudah mulai melakukan uji coba untuk menggunakan teknologi mmWave ini dan mengevaluasi frekuensi yang paling sesuai untuk mengakses aplikasi mobile.
International Telecommunication Union atau ITU dan 3GPP telah menyelaraskan rencana penelitian tahap dua untuk standar 5G. Tahap pertama, rencananya akan selesai pada September 2018. Targetnya adalah mendefinisikan frekuensi kurang dari 40 GHz untuk mengatasi bagian yang lebih mendesak dari kebutuhan komersial. Tahap kedua dijadwalkan akan dimulai pada 2018 dan selesai pada bulan Desember 2019 seperti yang sudah ditentukan oleh IMT 2020. Tahap kedua ini berfokus pada frekuensi hingga 100 GHz.
Dalam sebuah laporan berjudul Millimeter-wave for 5G: Unifying Communication and Sensing, yang ditulis oleh Xinyu Zhang, Asisten Profesor Electrical and Computer Engineering University of Wisconsin, merinci band mmWave sedang dipertimbangkan:
- 57 GHz untuk 64 GHz tanpa izin;
- 7 GHz total 28 GHz / 38 GHz berlisensi tetapi kurang dimanfaatkan; dan
- 3,4 GHz total 71 GHz band / 81 GHz / 92GHz Light-berlisensi: 12,9 GHz total
Sedangkan ITU merilis daftar frekuensi global yang diusulkan dan layak antara 24 GHz dan 86 GHz berdasarkan hasil World Radio Communications Conference:
- 24.25 – 27.5GHz
- 31.8 – 33.4GHz
- 37 – 40.5GHz
- 40.5 – 42.5GHz
- 45.5 – 50.2GHz
- 50.4 – 52.6GHz
- 66 – 76GHz
- 81 – 86GHz
(Icha)