Telko.id – Amazon kembali memperlihatkan keseriusannya dalam menggarap proyek internet dari luar angkasa, Project Kuiper.
Perusahaan raksasa ini baru saja meluncurkan 27 satelit tambahan dalam misi yang berlangsung Kamis minggu lalu, waktu Amerika Serikat.
Peluncuran ini menjadi bagian dari strategi Amazon untuk mengejar ketertinggalan dari Starlink, layanan internet milik SpaceX, yang saat ini sudah memiliki ribuan satelit di orbit.
Peluncuran terbaru membuat Project Kuiper selangkah lebih dekat dengan targetnya untuk bisa menyediakan layanan internet komersial.
Mengutip dari Digital Trends, Rabu (1/10/2025), eksekutif adri Project Kuiper, Ricky Freeman, menyebutkan bahwa layanan ini masih berada di jalur yang sesuai untuk memulai beroperasi di lima negara pada kuartal pertama tahun depan.
Walau ia mengaku jadwalnya sedikit mundur dari rencana awal peluncuran, hal ini menjadi komitmen Amazon untuk tetap bersaing dan menjadi pemain penting di industri internet satelit.
Baca juga:
- Amazon-Hertz Jualan Mobil Bekas, Saham Hertz Naik 7%
- Amazon Kini Kirim iPhone dan Galaxy via Drone dalam 60 Menit!
Peluncuran 27 satelit pada Kamis lalu merupakan bagian dari misi yang diberi nama KA-03 dimana satelit-satelit ini dibawa ke orbit terendah Bumi menggunakan roket Atlas V milik United Launch Alliance (ULA) dari Cape Caneveral, Florida.
Untuk mencapai target besar tersebut, Amazon mengeluarkan investasi lebih dari 10 miliar USD atau sekitar Rp 166 triliun untuk kontrak peluncuran.
Mereka juga bekerja sama dengan banyak mitra besar di Industri luar angkasa, mulai dari ULA, ArianeGroup, Blue Origin, hingga SpaceX yang notabene adalah salah satu pesaing utama di bisnis industri internet satelit.
Nantinya, pelanggan yang ingin menggunakan layanan internet dari Project Kuiper ini akan dapat memilih tiga jenis terminal atau antenna penerima sesuai dengan kebutuhan mereka.
Pilihan pertama adalah model kompak berukuran 7 inci. Antenna ini ringan dan mudah dibawa, cocok untuk penggunaan yang lebih fleksibel, dengan kecepatan internet hingga 100 Mbps.
Pilihan kedua adalah model standar dengan ukuran 11 inci. Versi ini ditujukan untuk rumah tangga dan mampu memberikan kecepatan hingga 400 Mbps, cukup untuk aktivitas sehari-hari seperti streaming, bekerja dari rumah, atau bermain game online.
Sementara itu, Amazon juga menyiapkan model yang lebih besar khusus untuk kalangan bisnis dan korporasi. Antenna ini bisa memberikan kecepatan hingga 1 Gbps, sehingga mampu menunjang kebutuhan koneksi data yang lebih berat.
Menurut Ricky Freeman, layanan internet Amazon Project Kuiper ini ditargetkan mulai bisa dinikmati pelanggan pada akhir kuartal pertama (Q1) 2026.
Untuk tahap awal, ada lima negara yang akan kebagian akses awal yaitu, Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Perancis, dan Jerman.
Terkait perangkat kerasnya, Amazon sudah menyiapkan terminal standar khusus untuk pelanggan rumah tangga.
Layanan internet ini diperkirakan akan memakan biaya sekitar 400 USD atau sekitar Rp 6,6 juta, lebih mahal 50 USD (sekitar Rp 833 ribu) jika dibandingkan dengan perangkat serupa milik Starlink.
Namun Amazon tidak hanya menargetkan pengguna individu. Perusahaan juga mulai menjajaki pasar bisnis. Salah satu langkah kongkretnya adalah kesepakatan dengan maskapai penerbangan JetBlue untuk menhghadirkan layanan Wi-Fi didalam pesawat.