Telko.id – Prakiraan pasar layanan 5G diperkirakan akan terus meningkat. Walaupun ada pandemi Covid-19 yang menimpa di seluruh dunia. Hal itu yang dilaporkan oleh Research and Markets.
Pada laporannya, Research and Markets menyebutkan bahwa pasar layanan 5G bernilai USD 1,62 miliar pada tahun 2020 dan diperkirakan akan mencapai USD 424,63 miliar pada tahun 2026 dengan CAGR 155,5% selama periode perkiraan (2021-2026). Di mana, jaringan 5G menawarkan latensi rendah, kecepatan transfer data lebih tinggi, dan kapasitas untuk membawa banyak koneksi.
Menurut laporan tersebut, kehadiran layanan 5G dalam waktu dekat tidak hanya akan memberikan dampak positif pada industri komunikasi tetapi juga industri pengguna akhir lainnya untuk meluncurkan produk dan layanan baru yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan, di pasar dan meningkatkan produktivitas.
Bahkan, layanan 5G ini juga akan menumbuhkan ekosistem IoT secara besar-besaran yang akan memungkinkan jaringan melayani miliaran perangkat yang terhubung. Untuk Instance, menurut Laporan Mobilitas Ericsson Juni 2019, Lebih dari 10 juta langganan 5G diproyeksikan di seluruh dunia pada akhir 2019. Ini menunjukkan fakta bahwa pasar siap untuk tumbuh sepanjang periode perkiraan.
Baca juga : Ini Penting nya Indonesia Perlu Segera Gelar Teknologi Jaringan 5G
Selain itu, layanan 5G ini juga akan menumbuhkan bisnis VoLTE. Di mana teknologi ini adalah fondasi untuk mengaktifkan layanan suara dan komunikasi pada perangkat 5G. Research and Markets menyebutkan bahwa jumlah langganan VoLTE diproyeksikan mencapai 5,9 miliar pada akhir tahun 2024, terhitung lebih dari 85 persen dari gabungan langganan LTE dan 5G. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan pasar selama periode perkiraan.
Memang, jaringan 5G yang digunakan secara besar-besaran pada mmWave memiliki beberapa kelemahan karena frekuensinya sangat tinggi, gelombang tidak menempuh jarak yang jauh. Namun, pelaku industri melalui penelitian dan pengembangan sudah mencari solusi. Misalnya, T-Mobile meluncurkan jaringan 5G menggunakan mmWave, tetapi sekarang juga menguji spektrum pita rendah (600 MHz) untuk membangun jaringan 5G-nya.
Research and Markets juga melihat bahwa dampak Covid-19 pada pasar layanan 5G diperkirakan akan signifikan dalam jangka pendek karena proyek peluncuran 5G di berbagai pasar di seluruh dunia ditunda karena pandemi. Misalnya, di Prancis, lelang spektrum untuk jaringan 5G dilaporkan telah ditunda karena pandemi virus korona yang akan berlangsung pada April 2020. Pembangunan jaringan 5G anak perusahaan United Internet 1 & 1 Drillisch, di antara proyek-proyek lainnya, juga telah ditunda.
Selain itu, keputusan seperti rencana Pemerintah Inggris untuk membatalkan kontrak 5G dengan Huawei setelah Covid-19 dapat berdampak negatif pada pasar 5G. Dalam jangka panjang, pasar layanan 5G akan meningkat karena adopsi yang lebih besar dari layanan 5G baik oleh konsumen individu maupun oleh bisnis perusahaan. Walau demikian, tetap saja pada 2021 sampai 2026 mendatang tren layanan 5G akan tetap tumbuh.
Layanan seperti apa yang akan tumbuh atau muncul ketika layanan 5G hadir? Research and Markets menyebutkan bahwa Layanan 5G ini mendukung aplikasi seperti streaming video 8K, dan Augmented Reality (AR), Energi, Transportasi, Perbankan, Kesehatan, dan Sistem Kontrol Industri diproyeksikan akan sangat bergantung pada infrastruktur digital dan jaringan 5G.
Dengan perkembangan dan langganan 5G yang pesat diharapkan mencapai 13 miliar pada akhir 2019 (Ericsson dan Survei GSA, 2018), pengguna mengharapkan aplikasi baru muncul seperti pengalaman Flickr, YouTubes atau Snapchat baru.
Lalu, dengan standar layanan 5G juga akan mendukung suara dan video ultra-HD untuk menghasilkan aplikasi baru yang mengandalkan komunikasi suara, misalnya telepresence. Kepadatan perangkat 5G, latensi rendah, keamanan, dan kemampuan video akan mendukung penawaran komunikasi nilai tambah, seperti Rich Communication Services, khususnya untuk perusahaan. (Icha)