Telko.id – Layanan 5G di Indonesia hingga sampai saat ini masih belum naik secara signifikan. Walaupun sudah ada Telkomsel yang disusul oleh Indosat Ooredoo dan XL Axiata. Setidaknya, ada tiga faktor yang akan membuat layanan 5G di Indonesia ini akan naik. Apa itu?
Menurut Shurish Subbramaniam, Chief Technology Officer Smartfren, dalam sebuah conference hari ini (26/10), faktor yang pertama adalah ketersediaan spectrum. Sampai saat ini ketersediaan spectrum masih belum ideal.
“Spektrum 3,5 GHz, 2,6 GHz, atau frekuensi millimeter wave sangat dibutuhkan bagi ekosistem industri. Saya yakin pemerintah sedang bekerja keras untuk menghadirkan spektrum yang ideal 5G di Indonesia,” lanjutnya.
“Padahal, Speed yang dihasilkan bukan main cepatnya, dan very low latency. Sehingga untuk mengaplikasikan robot geraknya akan baik, karena tidak akan ada delay, dan itu sangat baik untuk industri, karena otomatisasi di sisi manufakturing akan berjalan jauh lebih sempurna,” terang Shurish, dalam acara yang digelar SelularID tersebut, Selasa (26/10).
Sementara itu, Indra Mardiatna, Vice President Technology Strategy Telkomsel yang juga hadir dalam ajang tersebut juga menjelaskan, sejauh ini spektum 5G memang belum ideal.
“Tapi bukan berarti tidak bisa menggelar 5G. Analoginya itu spektrum dalam bisnis hotel misal itu tanahnya, ini merupakan fundamental. Lalu 5G sendiri akan lebih efisien dibandingkan 4G. Dan 5G itu lebih tinggi throughput ketimbang 4G,” terang Indra.
Kemudian ia juga berpandangan secara use case, untuk kebutuhan consumer 5G kalah kompleks jika dibandingkan dengan kebutuhan industri, “Memang saya melihat oportunitinya 5G arahnya memang bakal jauh berperan pada transformasi digital dari sisi industri,” paparnya.
Sedangkan untuk menguatkan use case 5G di Tanah Air sendiri tentu dibutuhkan kolaborasi. “Kami percaya kolaborasi melalui skema pentahelix yaitu kolaborasi antara pemerintah, kampus, pengusaha, komunitas dan media sangat dibutuhkan. Kami berharap kita jangan jadi pengguna (5G) saja kedepan, tapi berlanjut lebih jauh dan Indonesia bisa memanfaatkan dengan baik,” ungkapnya.
Lalu bagaimana dengan ketersediaan smartphone 5G? Menurut laporan IDC ada lebih dari 30% konsumen di Indonesia pengeluaran TIK didominasi oleh Smartphone, pengeluaran mencapai total 36 Juta unit pengiriman di 2020.
Dan, sudah tentu, masyarakat memiliki harapan untuk dapat memperoleh ponsel 5G dengan harga terjangkau. “Ekspektasinya tentu dengan pengunaan 5G kedepan yang semakin tinggi, ada harapan penuruhan harga. Apa yang kita liat di pasar kita tentu harga handset dengan sepesifikasi tinggi, namun costnya bagi konsumen harga cukup,” terang Mevira.
Sementara itu menurut Aryo Meidianto. A, PR Manager OPPO Indonesia ketersedian ponsel 5G yang dimiliki OPPO kontribusinya sudah 3,6 persen di Tanah Air. Untuk meningkatkan jumlahnya, tergantung dengan stekholder, bagaimana pemerintah memperkuat peraturanya dengan cepat, operator mengakselerasi jaringan 5G sehingga hadir merata.
“Jika semua itu sudah berjalan smooth, mau tidak mau permintaan smartphone 5G akan cenderung tinggi. Kita optimis jika tahun depan gelaran 5G semakin baik, Oppo akan menghadirkan lebih banyak lagi smartphone ketimbang di 2021 di Indonesia,” tuturnya.
Dan posisi OPPO pada perankat 5G saat ini berada di kisaran Rp3 jutaan, dan jika melihat dari ketersediaan perangkat OPPO di Tiongkok, ada harga ponsel 5G yang memiliki harga dibawah Rp3 jutaan. (Icha)