Telko.id – Capex merger Indosat dan Tri, diharapkan oleh para pengamat adalah sama atau bahkan lebih besar ketimbang ketika masih sendiri-sendiri. Demikian yang disampaikan oleh pengamat Ian Joseph Matheus Edward, Dosen ITB sekaligus Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia-ITB (PIKERTI-ITB).
Ian demikian kerap dipanggil, menyebutkan bahwa Capex merger dari operator yang berkonsolidasi harus sama atau bahkan lebih. Jadi misalnya Indosat Ooredoo tahun ini memiliki Capex Rp.7 Triliun dan Tri Indonesia memiliki Capex Rp.5 Triliun, maka paling tidak usai konsolidasi menjadi Indosat Ooredoo Hutchinson, memiliki Rp.12 Triliun.
Dengan demikian, niatan kolaborasi untuk mendukung pemerintah dalam pemerataan jaringan 4G LTE atau penerapan teknologi baru tetap dapat berjalan.
“Apalagi, permintaan akan akses internet meningkat pesat, dan hal itu terjadi saat pandemic Covid-19. Baik untuk bersilatirahmi, mempererat ikatan keluarga, pendidikan, dan pembelajaran, perdagangan maupun hiburan,” ungkap Ian menjelaskan dalam sebuah diskusi virtual, Rabu (13/10/2021).
Baca juga : Merger Indosat dan Tri, Apa Manfaat Bagi Pelanggan?
Ian juga menyebutkan bahwa dengan Capex merger yang sama atau lebih itu juga dapat digunakan untuk memanfaatkan frekuensi sebagai sumber daya yang terbatas sebesar-besar nya untuk masyarakat. Bukan hanya untuk korporasi saja. Jadi, sangat penting Capex itu sama atau bahkan lebih besar. Dengan demikian, frekuensi yang ada pun dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
“Salah satu prasyarat merger adalah harus bersedia melakukan ekspansi ke daerah lain. Pemerintah harus menagih secara rinci pelaksanaan perluasan layanan mereka. Karena lisensi penyelenggaraan telekomunikasi khususnya linsensi selular 4G LTE adalah lisensi nasional, sehingga layaknya semua operator menyediakan jaringan di seluruh Indonesia,” tambahnya.
Selain pemerataan jaringan 4G LTE, tantangan bagi operator konsolidasi adalah merancang skema tarif baru yang tepat dan terjangkau guna memperoleh pelanggan yang setia. Service Level Agreement (SLA) yang ditingkatkan termasuk pengembangan teknologi adalah bagian lain yang harus dijamin kepada pelanggan.
Konsolidasi ini harus benar-benar dijaga oleh pemerintah, jangan sampai ada yang dirugikan. Tarif baru seharusnya dapat terjangkau masyarakat tapi juga tidak merugikan operator. Sehingga asas utama telekomunikasi adalah memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat dapat tercapai.
Hal-hal di atas adalah satu sisi di mana masyarakat memperoleh manfaat. Lantas, manfaat apa lagi dengan jaringan 4G LTE yang merata?
Ian punya pengalaman memanfaatkan jaringan tersebut dan memberdayakan Internet of Things (IoT) untuk pengembangan budidaya rumput laut di Maluku. Utilisasi 4G/LTE dipakai sebagai jaringan yang mengirimkan data dengan kontrol penuh berupa informasi kadar oksigen, pola arus laut, dan data-data klimatologi dan biologi lain.
Hasilnya berupa solusi-solusi yang lebih tepat dan terukur untuk pembudidayaan, mulai dari penanaman dan pemanenan. “Produktivitasnya naik empat kali lipat dibandingkan yang tradisinonal,” kata Ian. (Icha)