Telko.id – Teknologi 5G memang saat ini masih belum bisa komersial di Indonesia. Masih ada Kendala di frekuensi yang akan dialkokasikan sebagai tempat 5G berjalan. Namun, di dunia, yang banyak berkembang dan popular adalah yang memanfaatkan frekuensi 3.5 GHz. Sayang, di Indonesia, frekuensi itu masih digunakan oleh satelit C-band, sehingga perlu ada pembersihan dulu kalau memang pemerintah memiliki frekuensi tersebut.
Hal itu juga disarankan oleh Qualcomm. “Jika mau 5G di Indonesia lebih efisien, sebaiknya frekuensi 3.5GHz yang sekarang dipakai oleh satelit dibersihkan dulu. Atau, kami juga ada solusi untuk bisa 5G dan satelit ini bisa berdampingan,” ungkap Alex Orange, Senior Director, Government AffairsDi dunia untuk South East Asia dan Asia Pasific Qualcomm.
Menurut Alex, kemungkinan Indonesia akan menentukan pilihan frekuensi yang akan digunakan untuk 5G itu usai berlangsungnya World radiocommunication conferences (WRC) 2019. Di mana, dalam pertemuan tersebut, salah satu agenda nya adalah penentuan frekuensi untuk 5G. Di sini lah, Indonesia penting hadir untuk bisa menyuarakan apa yang perlu disampaikan.
Di Indonesia sendiri, masih bergantung pada satelit C-band. Sampai saat ini, semua operator telco di Indonesia masih di C-band. Makanya asosiasi satelit sangat protektif pada C-band.
Terlebih, pemerintah menilai satelit memiliki peran yang sangat besar bagi Indonesia yang geografisnya terdiri dari ribuan pulau. Hal itulah yang masih menjadi pertimbangan penggunaan frekuensi menengah untuk 5G.
“Jadi, nanti kita lihat apakah ada win-win solutions antara aplikasi untuk satelit dengan aplikasi untuk 5G ke depannya,” ungkap Denny Setiawan, Direktur Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) pada beberapa kesempatan.
Sebenarnya, yang dihadapi oleh Indonesia tentang permasalahan penerapan 3,5 GHz untuk 5G juga terjadi disebagian besar negara di Asia. Seperti di Hongkong, Australia dan India.
“Kami sedang mengkaji potensi pemanfaatan penggunaan frekuensi 3.5GHz secara sharing untuk 5G dan satelit, misalnya dengan pembagian secara geografis untuk layanan 5G di wilayah yang terdapat kawasan industri manufaktur atau daerah perkotaan yang memiliki demand trafik data yang tinggi,” kata Denny.
Dengan pendekatan tersebut, Dia berharap keberlangsungan layanan satelit dapat tetap berlangsung sampai dengan masa umur satelit dan di sisi lain implementasi teknologi 5G di pita frekuensi tersebut dapat diimplementasikan. (Icha)