Telko.id – Era Internet of Things mulai tumbuh bahkan diproyeksikan akan semakin menggila pada tahun 2020 mendatang. Berdasarkan hasil riset beberapa lembaga menyebutkan bahwa IoT akan tumbuh dengan angka yang luar biasa besar. Berdasarkan Gartner sekitar 300 milyar dollar, sedangkan menurut data IDC mencapai 1.7 triliun. Bisnis terbesar akan diperoleh dari bisnis device dan aplikasi. Kedua, didapat dari konektiviti dan platform dan terakhir dari system integrasi.
Pasar yang demikian besar memang mengharuskan Indonesia untuk siap menghadapi ‘serangan’ IoT tersebut. Persiapan yang paling mendasar adalah membuat masterplan IoT Indonesia. Hal ini disebutkan oleh Rudiantara dalam sambutannya pada acara Seminar Nasional ITF yang bertajuk
“Mendorong Terbentuknya Regulasi dan Standarisasi Dalam Menata Ekosistem Internet of Things”, di Jakarta (16/07).
“Player inilah perlu duduk bersama merumuskan arah atau masterplan IoT di Indonesia. Karena pasar IoT di Indonesia diproyeksikan tertinggi di Asia tenggara sekitar 4000 dollar di tahun 2020,” ungkap Rudiantara.
Selain menghadirkan Rudiantara, seminar ini juga mendatangkan pembicara dari pihak Dirjen SDPPI, Bapak Ismail dan pihak operator selular, Indosat Ooredoo yang diwakili oleh Budiharto, Group Head Business Product Indosat Ooredoo. Budiharto memberikan pandangannya mengenai IoT yang akan terus tumbuh membesar di masa depan. “Sejumlah riset menunjukkan memang IoT akan menjadi salah satu layanan yang akan tumbuh secara eksponensial seiring semakin merebaknya machine to machine communication dan artificial intelligence atau kecerdasan buatan serta aplikasi. Peran perusahaan telekomunikasi sangat penting sebagai enabler Utama dalam ekosistem IoT” kata Budiharto.
Sementara dari sisi regulasi, menurut Agung Harsoyo, komisioner BRTI sekaligus staf pengajar STEI ITB Bandung menjelaskan bahwa pihaknya terus memantau perkembangan IoT saat ini dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi termasuk dampaknya bagi masyarakat luas. “Kami melakukan antisipasi ke depan sebagai jawaban atas berkembangnya ekosistem IoT di masa depan,” kata Agung. Terlebih, perkembangan IoT sulit dibendung sehingga memang diperlukan perangkat regulasi yang mampu menjawab berbagai tantangan yang ditimbulkan oleh IoT.
Selain menghadirkan pembicara dari kalangan industri, ITF juga menghadirkan Desmond Previn, dari perusahaan IoT Smart Home Indonesia yang sukses memasarkan produknya ke pasar Eropa dan Tiongkok. “IoT punya prospek cerah bagi Indonesia karena banyak hal bisa dikreasikan dengan IoT. Kreativitas dan keunggulan sumber daya manusia Indonesia di bidang pemrograman menyakinkan saya untuk menggeluti bisnis ini,” tambahnya.
Dari sisi industri, ruang lingkup yang luas serta pasarnya yang luar biasa membuat perusahaan sebesar GE (General Electric) pun melirik IoT sebagai salah satu solusi. “Ekosistem IoT harus dibangun secara sinergi di antara pemangku kepentingan termasuk kalangan industri,” kata Muliandy Nasution, Market Development GE Indonesia. Perusahaan besar bidang telekomunikasi dan elektronika memang banyak melirik IoT sebagai peluang besar bisnis di masa mendatang.
Dari sisi teknis, sebagai sebuah perangkat dengan standar tersendiri memang harus diperhatikan bahwa IoT juga menyimpan bom waktu yang harus diantisipasi sejak awal. “Kemungkinan-kemungkinan tersedotnya data pribadi dan sebagainya tetap dimungkinkan dari penerapan IoT,” kata Gunawan Wibisono, pengajar Fakultas Teknik Jurusan Elektro Universitas Indonesia.
Dengan kondisi tersebut, Indonesia Technology Forum (ITF) mendorong adanya regulasi dan penataan ekosistem IoT yang sehat dan mampu membawa manfaat tidak hanya bagi masyarakat tetapi juga bagi pemangku kepentingan di sektor telekomunikasi dan informatika serta memajukan keunggulan ekonomi Indonesia
ITF juga berharap, hadirnya IoT bisa mendorong keunggulan kompetitif nasional melalui transformasi dalam era digital dengan memanfaatkan teknologi IoT. Sehingga keberadaan ekosistem IoT bisa mendorong Indonesia menjadi pemain global dan tidak hanya menjadi pangsa pasar melainkan menjadi pemain utama. (Icha)