Telko.id – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat kerugian finansial akibat kejahatan siber mencapai Rp476 miliar dalam periode November 2024 hingga Januari 2025.
Wakil Menteri Kominfo Nezar Patria menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan sektor privat untuk memperkuat pertahanan digital, termasuk pemanfaatan kecerdasan artifisial (AI).
Data tersebut disampaikan Nezar dalam peluncuran inisiatif AI for All: Protecting Indonesians from Spam and Scam oleh Indosat di Jakarta, Kamis (7/8/2025).
Menurutnya, hingga pertengahan 2025, terdapat 1,2 juta laporan penipuan digital yang masuk ke sistem pengaduan publik. “Angka ini bukan sekadar statistik, tapi peringatan untuk bertindak cepat,” tegasnya.
AI sebagai Solusi Keamanan Digital
Nezar menekankan bahwa teknologi seperti AI dan machine learning harus menjadi solusi nyata untuk memerangi spam dan penipuan digital.
“Inisiatif Indosat adalah langkah konkret sektor privat dalam menjaga ruang digital. Ini bisa menjadi model kolaborasi bagi industri lain,” ujarnya.
Pemerintah juga berkomitmen memperkuat regulasi dan literasi digital. Nezar menambahkan, pengembangan teknologi berbasis dalam negeri menjadi prioritas untuk menghindari ketergantungan pada pihak asing.
“Kedaulatan data dan teknologi adalah bagian dari visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto,” jelasnya.
Baca Juga:
Kolaborasi Lintas Sektor
Kominfo bekerja sama dengan Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri untuk menindak pelaku kejahatan digital, baik dari dalam maupun luar negeri.
Edwin Hidayat Abdullah, Dirjen Ekosistem Digital Kominfo, menyatakan perlunya edukasi berkelanjutan kepada masyarakat.
“Kejahatan siber seperti targeting influencer atau platform digital rentan harus diantisipasi dengan teknologi dan kesadaran pengguna,” ujarnya.
Industri teknologi seperti Samsung juga telah mengembangkan solusi keamanan seperti Samsung Knox untuk perlindungan perangkat. Langkah serupa diharapkan bisa diadopsi oleh pelaku industri lainnya.
Nezar menutup dengan pesan agar seluruh pemangku kepentingan bersinergi menciptakan ekosistem digital yang aman dan inklusif. “Teknologi harus menjadi tameng, bukan ancaman,” pungkasnya. (Icha)