Telko.id – Agresifitas vendor asal Cina membuat negara besar ‘gerah. Pasalnya, bisnis jaringan telekomunikasi banyak dikuasai. Sebenarnya, bukan karena bisnis nya yang membuat kekhawatiran, tetapi lebih pada keamanan nasional. Tak pelak, Amerika Serikat pun melarang masuknya perangkat dari Cina, terutama dari Huawei dan ZTE.
Beberapa waktu lalu, ZTE sudah ‘berdamai’. Sedangkan Huwaei masih belum.
Kekhawatiran Amerika Serikat ini pun ‘merambat’ ke Inggris dan menjadi pertimbangan banyak negara untuk ‘mengerem’ penggunaan peralatan dari asal Cina. Seperti di Jepang, Australia, Selandia Baru Jerman dan Prancis, kini sedang mencari-cari vendor infrastruktur jaringan selain dari Cina yang mampu menggelar jaringan 5G untuk dinegaranya.
Inggris menyikapinya dengan langkah yang berbeda. Dengan akan mengeluarkan peraturan masuknya perangkat dari vendor Cina. Bukan melarang.
Saat ini, memang peraturan itu memang belum selesai, masih dalam penggodokan. Namun beberapa media Inggris sudah ada yang mengkonfirmasi pada beberapa sumber di industri telekomunikasi Inggris yang menyebutkan bahwa peraturan yang akan dikeluarkan ini cukup ketat karena akan membatasi penggunaan peralatan atau perangkat dari vendor Cina hingga tidak lebih dari 50%, seperti dikutip dari The Telegraph.
Tujuannya agar empat operator seluler di Inggris tidak banyak menggunakan peralatan dari vendor Cina atau lebih spesifik lagi menyebutkan merek Huawei. Terutama untuk peralatan jaringan inti dan peralatan radio dan termasuk jaringan 5G.
Niatan dari pemerintah Inggris itu pun menimbulkan banyak pertanyaan dari industri. Terutama dalam pelaksanaannya nanti apakah peraturan tersebut akan berlaku surut atau apakah akan diterapkan untuk pembangunan jaringan baru. Ini masih belum jelas.
Langkah Inggris ini seperti memperjelas laporan dari Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris bulan lalu yang menyebutkan bahwa negara itu memiliki alat untuk mengurangi risiko penggunaan teknologi Huawei di jaringan 5G.
Laporan tersebut membuat Pusat Keamanan Siber Nasional AS (NCSC) ‘terhenyak’ dan menyimpulkan bahwa negara tersebut memiliki alat untuk mengurangi risiko potensial dari penggunaan peralatan Huawei di jaringan 5G.
Kesimpulan oleh intelijen Inggris menjadi sebuah pukulan serius bagi upaya AS untuk membujuk sekutunya untuk melarang perusahaan China mengambil bagian dalam kontrak 5G atas tuduhan keamanan nasional.
Satu orang yang akrab dengan masalah ini mengatakan kepada Financial Times bahwa kesimpulan Inggris akan “sangat berpengaruh” dengan para pemimpin Eropa, karena AS memiliki akses ke intelijen AS yang sensitif melalui keanggotaannya dalam jaringan berbagi intelijen Lima Mata.
“Negara-negara lain dapat membuat argumen bahwa jika Inggris yakin akan mitigasi terhadap ancaman keamanan nasional maka mereka juga dapat meyakinkan publik mereka dan pemerintah AS bahwa mereka bertindak dengan cara yang bijaksana dalam terus membiarkan penyedia layanan telekomunikasi mereka menggunakan komponen China. Selama mereka mengambil jenis tindakan pencegahan yang direkomendasikan oleh Inggris, “kata orang itu.
Robert Hannigan, mantan kepala GCHQ, agen sinyal intelijen Inggris, baru-baru ini menulis di Financial Times bahwa NCSC “tidak pernah menemukan bukti aktivitas cyber negara Cina yang berbahaya melalui Huawei” dan bahwa “pernyataan bahwa teknologi Cina di bagian mana pun dari Jaringan 5G merupakan risiko yang tidak dapat diterima adalah omong kosong. ”
Kesimpulan yang diambil intelijen Inggris tampaknya tidak dibagikan oleh Australia dan Selandia Baru, juga anggota Five Eyes, yang tahun lalu melarang atau memblokir penyedia telekomunikasi untuk menggunakan peralatan Huawei di jaringan 5G.
Bulan lalu, Politico melaporkan bahwa pemerintahan Trump memiliki perintah eksekutif dalam pekerjaan yang akan melarang penggunaan peralatan dari vendor China di jaringan telekomunikasi A.S. Perintah itu dikabarkan kemungkinan akan datang sebelum Mobile World Congress di Barcelona, tetapi sejauh ini belum terwujud. (Icha)
Sumber: RCR Wireless