Telko.id – Medio pertengahan Mei ini, Presiden Donald Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional atas ancaman terhadap teknologi Amerika Serikat (AS) pada Rabu (15/5/2019).
Langkah tersebut, dilakukan melalui perintah eksekutif, memberi wewenang kepada Menteri Perdagangan Wilbur Ross memblokir transaksi dalam bidang teknologi informasi atau komunikasi yang “menimbulkan risiko keamanan nasional Amerika Serikat.”
“Presiden Donald Trump mendukung keputusan itu, yang akan mencegah teknologi Amerika digunakan oleh entitas asing dengan cara yang berpotensi merusak keamanan nasional AS atau kepentingan kebijakan luar negeri,” kata Menteri Perdagangan Wilbur Ross dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari CNBC International, Kamis (16/5/2019).
Keputusan tersebut, membuat Huawei Technologies dan 70 perusahaan afiliasi lainnya masuk dalam daftar perusahaan yang tidak boleh membeli perangkat dan komponen dari perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah. Artinya, setiap Huawei akan membeli perangkat dan komponen dari AS atau perusahaan AS maka harus ada lisensi atau persetujuan pemerintah.
Hal ini tentu akan membuat produsen teknologi asal Cina ini terhambat produksinya. Bukan apa-apa, banyak teknologi yang digunakan oleh Huawei ini masih buatan Amerika.
Perusahaan AS pun sudah mulai ‘bergerak’ memblokir nama Huawei dari kliennya. Seperti yang sudah dilakukan oleh Induk usaha Google, Alphabet. Perusahaan ini telah menghentikan sementara berbagai kerja sama bisnis dengan Huawei.
Kemudian berlanjut dengan Intel, Qualcom dan Broadcom. Seperti dikutip Telko.id dari Bloomberg, Senin (20/5/2019), ketiga produsen dan supplier chip ini akan menghentikan kerja sama dengan Huawei dalam waktu dekat. Intel sendiri merupakan pemasok chip server dan prosesor untuk jajaran laptopnya Huawei, sementara Qualcomm menyediakan modem dan prosesor lainnya.
Tak pelak, Huawei pun akan terisolasi dan pasti nya akan mengganggu bisnis Huawei secara keseluruhan.
Tapi tanpa ada ke khawatiran sedikit pun, pendiri dan CEO Huawei Technologies Ren Zhengfei berkomentar, “Mungkin pertumbuhan Huawei akan melambat, tetapi hanya sedikit,” kata nya dihadapan media Jepang sebagai komentar resmi pertamanya setelah pembatasan A.S, seperti dikutip dari Reuters, Senin (20/5/2019).
Bahkan Ren sangat yakin bahwa pertumbuhan pendapatan perusahaan yang didirikannya akan lebih dari 20%.
Dan, Ren juga menyakin bahwa perusahaan yang didirikan, sama sekali tidak melanggar hukum, seperti yang dituduhkan Amerika terhadap Huawei.
Ren Zhengfei menambahkan Huawei memang dipersiapkan menghadapi ‘badai’ seperti sekarang ini dan Huawei akan “baik-baik saja” bahkan jika pembuat chip ponsel AS Qualcomm Inc dan pemasok Amerika lainnya tidak akan menjual chip kepada perusahaannya.
Menurut laporan Bloomberg, Huawei juga telah mempersiapkan kemungkinan ini dengan menimbun chip dari pemasok AS yang bisa membuat perusahaan bertahan dalam tiga bulan mendatang.
Ren Zhengfei menegaskan bahwa Huawei tidak akan menerima instruksi dari pemerintah AS. “Kami tidak akan mengubah manajemen kami atas permintaan AS atau menerima pemantauan, seperti langkah yang diambil ZTE,” katanya.
Akan kah Huawei mampu bertahan dari ‘gerakan’ isolasi yang dilakukan oleh Amerika ini? Mungkin akan terlihat 3 bulan kedepan, ketika persediaan Huawei sudah mulai menipis. (Icha)