Telko.id – Pusat Monitoring Telekomunikasi (PMT) melaporkan gangguan layanan telekomunikasi signifikan di Provinsi Aceh menyusul bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi pada Rabu (26/11). Berdasarkan hasil koordinasi dengan operator seluler, tercatat 799 site telekomunikasi mati, mewakili sekitar 23,40% dari total 3.414 site eksisting di provinsi tersebut.
Gangguan ini berdampak pada infrastruktur milik tiga operator utama: PT Telekomunikasi Selular, PT Indosat Tbk, dan PT XL Smart Telecom Sejahtera Tbk. PMT telah melakukan koordinasi intensif dengan para operator untuk memantau perkembangan dan upaya pemulihan layanan di wilayah terdampak.
Dampak Gangguan per Kabupaten dan Kota
Data terperinci dari PMT mengungkap sebaran gangguan di berbagai wilayah Aceh. Di Kabupaten Aceh Barat, 12 site atau 2,64% dari total 452 site mengalami gangguan. Sementara di Kabupaten Aceh Barat Daya, 8 site (2,74% dari 292 site) terdampak.
Wilayah dengan jumlah site terdampak tertinggi adalah Kabupaten Aceh Besar dengan 40 site mati (2,52% dari 1.586 site). Kabupaten Aceh Jaya mencatat 2 site terganggu (0,97% dari 206 site), dan Aceh Selatan mengalami gangguan pada 8 site (1,92% dari 417 site).

Di Kabupaten Aceh Tamiang, 12 site (2,17% dari 554 site) tidak berfungsi, sementara Aceh Timur hanya kehilangan 1 site (0,12% dari 864 site). Kota Bireuen mengalami gangguan pada 27 site (2,30% dari 1.171 site), dan Kota Banda Aceh mencatat 29 site mati (2,40% dari 1.207 site).
Kota Lhokseumawe kehilangan 15 site (2,87% dari 523 site), Kabupaten Nagan Raya mengalami gangguan pada 16 site (4,12% dari 389 site), Kabupaten Pidie mencatat 26 site mati (2,79% dari 931 site), dan Kabupaten Pidie Jaya mengalami gangguan pada 15 site (4,20% dari 357 site).
Baca Juga:
Laporan Detail dari PT XL Smart Telecom
PT XL Smart Telecom Sejahtera Tbk melaporkan data alarm kepada PMT pada Rabu (26/11) sekitar pukul 16:30 WIB. Perusahaan mengonfirmasi 208 site terdampak atau 9,61% dari total 2.165 site eksisting di Provinsi Aceh.
Dampak terparah dialami Kecamatan Tapaktuan dan Kluet Utara yang kehilangan 100% site telekomunikasi mereka. Kecamatan Seunagan dan Samadua juga mengalami kerusakan total dengan masing-masing kehilangan 100% site yang ada.
Beberapa kecamatan lain mencatat persentase gangguan signifikan, termasuk Darul Makmur (45,45%), Kuala Pesisir (40%), Kuala (40%), Kuta Malaka (40%), dan Lhoong (40%). Data ini menunjukkan kerusakan infrastruktur telekomunikasi yang tersebar luas di berbagai wilayah Aceh.
Upaya pemulihan jaringan telekomunikasi di daerah bencana menjadi prioritas utama, mengingat pentingnya komunikasi untuk koordinasi tanggap darurat. Seperti yang dilakukan Telkom Akses yang mengintegrasikan AI untuk efisiensi operasional, teknologi modern dapat mempercepat proses restorasi layanan.
Laporan dari PT Indosat Tbk
PT Indosat Tbk menyampaikan laporan gangguan kepada PMT pada Rabu (26/11) sekitar pukul 17:50 WIB. Perusahaan mencatat 334 site terdampak atau 9,08% dari total 3.677 site eksisting di Provinsi Aceh.
Beberapa kecalaman mengalami dampak parah, dengan Kecamatan Silih Nara, Bies, Darul Ihsan, dan Indra Makmu kehilangan 100% site telekomunikasi mereka. Kecamatan Beutong mencatat gangguan pada 66,67% site, sementara Kuala mengalami kerusakan pada 54,55% site.
Kecamatan dengan gangguan signifikan lainnya termasuk Timang Gajah (37,5%), Tangan-Tangan (33,33%), Susoh (33,33%), Panga (33,33%), dan Jagong Jeget (33,33%). Data ini mengonfirmasi bahwa bencana banjir dan longsor telah menyebabkan kerusakan infrastruktur telekomunikasi yang meluas.
Dalam situasi seperti ini, layanan internet rumah seperti Indosat HiFi yang menawarkan kecepatan hingga 100 Mbps juga berpotensi terdampak, meskipun infrastruktur fiber optik umumnya lebih tahan terhadap kondisi cuaca ekstrem dibandingkan menara telekomunikasi.
Gangguan telekomunikasi skala besar ini mengingatkan pentingnya ketahanan infrastruktur digital, terutama mengingat komitmen operator seperti IndiHome yang menjamin layanan tetap lancar selama periode sibuk. Pemulihan layanan di Aceh menjadi ujian penting bagi ketahanan infrastruktur telekomunikasi nasional dalam menghadapi bencana alam.


