spot_img
Latest Phone

Bocoran Samsung Galaxy Watch8: Desain Baru, Tapi Kecepatan Isi Daya Masih Sama?

Telko.id - Bocoran resmi dari sertifikasi 3C di China...

Garmin Instinct 3 Tactical Edition: Smartwatch Tangguh untuk Misi Ekstrem

Telko.id - Garmin baru saja menghadirkan Instinct 3 –...

ASUS Vivobook S14: Laptop AI 45+ TOPS untuk Produktivitas Tanpa Batas

Telko.id - ASUS Vivobook S14 (S3407QA), laptop terbaru yang...

Garmin vívoactive 6, Tak Sekadar Pintar, Dukung Gaya Hidup Aktif dan Tampil Lebih Gaya

Telko.id - Garmin Indonesia memperkenalkan vívoactive 6, smartwatch wellness...

Lebih Bugar Setelah Lebaran dengan Smartwatch Garmin

Telko.id - Pernahkah Anda merasa tubuh terasa berat dan...
Beranda blog Halaman 1524

Dukung Perkembangan UKM, XL Siapkan Rp 500 Miliar

0

Telko.id – Usaha Kecil Menengah atau UKM memang mulai menunjukan eksistensinya di lantai perekonomian Nasional. Hal tersebut tergambar dari kontribusi mereka dalam menopang perekonomian Negara.

Berkaca dari hal tersebut, PT. XL Axiata merasa perlu untuk mendukung pengembangan UKM dengan cara digitalisasi.

Dalam acara peluncurran DigiBiz yang berlangsung di Jakarta, Rabu (2/12), Presiden Direktur XL, Dian Siswarini mengungkapkan keinginannya untuk membantu para pengusaha kecil yang belum mengarah ke digitalisasi agar mulai memasuki era digital bersama solusi XL itu.

“UKM adalah pelaku yg sangat penting untuk menggerakkan perekonomian indonesia dan UKM sudah terbukti menjadi penyelamat indonesia pada krisis ekonomi tahun 1998 silam,” ungkapnya.

Diluncurkannya layanan DigiBiz sendiri, diakui Dian sejalan dengan visi XL yang ingin memajukan Indonesia lewat teknologi. Selain melalui DigiBiz, dukungan lain juga terlihat dari roadmap perusahaan yang telah tak sedikit uang untuk pengembangan solusi UKM.

Ongki Kurniawan, Direktur Digital Service XL mengungkapkan, “Untuk tiga tahun ke depan, XL akan menginvestasikan dana sebesar Rp 500 Miliar untuk mengembangkan solusi bagi kalangan UKM.”

Ongki juga menyebutkan salah satu kesulitan adalah bagaimana bisa memasarkan produk dan untuk meng-capture setiap pesanan. Peran perusahaan telekomunikasi seperti XL dari segi digital akan sangat membantu para UKM agar mereka bisa mengembangkan bisnisnya.

Nantinya, XL juga akan merangkul beberapa stakeholder seperti Perbankan, Lembaga Jasa Keuangan serta para komunitas UKM di daerah untuk menyiapkan solusi digital finansial bagi kalangan UKM daerah dan sama-sama memajukan sektor Industri ini agar tidak kalah pada saat MEA berlangsung.

Selain menghadirkan solusi bagi UKM, dalam ksempatan ini XL juga telah menjalin kerjasama dengan komunitas UKM, yakni Tangan Di Atas (TDA) yang memiliki lebih dari 20 ribu keanggotaan UKM. Dengan kerjasama ini diharapkan pula dapat semakin banyak menjaring para pelaku UKM yang menggunakan solusi bisnis digital dari XL.

Sekedar informasi, selain DigiBiz, XL juga telah memiliki solusi advertising yang berguna bagi para UKM, yaitu AdReach.

Ke depannya, seperti diungkapkan Ongki lagi, XL juga berencana untuk menghadirkan OTT khusus entertainment, yang akan diluncurkan pada kuartal pertama tahun depan. [ak/if]

 

DigiBiz, Layanan Digital Baru XL Khusus Untuk UKM

0

Telko.id – Seiring dengan semakin ratanya penyebaran layanan 4G LTE miliknya, XL Axiata merasa perlu untuk menghadirkan kan beberapa layanan OTT guna mendukung ekosistem dari 4G LTE tersebut.

Seperti diketahui, Application atau aplikasi menjadi salah satu unsur penting dari kesuksesan 4G di Indonesia. Saat ini, terdapat banyak OTT yang tersedia di pasaran, namun kebanyakan dari layanan itu berasal dari luar negeri dan sangat disayangkan jika pihak luar yang memanfaatkan momentum digitalisasi ini.

OTT terbaru dari XL, yakni DigiBiz, merupakan OTT yang sengaja didesain untuk kalangan UKM di Indonesia. DigiBiz ditujukan untuk para UKM yang memiliki kesadaran untuk menggunakan teknologi digital sebagai platform dari bisnisnya.

Adapun tiga manfaat utama dari layanan OTT ini, antara lain terkait Product Solution, Business Solution serta Networking yang berguna untuk mendapatkan jaringan bisnis yang lebih luas lagi.

“Kami menargetkan sampai dengan tahun 2016 jumlah pengguna DigiBiz mencapai 20.000 user,” ungkap Onki Kurniawan, Direktur Digital Service XL saat ditemui di acara peluncuran DigiBiz yang berlangsung di Jakarta, Rabu (2/12).

Untuk merealisasikan target tersebut, pihak XL menggandeng TDA (Tangan Diatas) yang juga sebuah komunitas bagi para UKM. TDA juga telah memiliki anggota lebih dari 20 ribu UKM yang tentunya akan semakin mempermudah pencapaian target dari DigiBiz ini.

Onki menambahkan, DigiBiz merupakan platform yang bersifat solusi digital yang mendukung para pelaku UKM untuk mulai mengembangkan bisnis mereka.

DigiBiz akan menghadirkan produk ‘jumpStart’ untuk para UKM yang ingin memulai bisnis mereka. Salah satu produk unggulan di jumpStart adalah solusi Virtual Telephony XL Mobex dengan penawaran harga kompetitif, yakni mulai Rp.800.000 per UKM. Solusi ini tentunya akan mengatasi permasalahan UKM dari Sektor Customer Relationship Management yang biasanya cukup mahal bagi kelas UKM.

Selain itu, DigiBiz juga akan membantu para UKM untuk membuat website mereka sendiri yang tentunya akan mendukung usaha mereka. [ak/if]

Daripada ‘Kecewakan’ Pelanggan, BlackBerry Pilih ‘Cabut’ dari Pakistan

0

Telko.id – BlackBerry mengambil sikap tegas atas sikap pemerintah Pakistan yang meminta akses ke data terenkripsi yang dikirim melalui server perusahaan. Alih-alih menyerahkan pesan pribadi milik pelanggan, perusahaan asal Kanada ini memilih ‘cabut’ dari Pakistan.

Pakistan memberi tenggat waktu pada BlackBerry sampai 31 Desember untuk mematuhi perintah ini, namun BlackBerry mengatakan akan segera menghentikan operasinya di negara itu.

“Sementara kami menyesal meninggalkan pasar yang penting ini dan pelanggan kami di sana, yang tersisa di Pakistan akan berarti mengorbankan komitmen kami untuk melindungi privasi pengguna,” kata chief operating officer Marty Beard dalam sebuah posting di blog “Kami tidak akan berkompromi untuk itu.”

Perusahaan yang berbasis di Waterloo, Ontario ini memang bekerja sama dengan investigasi kriminal, tapi Beard mengatakan Pakistan ingin lewat “pintu belakang” untuk “membuka akses” ke semua komunikasi mobile BlackBerry termasuk email dan pesan teks “untuk alasan keamanan.”

Beard menambahkan, ini bukan pertanyaan tentang keselamatan publik. Melainkan pemerintah Pakistan ingin dapat memonitor semua lalu lintas BlackBerry Enterprise Service di negara ini. Demikian dilaporkan Economictimes, Rabu (2/12).

Langkah ini muncul di tengah meningkatnya upaya pemerintah untuk mendapatkan akses ke pesan terenkripsi untuk penyelidikan kriminal dan keamanan nasional. Raksasa teknologi Amerika Serikat, Apple dan Google telah menerapkan enkripsi untuk smartphone sehingga hanya pengguna yang memiliki ‘kunci’, yang berarti perusahaan tidak bisa membagi data bahkan dengan surat perintah atau surat perintah pengadilan.

5 Tahun ke Depan, Pasar Smartphone LTE Diproyeksi Tumbuh 26%

0

Telko.id – Perangkat LTE, atau dikenal juga dengan sebutan perangkat 4G, memungkinkan pengguna untuk berselancar internet, melakukan voice chat dan berbagi file dengan kecepatan yang jauh lebih baik. Global LTE consumer devices market menyaksikan cepatnya tingkat penetrasi smartphone, perbaikan infrastruktur telekomunikasi dan pelonggaran kerangka kebijakan di negara berkembang.

Sebagai tambahan, televisi online dan live streaming berkembang sebagai tren kunci yang dipicu permintaan data kecepatan tinggi. Akibatnya, permintaan untuk perangkat yang mendukung kecepatan transfer data yang tinggi melambung, secara global. Belum lagi ditambah semaraknya pasar e-commerce dan m-commerce yang mengkatalisis adopsi smartphone dan tablet LTE.

Menurut “Global LTE Consumer Devices Market Forecast and Opportunities, 2020”, pasar global untuk perangkat konsumer LTE diproyeksikan tumbuh pada CAGR atau tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata investasi selama periode waktu tertentu, sebesar lebih dari 26% selama 2015 – 2020.

Dilansir dari PR Newswire, Rabu (2/12), meningkatnya adopsi teknologi LTE di negara berkembang, meningkatkan jumlah perangkat LTE baru yang didaftarkan, seperti kamera dan perangkat wearable lainnya. Penerapan koneksi Machine-to-Machine, Internet of Things (IOT) dan penurunan harga jual rata-rata global perangkat LTE diproyeksikan akan mendorong pertumbuhan di pasar perangkat konsumer LTE global sampai 2020.

Samsung dan Apple masih menjadi dua vendor teratas yang diharapkan dapat melanjutkan dominasi pasarnya. Namun, pangsa pasar masing-masing diperkirakan menurun selama lima tahun ke depan.

Nokia dan Telecom Italia Buat Inkubasi Untuk Kembangkan RAN, SON and SDN

0

Telko.id – Saat ini begitu banyak perusahaan teknologi yang bekerjasama untuk menciptakan ide-ide baru. Inti nya tetap untuk memberikan pertumbuhan yang signifikan terhadap industry telekomunikasi. Salah satu yang baru saja melakukan kerjasama adalah Nokia dengan Italia Telecom.

Kerjasama dari kedua perusahaan ini adalah melakukan inkubasi untuk memunculkan teknologi baru dengan memanfaatkan teknologi jaringan yang ada.

Di daerah yang sudah disepakati bersama, ada beberapa teknologi akan dikembangkan bersama. Yakni teknologi Network Functions Virtualisation (NFV), Software Defined Networking (SDN), Radio Access Network (RAN) Evolution and Next Generation Self Organising Networks (SON).

Dalam kerjasama tersebut juga melegal kan ke dua nya untuk menilai system, solution dan service yang dikembangkan bersama dan memungkinkan juga untuk melakukan investasi bersama atas hasil yang diperoleh. Dan selama dua tahun kerjasama, baik Nokia maupun Italia Telecom akan mencari dan mengevaluasi inovasi serta menggunakannya dalam portofolio masing-masing.

Kerjasama ini sebenarnya bukan hal baru karena Nokia Network maupun Telecom Italia sudah melakukan kerjasama selama dua Dasawarsa. Di mana Nokia Networks adalah salah satu pemasok utama pembangunan infrastruktur jaringan mobile broadband milik Telecom Italia. Termasuk juga melakukan uji coba 16QAM teknologi HSUPA, berkolaborasi dalam mengembangkan antenna aktif dan mengembangkan software operating untuk Service Operation Center milik Telecom Italia.

Para startups baru diharapkan juga akan membantu membuat cara yang lebih efisien untuk menghasilkan infrastruktur software untuk jaringan generasi lima. “Kolaborasi akan membuka kesempatan untuk memperkenalkan teknologi jaringan baru di area strategis, lebih cepat dibandingkan sebelumnya,” ujar Sandro Dionisi, Director Global Advisory Service Telecom Italia.

Langkah ini merupakan cara untuk menemukan bakat baru di Eropa dan menjadi jalan untuk mengakses ke para innovator. Jadi, bukan hanya di Silicon Valley saja. Lanjut Sandro menjelaskan.

“Semua itu tentang menciptakan ide baru dalam bisnis dan menawarkan layanan yang lebih baik. Dan Startups merupakan sumber yang kaya inovasi sehingga dapat mendobrak dinding bagi telekomunikasi dan layanan digital. Dengan potensi besar di bidang NFV, SDN, RAN Evolution dan SON,” Hossein Moiin, CTO Nokia Network menjelaskan. (Icha)

Menkominfo: Konsep TKDN 30% Bukan Sekedar Relokasi Manufaktur

0

 

Telko.id – Aturan Tingkat kandungan Dalam Negeri atau TKDN untuk smartphone 4G yang akan diberlakukan pada 1 Januari 2017 adalah 30%. Sayang, aturan itu seperti diterjemahkan dengan memindahkan pabrik ke Indonesia. Padahal, yang diinginkan oleh pemerintah lebih dari itu.

“Kalau TKDN kita konsepnya hanya merelokasi manufaktur maka kita cuma akan jadi blue collar pada 5-10 tahun ke depan. Padahal, kita tidak ingin tenaga kerja kita hanya akan menjadi buruh saja,” ujar Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia menjelaskan.

Untuk itu, konsep dari TKDN ini harus jelas. Harus dilihat dari value nya. Dan, Menkominfo sudah sempat berbicara dengan Kementerian Perindustrian untuk memanfaatkan momen akan diberlakukannya TKDN 30% tersebut di awal 2017 nanti. Sehingga aturan itu tidak sekedar diterjemahkan sebagai relokasi pabrik saja.

Jadi, sangat penting TKDN ini diurai kembali dengan melihat dari proses awal hingga menjadi sebuah ponsel. Dimulai dari aktivitas development yang terdiri dari riset, desain, dan manufaktur. “Manufaktur sendiri ada dua proses, software dan hardware. Kalau TKDN 30% cuma kita jejali hardware manufaktur maka kita cuma akan jadi blue collar,” ujar Rudiantara lebih lanjut.

Rudiantara juga mencontohkan, misalnya tentang desain. Orang lokal yang mendesain. Jadi bukan cuma tenaga saja yang digunakan, tetapi juga pemikiran dan ide lahir dari lokal. Itu pasti akan lebih bermanfaat bagi Indonesia. Terlebih, di Indonesia setiap tahunya ada 1 juta orang yang lulus sarjana. Lulusan inilah yang sejatinya berpotensi untuk dapat diserap oleh vendor global. (Icha)

Ujicoba mmWave, DoCoMo dan Nokia Capai Kecepatan 2 Gbps

0

Telko.id – Prestasi terbaru kembali dicetak operator Jepang, NTT DoCoMo. Kali ini, ditandai dengan keberhasilan perusahaan dalam menguji teknologi gelombang milimeter (mmWave) di lokasi dunia nyata, yang mencapai kecepatan koneksi puncak lebih dari 2 Gbps.

Dilakukan dalam kemitraannya dengan Nokia Networks, pengujian ini berlangsung di kompleks bertingkat tinggi Roppongi Hills di Tokyo, dan dengan menggunakan spektrum di band 70 GHz.

Dilansir dari Total telecom, Rabu (2/12), frekuensi mmWave dipandang sebagai komponen penting dari 5G, tetapi frekuensi ini memberikan tantangan yang signifikan, terutama pada bangunan komersial, di mana kekuatan sinyal dipengaruhi oleh permukaan reflektif dan BTS berada di luar jangkauan perangkat.

“Kali ini, bagaimanapun, percobaan itu berhasil berkat penggunaan dua teknologi baru: beamforming, yang berfokus pada gelombang radio dalam arah tertentu, dan beam tracking untuk mengendalikan arah sinyal menurut lokasi perangkat mobile,” kata DoCoMo, dalam pernyataannya minggu lalu.

Sebelumnya, pada bulan November, DoCoMo dan Samsung melakukan uji coba dimana kecepatan koneksi puncak 2,5 Gbps disampaikan ke kendaraan yang melaju dengan kecepatan 60 kilometer per jam dengan menggunakan spektrum 28 GHz dan banyak antena dalam hubungannya dengan beamforming dan tracking.

“Ke depan, DoCoMo akan terus meneliti dan mengembangkan teknologi jaringan canggih yang ditujukan untuk peluncuran komersial dari sistem komunikasi mobile generasi berikutnya, 5G, pada 2020,” pungkas DoCoMo.

ATSI: Vendor Harus Patuhi Aturan Tenaga Kerja di Indonesia

0

Telko.id – Beberapa hari lalu, terjadi penggerebekan di kantor Huawei Services yang berlokasi di Menara Prudential Lantai 6-8, Jakarta Selatan. Ada 12 orang yang tak bisa menunjukkan paspor dan dipanggil ke Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Selatan.

Beberapa vendor telekomunikasi memang banyak yang menggunakan tenaga asing. Jika memang sesuai dengan aturan ketenagakerjaan Indonesia tidak masalah. Yang menjadi masalah adalah ketika tidak sesuai. Inillah persoalan yang menimpa Huawei beberapa hari lalu.

Ketua Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), Alexander Rusli meminta masalah tentang ketenagakerjaan itu diperhatikan dan diselesaikan dengan secepatnya. Maklum saja, hampir semua operator di Indonesia banyak yang menggunakan layanan dari vendor tersebut. Dengan adanya persoalan ini, jika tidak cepat diselesaikan ditakutkan akan menghambat pembangunan jaringan maupun layanan manage service yang diberikan oleh vendor tersebut ke operator.

“Sebagai Ketua ATSI, saya meminta vendor untuk mematuhi aturan yang ada di Indonesia,” ujar Alexander Rusli, yang juga President Director & CEO Indosat menjelaskan.

Masalah ketenagakerjaan, diakui Alex, merupakan isu yang sangat sensitif. Itu sebabnya, kata dia, di ATSI sampai ada kelompok kerja (pokja) khusus yang menangani soal tenaga kerja. Apalagi di operator telekomunikasi banyak pegawai ekspatriat.

Di lapangan sendiri, masalah tenaga asing ini menjadi persoalan tersendiri. Berbeda dengan industri lain, yang biasanya tenaga asing hanya di level top management. Untuk industri telekomunikasi, tenaga asing, khususnya tenaga asing dari Cina diperkerjakan bukan hanya level executive saja, tetapi sudah menyentuh level staf. Tentu, kondisi ini meresahkan bagi tenaga kerja Indonesia. (Icha)

Alasan Huawei Pekerjakan Tenaga Asing Asal China

Telko.id – Perkembangan teknologi dan tumbuhnya kebutuhan akan berbagai layanan seolah memaksa operator seluler untuk terus meremajakan infrastruktur jaringannya. Inilah mengapa vendor jaringan seperti Huawei, ZTE atau bahkan Ericsson seolah tak pernah sepi order.

Khusus untuk vendor asal China seperti Huawei dan ZTE, mereka adalah primadona bagi para operator seluler di Indonesia. Sebagai contoh, pada saat proses refarming di frekuensi 1800 Mhz saja, kedua Vendor asal Tiongkok ini menjadi vendor yang mendominasi proyek tersebut.

Salah satu alasan mengapa para operator lebih memilih vendor asal China ketimbang Vendor Eropa disinyalir karena hal efisiensi dan juga waktu pengerjaan.

Sebagai informasi, dalam setiap tender yang digelar oleh tiap operator, setidaknya terdapat tiga poin penting yakni, ‘Cost, Time and Quality’.

Vendor Eropa seperti Ericsson dan NSN menawarkan kualitas yang sangat baik namun untuk Cost dan juga waktu pengerjaan akan jauh melambung.

Sementara vendor asal Tiongkok menyediakan harga yang rendah serta waktu pengerjaan yang relatif lebih singkat dari vendor asal Eropa. Lalu, bagaimana dengan kualitas? Well, tergantung siapa yang menjawabnya, tapi logikanya kualitas cenderung inline dengan harga.

Sebuah pertanyaan kembali terselip, bagaimana para vendor asal China bisa melakukan pekerjaan dalam sekejap dan biaya yang lebih murah?

Salah seorang tenaga profesional yang bekerja di Huawei menuturkan kepada tim Telko.id bahwa banyaknya karyawan Huawei asal China menjadikan mereka bisa mengerjakan proyek dengan lebih cepat.

Hal ini juga sekaligus menjawab pertanyaan mengapa Huawei sangat menyukai para pekerja asal China dengan atau tanpa memperdulikan persyaratan ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia.

Ia juga membeberkan, para pekerja dari RRC tidak kenal waktu, untuk weekday saja mereka bisa bekerja hingga 10-11 jam perhari. Selain itu, mereka juga bekerja pada akhir pekan.

Sementara untuk para pekerja lokal, akhir pekan biasanya digunakan untuk istirahat dan berkumpul dengan keluarga atau teman. Sementara pekerja asal RRC memiliki teman yang bekerja di perusahaan yang sama yang tentunya membuat para pekerja asal Negeri Tirai Bambu ini seakan tidak memerlukan waktu libur. Dengan demikian, pihak management akan lebih untung jika banyak karyawan asal China bekerja di Perusahaan mereka karena akan menambah waktu pengerjaan dengan biaya yang sama.

Hal ini yang tidak bisa dimiliki oleh vendor asal Eropa. Para vendor asal Eropa sejatinya lebih bersahabat dan menghargai budaya Indonesia yang memiliki sanak family yang cukup banyak.

Namun, sangat disayangkan karena pihak operator seluler sebagai pengguna jasa vendor asal China ini seakan tutup mata terhadap formula yang dilakukan oleh Huawei, terutama dalam hal ketenagakerjaan.

Operator cenderung tidak memperhatikan mengenai waktu pengerjaan yang cepat dan harga murah yang dideliver oleh Huawei sejatinya tidak menghormati peraturan ketenagakerjaan di Indonesia dan cenderung mengabaikan budaya Tanah Air yang memiliki ‘extended family’.

Di sisi lain, pola bisnis yang dilakukan Vendor jaringan asal China sejatinya berimbas ke industri turunannya. Misal sub kontraktor dan pekerjanya. Tuntutan untuk mengerjakan projek secara cepat dengan harga yang cenderung terus menurun, seolah menggiring industri telko ke sistem perbudakan.

Yup, sekarang seperti sudah jadi hal lazim jika seorang pekerja telko yang tengah berjuang membangun jaringan, di pelosok-pelosok negri, justru belum mendapatkan gajinya hingga berbulan bulan. Belum lagi masalah standar gaji kecil untuk pekerja lapangan, atau beragam jenis penalty yang siap membebani jika projek tidak selesai pada waktunya.

Ini adalah persoalan tersendiri di industri telekomunikasi, tapi sama seperti masalah work permit, perlu ada kesungguhan dari seluruh stake holder telekomunikasi untuk menciptakan ekosistem yang nyaman untuk pekerja. Tidak hanya perkeja lokal tapi juga pekerja asing.

 

XL Lebih Pilih RCS Ketimbang Volte

0

Telko.id – PT XL Axiata selaku operator seluler 4G LTE mengaku lebih memilih RCS ketimbang volte untuk layanan voice di 4G mereka.

Seperti diketahui, teknologi 4G yang semakin merata di semua wilayah Indonesia membuat para penyedia layanan ini bersiap menyongsong sebuah ekosistem  baru untuk memanfaatkan jaringan internet super cepat ini. Teknologi tersebut adalah sebuah fitur panggilan baru yang menyerupai OTT pada umumnya dan tentunya juga akan mengkonsumsi kuota data pengguna bukan pulsa.

RCS (Rich Communication Suite) adalah sebuah OTT yang menyerupai Whatsapp dan Line, nantinya akan digunakan oleh beberapa operator penyedia 4G untuk melakukan panggilan melalui jalur data.

Sementara itu, di Indonesia juga mengenal sebuah teknologi yang nyaris sama yaitu volte. Volte sendiri rencananya akan diaplikasikan oleh Operator Smartfren pada kuartal pertama di awal tahun 2016 mendatang.

Sama halnya dengan Smartfren, Telkomsel juga telah melakukan trial untuk volte pada beberapa waktu yang lalu.

Bagaimana dengan XL? Seperti dibahas diawal, Operator seluler 4G ini cenderung lebih memilih menggunakan RCS ketimbang volte.

Tri Wahyuningsih, selaku GM Corporate Communication XL menyebutkan, “Kalau kita menggunakan volte maka harus ada device yang mendukung juga dan saat ini ketersediaannya sangat terbatas makanya kita lebih pilih RCS karena sudah support dengan semua device,” sebutnya kepada tim Telko.id

Wanita yang akrab disapa Ayu ini menambahkan bahwa pihak XL belum terlalu berkonsentrasi kearah sana, namun mereka sudah melakukan ujicoba pada saat Juli lalu.

Yang membedakan antara RCS dan dan OTT lain seperti Whatsapp adalah RCS bisa melakukan panggilan ke nomor lain yang tidak menggunakan RCS. Sebagai contoh, seseorang yang menggunakan RCS bisa melakukan panggilan ke telepon rumah dengan membebankan pada tarif data.

Pihak XL juga belum memutuskan bagaimana skema tarif yang hendak mereka gunakan untuk ‘billing’ RCS ini.

“Karena saat ini belum ada regulasi yang mengatur mengenai tarif RCS, jadi kami belum bisa memutuskan menggunakan formula apa dalam perhitungan tarif dari RCS ini,” tutupnya.