spot_img
Latest Phone

Bocoran Samsung Galaxy Watch8: Desain Baru, Tapi Kecepatan Isi Daya Masih Sama?

Telko.id - Bocoran resmi dari sertifikasi 3C di China...

Garmin Instinct 3 Tactical Edition: Smartwatch Tangguh untuk Misi Ekstrem

Telko.id - Garmin baru saja menghadirkan Instinct 3 –...

ASUS Vivobook S14: Laptop AI 45+ TOPS untuk Produktivitas Tanpa Batas

Telko.id - ASUS Vivobook S14 (S3407QA), laptop terbaru yang...

Garmin vívoactive 6, Tak Sekadar Pintar, Dukung Gaya Hidup Aktif dan Tampil Lebih Gaya

Telko.id - Garmin Indonesia memperkenalkan vívoactive 6, smartwatch wellness...

Lebih Bugar Setelah Lebaran dengan Smartwatch Garmin

Telko.id - Pernahkah Anda merasa tubuh terasa berat dan...
Beranda blog Halaman 1462

Telkomtelstra Siap ‘Tarung’ Di Bisnis Cloud Untuk Perusahaan via Private Cloud

0

Telko.id – Berdasarkan laporan dari Gartner dalam publikasinya “Public Cloud Services, Worlwide, 2013-2019, 4Q15‟, bahwa peluang bisnis Cloud di Indonesia saat ini sudah dalam kondisi matang. Hal ini dijadikan pondasi oleh perusahaan dalam membangun, mengelola dan menciptakan nilai bisnis baru kepada pelanggan mereka, serta meningkatkan efisiensi biaya melalui model layanan Cloud.

Untuk IT Outsourcing diperkirakan akan tumbuh pesat pada pasar service management di Indonesia hingga 5 tahun ke depan. Khusus untuk Cloud, pasar di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dari US$ 287 juta menjadi US$ 430 juta sampai akhir tahun 2018 dengan CAGR sebesar 19%.

Tentu melihat angka tersebut menjanjikan sebuah peluang bisnis. Tak heran, Telkomtelstra, perusahaan patungan antara Telkom Indonesia dan Telstra Corporation Limited pun berminat untuk ikut ‘bertarung’ di pasar tersebut. Caranya dengan meluncurkan layanan infrastruktur data center terbarunya yakni Private Cloud khusus untuk perusahaan Indonesia.

Produk unggulan ini akan melengkapi produk Managed Cloud Service Telkomtelstra sebelumnya, yang terdiri dari Software as a Service (SaaS), Managed Solution Services, yang terintegrasi dalam network berjangkauan luas, berkapabilitas tingkat dunia dan keahlian lokal.

Dengan menggunakan Private Cloud dari Telkomtelstra, perusahaan dan organisasi di Indonesia dapat lebih fokus dalam mengembangkan bisnis, meningkatkan produktivitas dan efisiensi, berinovasi – serta menciptakan keuntungan kompetitif.

Erik Meijer, Presiden Direktur Telkomtelstra menyatakan, “kami sangat bangga dengan kapabilitas Telkomtelstra dalam menyediakan Private Cloud Service yang menjadi pemimpin pasar kepada perusahaan di Indonesia”.

Lebih lanjut, Erik juga menyatakan bahwa Telkomtelstra akan menggunakan kapabilitas network yang sangat luas milik Telkom termasuk dengan infrastruktur domestiknya dan keahlian teknologi Telstra, untuk melayani organisasi lokal dengan penawaran Managed Cloud, yang bertujuan untuk membantu perusahaan Indonesia lebih fokus pada bisnis nya dan melakukan apa yang harus dilakukan dengan lebih baik.

Dengan menggunakan Cloud Private, perusahaan akan dibantu dalam mengamankan aplikasi dan data bisnis penting sehingga secara total biaya juga akan menurun. Terlebih lagi, Telkomtelstra menyediakan layanan Cloud dengan infrastruktur di dalam negeri yang bertujuan untuk memenuhi regulasi pemerintah tentang penyimpanan dan integritas data di Indonesia.

Private Cloud ini melengkapi layanan SaaS Telkomtelstra sebelumnya. Private Cloud dapat menjadi solusi untuk meminimalkan resiko di dalam operasi IT organisasi – membutuhkan pengamanan khusus, tata kelola, manajemen dan alat untuk memastikan visibilitas dan kontrol pada setiap tingkat layanan.

Dalam waktu dekat, Telkomtelstra juga akan menawarkan pilihan kepada pelanggan untuk mengkombinasikan aplikasi Private dan Public Cloud berupa solusi Hybrid Cloud yang memungkinkan fleksibilitas lebih besar dari operasi bisnis, pengelolaan infrastruktur dan pengendalian biaya.

Dengan dirilisnya produk ini, Telkomtelstra menghadirkan ke pasar Indonesia sebuah kemampuan untuk meningkatkan teknologi “in the Cloud”, untuk mendorong lebih maju bisnis di Indonesia ke masa depan digital. Bermitra dengan provider terkemuka dunia, seperti VCE, Telkomtelstra akan menyediakan platform pengelolaan end-to-end, memberikan pelanggan sebuah layanan lengkap mulai dari jaringan sampai ke dalam Cloud – membantu pertumbuhan organisasi melalui cara yang efisien dan fleksibel.

“Dan, sekarang adalah waktu yang tepat bagi bisnis di Indonesia untuk mentransformasi diri mereka secara digital dan makin memudahkan mereka untuk bersaing di pasar global,” ujar Erik menjelaskan. (Icha)

Kembangkan IOT, Sk Telecom Investasikan 84 Juta Dollar

0

Telko.id – SK Telecom telah memutuskan untuk melakukan investasi sekitar $ 84 juta selama dua tahun untuk memperluas dan mendalami cakupan bisnis Internet of Things (IOT) mereka.

Operator telekomunikasi asal Korea Selatan ini berencana untuk membangun nasional Low-Power Wide-Area Network (LPWAN) dalam tahun ini, dengan mengembangkan modul IOT-berdedikasi, dan upgrade platform yang ThingPlug IOT untuk menawarkan layanan IOT yang inovatif.

“Melalui strategi IOT kami yang meliputi jaringan, platform dan perangkat, SK Telecom akan memimpin pertumbuhan industri IOT,” kata Lee Hyung-hee, presiden dan chief operating officer dari SK Telecom seperti dilaporkan oleh TelecomLead (16/3).

Pemerintah dalam hal ini Kementrian Sains, ICT dan Perencanaan Masa Depan Korea memutuskan untuk merevisi daya pancar maksimum untuk pita frekuensi 900MHz dari 10mW sampai 200mW untuk memelihara industri IOT. Langkah tersebut diharapkan dapat membantu operator jaringan telekomunikasi ini mengatasi keterbatasan yang disebabkan oleh daya pancar rendah dan untuk setidaknya mengtasi permasalahan dasar bagi banyak layanan IOT baru.

Teknologi LPWA akan memungkinkan SK Telecom untuk fokus pada model bisnis baru seperti metering, pelacakan lokasi dan monitoring serta kontrol layanan karena menghemat daya baterai dan biaya untuk konektivitas.

Selain itu, SK Telecom akan menyiapkan IOT Control Center untuk mengelola peralatan jaringan dan perangkat IOT. IOT Control Center akan memantau status real-time dari jaringan IOT nasional dan semua perangkat yang terhubung untuk mengoptimalkan operasi.

Selain itu, SK Telecom akan mengembangkan modul IOT dedicated yang dapat tertanam dalam perangkat IOT. Hal ini juga berguna untuk membuka Application Programming Interfaces (API) dari modul ini kepada perusahaan pihak ketiga. Perusahaan akan menyediakan modul IOT secara gratis kepada para UKM dan memungkinkan UKM tersebut untuk menguji layanan mereka.

3 UK Harapkan Konsolidasi dengan O2 UK

0

Telko.id – Hutchison pusat berharap agar mendapatkan dukungan dari European Commision untuk penggabungan 3 UK dan O2 UK dengan penawaran pemberian sepertiga dari kapasitas jaringan entitas yang diusulkan untuk persaingan, dengan mengharapkan permintaan pelanggan yang lebih besar, seperti dilaporkan oleh MobileWorldLive (16/3).

Sementara itu, Komisi menginginkan penciptaan jaringan lagi untuk mengimbangi kombinasi antara 3 dan O2, namun terkait hal tersebut Hutchison  menolak untuk melakukan ini.

Sekedar informasi, penggabungan 3 UK dan Telefonica O2 akan menciptakan sebuah operator terbesar di Inggris, serta mengurangi jumlah operator dari empat menjadi tiga (tidak termasuk MVNOs). Hal ini tentunya dapat semakin meningkatkan skala ekonomi pada industri Telko di Inggris.

Posisi Hutchison sendiri berada di bawah dua operator besar. Sementara dengan tiga operator, tentunya akan lebih menciptakan kompetisi yang lebih sehat dan memberikan nilai lebih baik bagi konsumen.

Namun, Komisi Eropa tampaknya tidak mungkin untuk menerima proposisi seperti itu, dengan alasan bahwa operator lebih sedikit sama dengan harga yang lebih tinggi.

Batas waktu untuk keputusan akhir tentang kesepakatan tersebut adalah 22 April mendatang. Dikarenakan waktu yang semakin mendekat, sehingga diperkirakan akan memunculkan ketegangan antara kedua belah pihak ketika mereka mencoba untuk mencapai kesepakatan.

Hutch berpendapat bahwa penawarannya lebih realistis daripada penciptaan jaringan yang terpisah secara full-blown, yang akan membutuhkan investasi yang cukup besar. menurut berbagai sumber.

Sementara itu, dengan menawarkan sekitar 30 persen dari total kapasitas jaringan entitas yang diusulkan tampaknya akan menjadi senjata utama Hutchison untuk regulator. Kapasitas bisa diberikan kepada salah satu rival atau dibagi menjadi sama rata melalui  kepemilikan bersama.

Penawaran tersebut juga dianggap secara permanen untuk melawan kritik dari pengaturan grosir jangka pendek atau perjanjian MVNO.

Berbicara mengenai konsolidasi, di Indonesia sendiri justru Pemerintah dalam hal ini Kominfo, menargetkan akan tercipta konsolidasi dari para Operator di Indonesia. Dengan hanya 4 operator seluler setelah konsolidasi, diharapkan akan tercipta skala ekonomi serta efisiensi dari tiap-tiap operator.

Dengan 4 Operator, juga diharapkan akan menambah pemasukan dari tiap operator terkait dengan layanan yang mereka berikan. Diharapkan, proses konsolidasi ini akan tercipta pada tahun 2019 mendatang.

Menginjakan Kaki di Indonesia, Cloudera Sasar Industri Telko

0

Telko.id – Salah satu penyedia solusi pengelolaan dan analisis big data menggunakan platform hadoop yakni Cloudera mulai menjajaki bisnis mereka di Indonesia. Tidak tanggung-tanggung mereka langsung menyasar tiga industri besr di Indonesia seperti Telekomunikasi, Keuangan serta Retail.

Dengan hadirnya fenomena big data di seluruh dunia termasuk Indonesia, Cloudera mengungkapkan optimisme mereka untuk menyasar tiga sektor bisnis tersebut. terutama sektor Telko, yang mana industri ini terkait dalam pengolahan data dalam jumlah besar dan juga kebutuhan data analitik serta user profiling.

Di Temui pada Jumpa Pers di salah Grand Hyatt, Jakarta, Joseph lee selaku Managing Director Asean & India Cloudera mengugkapkan bahwa bukan hanya Industri telko saja yang menjadi sasaran market mereka, hadirnya fenomena smart city di Indonesia juga akan dimanfaatkan oleh Cloudera untuk mulai memperkenalan diri di Indonesia. Ia juga menyebut bahwa Industri Telko adalah pelanggan nomor satu dari cloudera dengan top 3 telko global di dunia menggunakan jasa dari Cloudera.

Sementara itu, Cloudera juga sejatinya telah berpartner dengan salah satu operator terbesar di Indonesia  yakni Telkomsel. Lee menyebut, “Telkomsel juga merupakan klien kami dan menggunakan jasa kami untuk mendukung perkembangan perusahaan melalui layanan voice dan SMS untuk memberikan penawaran kepada pelangan terkait layanan broadband terbaru, ” ujarnya kepada tim Telko.id (15/3).

Telkomsel awalnya menerapkan Cloudera Enterprise untuk melaukan extract, transform, dan load (ETL) data operasi dari data warehouse mereka untuk diolah. Cloudera juga memberikan efisiensi dari segi biaya dan waktu untuk mewujudkan sebuah wawasan tentang bisnis Telkomsel.

Namun, ketika disinggung lebih dalam mengenai kerjasama ini serta keterkaitan Telkom Group dalam kerjasama dengan Telkomsel, Joseph Lee tidak mau berkomentar lebih dalam terkit hal tersebut.

Sekedar informasi, Hadoop sendiri merupakan sebuah ekosistem komponen open source yang secara fundamental merubah cara perusahaan dalam menyiman, memproses serta menganalisis data dalam jumlah besar. Tidak seperti sistem traisional, Hadoop memungkinkan beberapa jenis beban kerja analitik pada data yang sama secara realtime.

Sementara itu, yang menjadi perbedaan antara Cloudera dengan penyedia solusi serupa adalah Cloudera Enterprise membuat Hadoop menjadi lebih cepat, mudah dan aman sehingga para pelanggan dapat berfokus pada hasil, tentunya dengan biaya kepemilikan platform yang lebih terjankau oleh kalangan bisnis.

Cloudera juga telah berpartner dengan beberapa raksasa telko di luar negeri. Sebut saja True dan British telecom (BT), dengan BT akhirnya mendeploy Cludera data Hub untuk meningkatkan kecepatan data serta memberikan nilai lebih kepada pelanggan.

Dengan membawa manajemen data ke dalam multi-tenant lingkungan produksi dalam Hadoop, BT sekarang dapat memiliki pandangan terpadu dari pelanggan dan secara signifikan mengurangi jangka waktu pengolahan data.

Well, Kita tunggu saja bagaimana sepak terjang mereka, menghadapi persaingan dari penyedia sejenis lainnya yang sudah lebih dulu ada disini.

Sprint Jajaki Wireless Backhaul Untuk Potong Biaya

0

Telko.id – Setiap operator pasti selalu memutar otak membangun arsitektur jaringannya agar dapat efisiensi biaya. Namun di sisi lain, kenyaman pelanggan harus tetap nomor satu. Hal ini juga dilakukan oleh Sprint. Di mana, operator ini akan melakukan penjajak untuk melakukan perubahan besar yakni dengan melakukan upgrade jaringan. Diharapkan dengan langkah ini dapat memotong biaya perusahaan secara keseluruhan.

Salah satu biaya terbesar yang dikeluarkan oleh Sprint saat ini adalah biaya yang terkait dengan penyebaran small cell adalah backhaul, koneksi yang membawa lalu lintas jaringan mobile dari situs sel kembali ke inti jaringan. Itu sebabnya, Sprint akan mengurangi biaya tersebut untuk sejumlah situs dengan menggunakan wireless backhaul.

Backhaul ini sangat banyak berfungsi, terutama ketika akan melakukan perubahan pada jaringan,” ujar Tarek Robbiati, CFO Sprint menjelaskan. Lebih lanjut, Tarek menyatakan bahwa Sprint akan memiliki jaringan yang begitu pada. Tapi dibagian lain, untuk mencapai kapasitas yang dibutuhkan, maka kami juga harus memikirkan kembali strategi backhaul yang diterapkan. Dan itu akan menggunakan mix ethernet, fiber dan wireless backhaul agar kami tetap dapat menurunkan biaya.

Biasanya, operator menggunakan line-of-sight wireless backhaul. Terutama untuk memenuhi kebutuhan di wilayah pedesaan yang jaringan tidak terjangkau oleh Fiber. Padahal, yang ingin dilakukan oleh Sprint adalah menyebarkan puluhan ribu small cell. Yang rata-rata area yang disasar tidak memilki akses fiber yang sudah pastinya akan menambah biaya setiap penyebarannya secara signifikan. Itu sebabnya, Sprint harus melakukan atur ulang arsitektur jaringannya dengan mengimplementasikan wireless backhaul. Langkah ini akan menghemat biaya yang dikeluarkan oleh Sprint hingga 1 miliar US$ setiap tahunnya, seperti yang diungkapkan oleh Walter Piecyk, analis dari BTIG Research

“Sprint bisa menghemat 600 juta US$ hingga 1,2 miliar US$ untuk penambahan jaringan setiap tahunnya jika menggunakan wireless, bukan fiber,” tulis Piecyk dalam sebuah catatan penelitian yang dilansir dari RCR Wireless. Lebih lanjut, Pieck menjelaskan bahwa angka tersebut berdasarkan asumsi penggunaan backhaul tradisional yang membutuhkan biaya 1000 US$ per bulan dan Sprint membutuhkan backhaul untuk yang bisa menangani 50.000 sampai 100.000 small cell. Namun sejauh ini, masih sedikit laporan yang menyebutkan penyebaran small cell oleh Sprint.

Hanya saja, Softbank sebagai pemilik Sprint dari Jepang menyebutkan bahwa operator ini akan melakukan penggunaan spektrum 2.5 GHz yang sebelumnya digunakan untuk jaringan WiMAX.

Selanjutnya muncul pertanyaan, siapa yang akan menjadi vendor Sprint untuk melakukan perubahan ke wireless backhaul? Kemungkinan jawaban tersebut datang dari Jepang, di mana Softbank sudah melakukan ujicoba teknologi small cell dengan Airspan, perusahaan dari Florida. Ke dua perusahaan tersebut sudah melakukan uji coba dengan koordinasi multipoint technology untuk LTE small cell dan rencananya, untuk implementasi tersebut akan menggunakan Airspan wireless Ibridge backhaul solutions.

Airspan pun sudah memiliki produk yang disebut AirSynergy yang dirancang untuk mendukung wireless backhaul. Sayang, perusahaan belum menanggapi informasi tentang produk yang akan digunakan dan vendor yang dipilih untuk mengimplementasi kebutuhannya.

Piecyk melihat bahwa radio untuk wireless backhaul yang digunakan oleh Sprint harus dapat di dedikasikan ke dalam spektrum 2.5 GHz ke backhaul. Dan, hal itu tidak dapat dilakukan oleh operator lain karena Sprint memiliki spektrum yang cukup. Lebih lanjut Piecyk menilai bahwa apa yang dilakukan Sprint ini, selain akan mengurangi biaya, wireless backhaul juga akan mempercepat implementasi small cell ke pasar.

“Dari sudut pandang Sprint, jika akan menempatkan puluhan ribu small cell akan membutuhkan waktu untuk menemukan perusahaan telepon atau perusahaan kabel atau Zayo atau Crown Castle atau siapa pun itu untuk mendapatkan fiber atau tipe lain untuk koneksi fixed,” ujar Piecyk menjelaskan. Namun, ke depan ketika lalu lintas sudah bertambah, Sprint juga akan membutuhkan fiber backhaul. Namun, untuk saat ini, wireless backhaul bisa menjadi langkah yang cerdas. Langkah inipun akan memungkinkan Sprint mendapatkan perhatian dan memberikan kecepatan yang dibutuhkan oleh para pelanggan mereka.

Untuk saat ini saja, beberapa analis melihat bahwa Sprint sudah memiliki potensi yang baik dan terlihat juga progress ke depannya yang menjanjikan. Seperti yang dikatakan oleh Roger Entner dari Recon Analytics yang mengatakan Sprint sudah menawarkan koneksi lebih cepat dari pesaingnya di pasar. Di mana Sprint Spark telah dikerahkan. Entner berpikir kecepatan jaringan akan menjadi fokus utama untuk Sprint tahun ini.

Tetapi fokus Sprint pada kecepatan jaringan telah diimbangi oleh dorongan berkelanjutan untuk memotong biaya. Saat ini, Sprint masih memiliki hutang lebih dari 30 miliar US$ dan belum berubah sejak 2014. (Icha)

 

F5 Networks: 42% Kekhawatiran Pengguna Aplikasi Datang dari Keamanan

Telko.id – Meningkatnya penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari, yang salah satunya ditandai dengan semakin luasnya penggunaan aplikasi – apapun aktivitas yang dilakukan – secara tidak langsung memunculkan kekhawatiran tersediri di benak pengguna aplikasi. Salah satunya, terkait isu keamanan.

Menurut hasil survei yang dilakukan F5 Networks terhadap sejumlah perusahaan di dunia, dimana 53 persen diantaranya berasal dari Asia Pasifik, diketahui bahwa kekahwatiran utama dari perusahaan-perusahaan di kawasan tersebut dalam menerapkan aplikasi adalah berasal dari faktor keamanan.

“Dari beberapa hal yang dikhawatirkan perusahaan di Asia Pasifik ketika menerapkan aplikasi, 42 persen diantaranya adalah soal keamanan,” ungkap Andre Iswanto, Manager Field System Engineer F5 Netwoks saat ditemui tim Telko.id di Jakarta, Selasa (15/3).

Kekhawatiran lainnya, seperti ditambahkan Andre, datang dari berbagai sumber, diantaranya ketersediaan, yang menempati posisi kedua dengan 30 persen; identitas/akses, yakni sebanyak 13 persen; kinerja, dengan persentase 10 persen; dan terakhir mobilitas, dengan angka terendah 6 persen.

“Dengan segala sesuatunya terkoneksi seperti sekarang ini, tantangan terbesar buat kita adalah bagaimana melindungi data itu agar selalu aman, dan tidak sampai diakses oleh orang-orang yang tidak berkepentingan,” lanjut Andre.

Selain mengungkap data-data di atas, survei yang dilakukan F5 Networks ini juga menyingung soal titik akses mana saja dalam perusahaan yang paling sering mendapatkan serangan, entah itu client, inbound request, ataupun outbound traffic.

Sekitar seperempat responsen mengatakan bahwa mereka hanya ‘kadang-kadang’ saja melindungi ketiga titik akses tersebut. Kondisi yang identik juga terjadi di wilayah Amerika Utara, ketika disinggung dengan masalah serupa. Data juga mengungkapkan bahwa lebih dari setengah responden menyatakan bahwa mereka selalu melindungi client dan inbound request. Selain itu, data juga mengungkapkan bahwa 12 persen dari perusahaan-perusahaan di wilayah Asia Pasifik tidak pernah melindungi outbound traffic.

San Miguel – Telstra Batal Joint Venture

0

Telko.id – Bulan Agustus tahun lalu, antara San Miguel Corp, dan perusahaan telekomunikasi terbesar Australia, Telstra Corp telah melakukan pembicaraan untuk melakukan kerjasama joint venture di Filipan. Sayang, dengan berjalannya waktu, rencana investasi sebesar 1 miliar US$ yang sempat disampaikan untuk usaha patungan tersebut pun kandas ditengah jalan.

“Kami berdua, SMC dan Telstra sudah berusaha kerja keras agar kerjasama tersebut dapat terwujud. Namun ada beberapa masalah yang kami hadapi sehingga, kami sepakat untuk tidak melanjutkan pembicaraan. Namun, saya yakin, langkah ini adalah yang terbaik untuk semua pihak,” kata Ramon Ang, Presiden dan COO SMC dalam penyataannya yang dilansir dari Phillipine Star.

“Meskipun jumlah investasi yang akan ditanamkan besar dan sudah ada niat baik dari semua pihak, namun, kami hanya mampu sampai di sini dan tidak memungkinkan untuk melanjutkan ke tahap berikutnya,” kata Andrew Penn, Chief Executive Officer Telstra dalam sebuah pernyataannya.

Walau demikian, Ang mengatakan bahwa SMC masih berniat untuk menggelar jaringan telekomunikasi bersama dengan int4ernet kecepatan tinggi. “Dengan masuknya SMC dalam pasar telekomunikasi pasti akan menjadi sesuatu yang menggairahkan indutsri karena ketika kami meluncurkan layanan atau produk, konsumen akan mendapatkan keuntungan dari yang lebih baik, layanan yang lebih murah, “kata Ang.

Lebih lanjut, Ang juga menyatakan bahwa SMC tetap akan membuka peluang untuk usaha patungan lainnya. Perusahaan pun tidak terburu-buru untuk dapat menjalin kesepakatan dalam bisnis telekomunikasi yang baru. “Yang penting adalah bahwa kita memberikan masyarakat Filipina pilihan yang lebih baik kata Ang lebih lanjut.

Sementara itu, Philippine Long Distance Telephone Co (PLDT) dan Globe Telecom Inc berharap untuk mendapatkan dorongan masuknya pemain ketiga dalam industri,” kata Fitch Ratings.

Dalam jangka menengah hingga jangka panjang, Fitch mengatakan ancaman persaingan yang lebih besar tetap datang dari SMC. Apakah nantinya akan membangun jaringan sendiri, seperti yang sudah dijadwalkan atau dengan melakukan peluang kerjasama lain di masa depan.

Saat ini, SMC memegang sebagian besar spektrum 700 Megahertz (Mhz) yang sebenarnya sangat diincar oleh pemain lainnya yang sudah ada karena karena cakupannya lebih luas dan kemampuan untuk penetrasi ke gedung lebih baik.

Fitch mengatakan masuknya konglomerat di pasar diharapkan memiliki dampak yang lebih besar terhadap profitabilitas industri dalam jangka panjang. (Icha)

Kerjasama Dengan Globe, Airtel Jangkau Pelanggan Filipina

0

Telko.id – Operator jaringan telekomunikasi Bharti Airtel telah menjalin kerjasama dengan Globe Telecom untuk memungkinkan pelanggan Airtel dari seluruh dunia untuk melakukan panggilan VoIP dengan tarif terjangkau dan bahkan unlimited ke Filipina.

Untuk membuat panggilan VoIP ke nomor Globe di Filipina, pengguna Airtel harus men-download aplikasi Airtel talk, dan menggunakan aplikasi Airtel talk untuk memanggil teman-teman mereka di Filipina.

Pengguna Airtel talk dapat melakukan panggilan unlimited VoIP kepada rekan mereka yang menggunakan sim card Globe dan TM di negara ini dengan hanya perlu mengeluarkan $ 14,99 atau 700 Peso untuk jangka waktu 30 hari, atau 23.30 Peso per hari.

Aplikasi Airtel Talk tersedia di kedua platform terbesar yakni Apple IOS dan Google Android. Dilansir dari TelecomLead(15/3), Airtel Talk menawarkan kualitas panggilan unggul, seperti layanan eksklusif ‘Call Me Free’,  multi conferencing, pesan voice chat, akses multi-perangkat, berkirim audio / video dari aplikasi ke aplikasi panggilan secara gratis dan akses buku telepon instan.

Ajay Chitkara, direktur dan CEO Global Voice & Bisnis Data, Airtel, mengatakan, “Kemitraan ini menandai sebuah tonggak penting yang akan memungkinkan diaspora Filipina yang berada di seluruh dunia untuk terhubung dengan orang yang dicintai kembali di Filipina menggunakan Airtel Talk dengan harga terjangkau,”

Airtel Talk juga telah meluncurkan fitur seperti Share Kredit dengan Teman yang memungkinkan pengguna untuk berbagi saldo panggilan dengan orang-orang yang tidak mampu untuk membeli pulsa karena alasan apapun. Hadirnya  Call Me free yang memungkinkan teman dan keluarga melakukan panggilan melalui Airtel Talk secara gratis menggunakan Airtel mobile .

NTT DoCoMo Tunjuk Ericsson dan NEC Untuk Implementasi Multivendor NFV

0

Telko.id – Untuk memberikan layanan yang lebih baik pada para pelanggannya, NTT DoCoMo akan melakukan pengembangan jaringan dengan menggunakan multivendor NFV atau Network Function Virtualization. Dalam merealisasikan langkah strategisnya ini, operator di Jepang ini memilih Ericsson dan NEC sebagai mitra vendornya.

Ericsson mengatakan bahwa platform untuk arsitektur open platform jaringan NFV di NTT DoCoMo yang sudah diluncurkan secara komersial beberapa waktu lalu adalah pertama kali pola ini digunakan. Di mana, platform ini menyediakan interoperabilitas dan konektivitas dengan “kelas carrier NFV” dan solusi software-defined networking. Ericsson mengatakan juga menyediakan integrasi sistem dan layanan dukungan untuk penyebaran, seperti yang dilansir dari RCR Wireless.

Anders Lindblad, Wakil Presiden Senior dan Kepala Unit Bisnis Cloud & IP di Ericsson, mengatakan: “Kami percaya pengalaman bersama kami dari (OPNFV) arsitektur jaringan akan mempercepat standarisasi global dan interoperabilitas,” jelas Anders Lindblad, SVP dan Kepala Bisnis Ericsson Unit Cloud dan IP. “Kami akan terus membawa biaya operasi jaringan yang efektif dan fleksibel, manajemen sumber daya dinamis untuk mereka.”

NEC mengatakan langkah yang dilakukan oleh NTT tersebut termasuk juga solusi NFV yang terdiri Virtualized Evolved Packet Core atau VEPC dan Virtual Network Function (VNF) manager . VEPC ini diklaim oleh NEC sebagai virtualisasi jaringan inti LTE, termasuk mobility management entity, serving gateway dan packet data network gateway. Dan, VNF manager yang digunakan adalah ‘milik’ NEC yang disebut dengan NetCracker yang mampu handling creation, activation, termination dan updating dari VNFs.

NTT DoCoMo sebelumnya juga menyatakan bahwa peluncuran NFV tersebut akan memberikan mendukung operasi jaringan yang stabil dengan meningkatkan konektivitas ketika volume data semakin tinggi. Bahkan saat terjadi bencana alam atau terjadi kegagalan hardware. Teknologi ini juga diharapkan dapat mempercepat pemberian layanan baru dengan memungkinkan perangkat lunak dari beberapa vendor dan hardware untuk digabungkan secara terbuka dalam jaringan mobile.

“Untuk memaksimalkan manfaat dari NFV, DoCoMo mengharapkan agar dapat melakukan virtualisasi banyak komponen penting lainnya dari jaringan mobile. Tujuannya adalah untuk membangun jaringan sepenuhnya virtual,” jelas Seizo Onoe, EVP dan CTO NTT. Lebih lanjut, Seizo menyatakan bahwa NTT DoCoMo yakin bahwa langkah multivendor NFV ini adalah langkah pertama untuk memenuhi target tersebut. (Icha)

Dompetku+ Kini Bisa Digunakan Oleh Semua Pelanggan Operator

0

Telko.id – Kini hampir setiap orang yang memiliki akses dengan internet punya alamat email. Bak, sebuah nomor ponsel, email pun jadi identitas diri di dunia maya. Dengan adanya fenomena ini, Indosat Ooredo pun mengkomodir fenomena tersebut dengan menjadikan alamat email sebagai pengenal untuk layanan pembayarannya, yakni Dompetku+. Jadi, sekarang bukan hanya dapat digunakan oleh para pelanggan Indosat Ooredoo saja, tetapi pelanggan operator lain pun bisa menikmati kemudahan dalam melakukan pembayaran digital.

“Teknologi digital telah memberi berbagai solusi yang semakin memudahkan semua kegiatan manusia di era digital saat ini. Indosat Ooredoo sekali lagi menjadi pelopor dalam membawa manfaat dunia digital bagi masyarakat Indonesia dengan menghadirkan Dompetku+ sebagai layanan pembayaran yang menggunakan email sebagai identitas akun untuk bertransaksi,” Alexander Rusli, President Director & CEO Indosat Ooredoo menjelaskan.

Lebih lanjut, Alex juga menyebutkan bahwa langkah Indosat Ooredoo meluncurkan Dompetku+ ini sejalan dengan visi perusahaan dalam mewujudkan Indonesia Digital Nation. “Kami akan terus berupaya mencari terobosan dan inovasi secara digital yang membuat semua kegiatan masyarakat semakin aman dan mudah melalui teknologi digital,” sahut Alex menjelaskan.

Indosat Ooredoo mengklaim bahwa Dompetku+ ini adalah layanan yang sangat aman karena notifikasi akan dikirimkan oleh Indosat Ooredoo untuk setiap transaksi. Untuk pilihan mekanisme pembayaran dengan kartu kredit, Dompetku+ menggunakan verifikasi keamanan 3D dan data kartu kredit yang digunakan tidak akan terpampang di website dimana transaksi online dilakukan.

Dompetku+ ini juga akan memberi berbagai kemudahan untuk transaksi online ke berbagai merchant online. Selain dapat menggunakan kartu kredit sebagai mekanisme pembayaran, semua transaksi tersebut cukup dilakukan menggunakan akun email. Pelanggan juga tidak perlu memasukkan berbagai data personal setiap melakukan transaksi karena data cukup dimasukkan sekali saja saat melakukan registrasi.

Belanja online sebagai fungsi utama pemanfaatan Dompetku+ pun menjadi sangat mudah di berbagai toko online seperti di MatahariMall.com, Cipika.co.id, foodpanda.co.id, elevenia.co.id, dan wellcommshop.com. Selain itu Dompetku+ juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan transaksi pengiriman uang baik ke akun Dompetku+ maupun ke rekening perbankan. Tidak hanya itu, transaksi tarik tunai juga bisa dilakukan di merchant-merchant Dompetku.

Untuk dapat menikmati Dompetku+ cukup mudah, pelanggan cukup melakukan registrasi secara online, kemudian aktifkan akun. Lakukan transaksi pada website belanja online, pilih mekanisme pembayaran dengan Dompetku+, kemudian konfirmasi transaksi. Anda pun akan mendapatkan bukti transaksi segera setelah konfirmasi transaksi dilakukan.

Dalam mekanisme pembayaran, ada dua pilihan. Pertama menggunakan saldo Dompetku+ atau menggunakan kartu kredit yang telah didaftarkan pada akun Dompetku+. Pengisian saldo Dompetku+ dapat dilakukan di Alfamart seluruh Indonesia, transfer melalui jaringan ATM Bersama dan melalui aplikasi mobile dari bank dengan jaringan ATM Bersama.

Merchant Terbaru : MatahariMall.com

Dalam kesempatan yang sama, Indosat Ooredoo juga meresmikan bergabungnya MatahariMall.com sebagai salah satu merchant layanan Dompetku+ sehingga menambah pilihan toko online bagi pelanggan Dompetku+ untuk melakukan belanja online.

“Melalui Dompetku+, Indosat Ooredoo telah mengambil langkah yang tepat untuk mendukung dan mendorong Indonesia menuju masyarakat digital,” kata Hadi Wenas, CEO MatahariMall.com. “Kerjasama ini berdampak positif bagi MatahariMall.com, sejalan dengan komitmen kami untuk memberikan opsi sebanyak mungkin bagi konsumen, termasuk metode pembayaran barang. Selain itu, kami ingin agar pelanggan kami lebih akrab dengan metode pembayaran non-transfer yang lebih aman, nyaman, dan mudah.”

Pengguna Dompetku+ yang sekaligus menjadi pelanggan MatahariMall.com sudah dapat menikmati program cashback sebesar Rp 100.000 untuk pembelanjaan minimal Rp 300.000 di MatahariMall yang dibayar dengan menggunakan Dompetku+. Serta tambahan Voucher dari MatahariMall untuk semua pengguna baru Dompetku+ sebesar Rp 50.000 untuk minimal pembelian Rp 250.000 (Syarat dan ketentuan Berlaku).

Sebuah studi memperkirakan bahwa pada tahun 2020, 47% populasi Indonesia akan berusia di bawah 30 tahun. 87% pengguna layanan mobile akan menggunakan device-nya untuk melakukan belanja secara online, namun 89% masih menggunakan ATM sebagai alat pembayaran. Sehingga kehadiran alat pembayaran dengan menggunakan identitas akun email seperti Dompetku+ akan menjadi pilihan yang akan memberikan banyak kemudahan dan keamanan bertransaksi. (Icha)