spot_img
Latest Phone

Strava Integrasikan Kacamata Oakley Meta Vanguard AI untuk Aktivitas

Telko.id - Strava, aplikasi pendukung gaya hidup aktif dengan...

Garmin Run Indonesia 2025 Sukses, 7.000 Peserta Dukung Keberlanjutan

Telko.id - Garmin Run Indonesia 2025 sukses digelar di...

Deretan Wearables Terbaru Apple, iPhone 17 Bukan Satu-Satunya

Telko.id – Selain iPhone 17 Series, pada perhelatan Apple...

Apple Rilis iPhone 17 Series, Ini Bocoran Harga dan Spesifikasinya

Telko.id – Apple akhirnya resmi meluncurkan iPhone 17 Series...

Garmin fēnix 8 Pro Resmi Hadirkan Teknologi MicroLED dan inReach

Telko.id - Garmin resmi meluncurkan seri fēnix 8 Pro,...
Beranda blog Halaman 1058

Smartphone 5G Realme Siap Meluncur 2020?

0

Telko.id, Jakarta – Realme mengungkap rencananya untuk meluncurkan smartphone 5G di India segera setelah jaringan 5G diluncurkan. Namun demikian, perusahaan tidak dapat memastikan apakah itu akan terjadi pada tahun ini atau tahun depan.

Dilaporkan GSMArena, Jumat (7/6/2019), CEO Realme India, Madhav Sheth mengungkapkan rencana tersebut di Twitter baru-baru ini. Menggunakan tagar #5GisReal, Sheth mencuit bahwa Realme memiliki rencana untuk membawa ponsel 5G “global”. Perusahaan juga berencana membawa perangkat terbaru ke India.

{Baca juga:Realme 3 Pro Resmi Diluncurkan dengan Snapdragon 710 AIE}

Sebagai produsen, Realme boleh dibilang masih relatif baru dalam pasar smartphone dunia. Namun kehadirannya Tak dimungkiri  cukup terasa di beberapa pasar, termasuk di Cina sendiri, di Taiwan, dan India.

Selain berniat untuk terus berkembang ke pasar Asia Tenggara lainnya, perusahaan juga berencana untuk memperluas pasarnya ke Eropa dalam waktu dekat.

{Baca juga:Tiga Operator Ini Kena Semprit Gara-gara Diskon Smartphone 5G}

Belum lama ini, perusahaan memperkenalkan smartphone terbaru yang dipanggil Realme X. Perangkat ini diluncurkan dengan Snapdragon 710, RAM 8GB, dan pengaturan dua kamera dengan kamera 48MP dan sensor kedalaman 5MP. Ada juga layar besar 6,53 inci dan kamera depan pop up. Realme X diperkirakan akan diluncurkan di India tahun ini.

Selain Realme, beberapa nama besar lain juga telah lebih dulu mengungkap dan bahkan memperkenalkan smartphone 5G besutannya. Sebut saja Samsung, LG, Huawei, dan Oppo.

Diboikot Amerika Serikat, Huawei Merapat ke Rusia

Telko.id, Jakarta – Huawei nampaknya tak tinggal diam mendapat tekanan bertubi-tubi dari Amerika Serikat (AS). Bukannya ciut, Huawei malah merapat ke Rusia. Perusahaan teknologi asal China itu baru saja menandatangani perjanjian kerjasama pengembangan teknologi 5G di negara yang menjadi musuh bebuyutan AS tersebut.

Di saat pemerintah AS memperingatkan sekutunya agar tidak menggunakan teknologi Huawei di jaringan 5G mereka, raksasa China itu telah menandatangani perjanjian dengan perusahaan telekomunikasi Rusia MTS untuk mengembangkan jaringan nirkabel generasi kelima di negara itu.

Kedua perusahaan menandatangani kesepakatan di sela-sela pertemuan antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam lawatannya selama tiga hari ke Rusia.

{Baca juga: Terkait Embargo Huawei, China Bakal Serang Balik AS}

MTS sendiri adalah perusahaan telekomunikasi terbesar di Rusia, memegang 31 persen pangsa pasar dan memiliki 78,3 juta pelanggan. Tak hanya menguasai pasar Rusia, MTS juga beroperasi di Ukraina, Armenia dan Belarus.

Perusahaan itu mengatakan bahwa dengan adanya perjanjian kerjasama itu, mereka akan mengizinkan Huawei mengembangkan jaringan 5G di Rusia. Kedua perusahaan akan melakukan uji coba jaringan seluler generasi kelima itu pada 2019-2020.

Guo Ping, salah satu Chairman Huawei mengatakan dia sangat senang dengan perjanjian di bidang yang sangat strategis seperti 5G.

Sebelumnya, AS telah memperingatkan sekutunya, termasuk Inggris dan Jerman, untuk menjauhi Huawei. Pihak Washington bahkan mengancam akan memutuskan hubungan intelijen dengan negara-negara sekutunya itu jika mereka menggunakan teknologi 5G Huawei dalam jaringan mereka.

{Baca juga: Amerika Serikat Serukan “Anti Huawei” ke Negara Sekutu}

Inggris telah mengindikasikan akan patuh pada “majikannya”, dengan meminta Huawei untuk menyediakan perangkat untuk infrastruktur “non-inti”, meskipun belum ada keputusan akhir yang dibuat.

Seperti diketahui, pemerintah AS menganggap Huawei sebagai ancaman keamanan nasional. Dengan alasan itu, pemerintah Donald Trump telah mengeluarkan larangan bagi perusahaan AS untuk berhubungan dengan perusahaan asal China tersebut.

Dengan masuknya Huawei dalam daftar “perusahaan terlarang” bagi perusahaan-perusahaan AS, tidak mengherankan jika kini melihat perusahaan tersebut memperkuat hubungan dengan Rusia.

Terlebih hubungan AS dan Rusia kini tengah memanas pasca insiden di Krimea dan Suriah. Seperti diketahui hubungan Kremlin dengan Barat memburuk sejak dijatuhkannya sanksi sebagai buntut keterlibatan Rusia dalam konflik Ukraina 2014, dan juga dikritik karena membantu rezim Bashar al-Assad di Suriah.

Selain itu, hubungan kedua negara adidaya itu semakin tak harmonis setelah munculnya tuduhan campur tangan intelijen Rusia dalam pemilihan presiden AS lalu.

{Baca juga: Diblokir Sana-sini, Huawei: Kami Korban “Bully” Amerika}

Sementara relasi China dengan AS mulai memanas sejak Donald Trump naik menjadi presiden di tahun 2017 lalu. Kedua negara kini terlibat dalam perang dagang, yang salah satu imbasnya adalah diberlakukannya embargo bagi produk Huawei.

Tampaknya China ingin mengambil momen perang dagang dengan AS ini untuk lebih merapat ke Rusia. Tanpa sungkan, Xi menyebut Putin sebagai “teman dekat”. Ia bahkan mengaku telah bertemu dengan koleganya itu hampir 30 kali selama enam tahun terakhir.

“Dalam enam tahun terakhir, kami sudah bertemu setidaknya 30 kali. Rusia adalah negara yang sering saya kunjungi. Presiden Putin adalah kolega sekaligus sahabat karib saya,” kata Xi.

Banyak pengamat menilai bahwa buntut dari perang dagang yang semakin memanas ini telah membuat China dan Rusia memiliki perasaan yang sama, yakni sama-sama merasa terpinggirkan oleh dunia Barat.

{Baca juga: Kena Embargo AS, Huawei Tetap Luncurkan Laboratorium 5G}

Kedua negara tersebut bakal makin mesra di berbagai sektor, terutama di sektor ekonomi dan militer. Hal itu tergambar dari pernyataan Xi saat berkunjung ke Rusia. Ia mengatakan kedua negara berjanji akan semakin mempererat kerja sama dalam bidang militer maupun ekonomi di masa depan. Salah satunya di bidang telekomunikasi.

China sendiri tak lagi bisa dianggap remeh. Negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia itu kini telah menjelma menjadi raksasa ekonomi dunia. Tak hanya kuat dari sisi ekonomi, Rusia dan China juga menjadi negara maju dari sisi pengembangan teknologi.

Bisa dibayangkan, apa yang akan terjadi jika kedua negara itu “semakin akrab”? Akan ada dua kekuatan teknologi dunia bersatu. Apakah ini akan menjadi kabar baik, atau malah jadi kabar buruk bagi perkembangan teknologi di dunia? [HBS]

 

Radiasi akan Gagalkan Misi Manusia ke Mars

Telko.id, Jakarta – Saat ini beberapa perusahaan raksasa teknologi, seperti SpaceX, Blue Origin, dan lainnya, tengah berlomba untuk membawa manusia ke Planet Marks dalam “paket wisata” yang mereka tawarkan. Namun rencana itu mulai dipertanyakan dari sisi keamanannya, terutama risiko terpapar radiasi dalam jumlah yang besar.

Planet Mars kini seperti menjadi lokasi yang paling diincar saat manusia mulai berpikir untuk membangun koloni manusia di Planet Merah tersebut. Sejauh ini, rencana itu sudah dilontarkan oleh Jeff Bezos, bos dari perusahaan antariksa Blue Origin.

Namun untuk bisa mencapai Mars bukan perkara mudah. Baik dari sisi kesiapan alat transportasinya berupa roket dan teknologi pesawat, juga adanya risiko radiasi kosmik tingkat tinggi.

{Baca juga: Dua Pesawat NASA Hilang Misterius di Planet Mars}

Adalah European Space Agency (ESA) yang belum lama ini mengungkap informasi akan bahaya radiasi kosmik menjadi salah satu hambatan terbesar yang harus dipikirkan. Menurut ESA, radiasi kosmik yang sangat besar di Mars itu dapat mengancam kesehatan para astronot, atau manusia pada umumnya jika ingin menginjakkan kaki di Mars.

Sebagai informasi, Bumi bukannya tidak ada radiasi kosmik. Namun jika dibandingkan Mars, manusia di Bumi terpapar radiasi hanya dalam jumlah sedikit, karena sebagian besar ditangkal oleh atmosfer dan medan magnet. Sementara Mars tidak memiliki lapisan pelindung tersebut, memiliki tingkat radiasi jauh lebih tinggi.

Sebagai bahan pembanding, para astronot yang sedang berada di stasiun luar angkasa atau International Space Station (ISS) yang kondisinya dikontrol dengan sangat ketat saja bisa terkena radiasi hingga 200 kali lebih banyak ketimbang manusia di Bumi.

{Baca juga: NASA akan ‘Ngebor’ Isi Perut Mars, Mau Ngapain?}

ESA memperkirakan, bahwa para astronot yang sedang menjalankan misinya menuju Planet Mars bisa terpapar radiasi kosmik hingga 700 kali lebih besar daripada di Bumi. Tentu ini sangat bahaya bagi kesehatan manusia.

“Masalah sesungguhnya adalah begitu besarnya ketidakpastian yang mengelilingi risiko (di Mars) tersebut,” ujar Marco Durante, fisikawan ESA dalam penjelasan resminya, dikutip Telko.id dari Futurism, Kamis (6/5/2018).

“Kami belum mengetahuinya secara pasti tentang radiasi luar angkasa dan efek jangka panjang (bagi manusia) tidak diketahui,” tandasnya.

Ia mengungkapkan bahwa saat ini ESA sedang bekerjasama dengan sejumlah peneliti dari lima laboratorium akselerator partikel di Eropa untuk meneliti dampak dari radiasi kosmik dan cara untuk mencegahnya.

Saat ini ESA sudah melakukan penelitian, dan hasilnya telah menunjukkan progres yang cukup bagus. Dalam penelitiannya, ESA menemukan lithium efektif dalam melindungi material biologis dari paparan radiasi berbahaya.

{Baca juga: 7 Fakta Menarik Robot InSight yang Dikirim ke Mars}

Pada tahun 2020 mendatang, ESA akan memiliki kesempatan untuk meneliti radiasi di luar Bumi saat NASA akan melakukan uji coba peluncuran wahana antariksa Orion.

Dalam uji coba yang akan berlangsung di orbit Bulan tersebut, para peneliti di wahana milik NASA itu akan meneliti paparan radiasi di boneka percobaan selama tiga minggu. [HBS]

Setelah Cerai, Duda ‘Tajir’ Ini Beli Apartemen Rp 1,1 Triliun

Telko.id, Jakarta – Menjadi orang terkaya di dunia membuat Jeff Bezos bebas membeli apapun yang dia mau. Meski sudah memiliki banyak koleksi rumah rumah, namun bos raksasa e-commerce, Amazon ini dikabarkan baru saja membeli apartemen mewah senilai Rp 1,1 triliun.

Apartemen yang dibeli Bezos ini terletak di kawasan elit di Manhattan, New York. Duda super tajir itu tak hanya membeli satu unit, melainkan 3 unit apartemen sekaligus.

Menurut laporan Wall Street Journal, Bezos diperkirakan menggelontorkan sekitar USD 80 juta atau sekitar Rp 1,1 triliun untuk membeli 3 unit apartemen mewah yang lokasinya menghadap ke kawasan Madison Square Park.

{Baca juga: Bahagia Bercerai, Bos Amazon Ajak Anak Jajan Es Krim}

Ketiga unit properti yang dibeli Bezos itu terdiri dari sebuah penthouse dan dua unit apartemen yang ada di lantai bawahnya. Penthouse supermewah memiliki luas sekitar 900 meter persegi, dengan taman depan yang luas. Bangunan tiga lantai itu memiliki 5 kamar tidur dan 5 kamar mandi mewah di dalamnya.

Jika melihat posisi letaknya, ada kemungkinan penthouse itu nantinya akan digabungkan dengan dua unit apartemen yang terletak tepat di bawahnya. Dengan begitu, bangunan yang dibeli Bezos itu akan semakin luas.

Masih belum jelas apakah Bezos akan menempati apartemen barunya itu secara permanen bersama kekasih barunya. Seperti diketahui, selepas resmi bercerai dengan istrinya, MacKenzie, pria berkepala plontos itu menjalin hubungan dengan mantan presenter televisi Lauren Sanchez.

Seperti orang superkaya di Amerika lainnya, Bezos juga diketahui memiliki banyak aset properti supermewah. Menurut catatan yang kami ketahui, pria pemilik perusahaan pesawat luar angkasa Blue Origin itu memiliki koleksi rumah mewah di sejumlah kawasan elit di Negeri Paman Sam itu.

{Baca juga: Upss! SMS Mesum Jeff Bezos Dijual Rp 2,8 Miliar}

Beberapa di antaranya adalah dua rumah mewah di Medina, sebuah area super elit di Washington. Banyak orang “tajir melintir” dan terkenal yang tinggal di kawasan tersebut, salah satunya adalah Bill Gates dan keluarganya.

Selain itu, Bezos juga dilaporkan memiliki sebuah mansion senilai USD 23 juta atau sekitar Rp 328 miliar di kawasan elit Kalorama di kota Washington DC. Di sini, Bezos juga ‘tetanggaan’ dengan orang-orang terkenal dan super tajir, seperti mantan presiden AS, Barack Obama, Ivanka Trump, anak dari Donald Trump, dan sejumlah selebritis terkenal lainnya.

Seperti diketahui, berdasarkan data yang dirilis Bloomberg Billionaire Index per 1 Januari 2019, harta Bezos tercatat mencapai lebih kurang Rp 1.812,5 triliun. Padahal, kekayaannya sempat mengalami koreksi cukup dalam lantaran terjadi gejolak di pasar alias bursa saham.

{Baca juga: Makin Tajir, Bos Amazon Tetap jadi Orang Terkaya Sejagat}

Menurut Bloomberg, kekayaannya melonjak hingga USD 25,9 miliar atau RP 375,1 triliun sepanjang tahun lalu. Sehingga total kekayaan Bezos hingga akhir 2018 mencapai USD 125 miliar.

Di bawah Bezos, masih bercokol Bill Gates selaku juragan di Microsoft dengan total kekayaan USD 90,4 miliar atau Rp 1.310,2 triliun. Berikutnya, ada Warren Buffett dengan harta USD 83,8 miliar atau Rp 1.213,8 triliun. [HBS]

Sumber: WSJ

China Boikot iPhone? Bos Apple: Gak Masalah, ‘Woles’ Aja..

0

Telko.id, Jakarta – Di tengah panasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, Huawei menuai imbasnya karena harus menerima sanksi embargo dari AS. Banyak yang menduga, pemerintah China akan membalas dendam dengan boikot iPhone. Bagaimana tanggapan bos Apple jika hal itu benar-benar terjadi?

China dan AS kini menjadi dua negara raksasa ekonomi dunia. Perang dagang di antara kedua negara pun tak terelakkan. Huawei mungkin menjadi pihak yang paling ketiban apes, karena harus menerima sanksi embargo dari AS, yang dikomandoi Presiden Donald Trump.

Dengan alasan memasang alat mata-mata di perangkatnya, pemerintah AS memboikot perangkat buatan perusahaan raksasa teknologi asal China itu. Tak cukup sampai disitu, Donald Trump juga memaksa para sekutunya di Eropa, dan juga perusahaan teknologi asal AS untuk memboikot produk Huawei.

{Baca juga: Amerika Serikat Desak Korea Selatan Embargo Huawei}

Salah satu yang paling heboh adalah ketika Google mengumumkan telah memutus kerjasama dengan Huawei. Alhasil, smartphone buatan Huawei tak akan lagi bisa menggunakan Android, yang notabene adalah salah satu produk Google.

Keputusan itu jelas membuat Huawei kelimpungan. Karena tak bisa dipungkiri, Android kini menjadi sistem operasi mobile yang paling banyak digunakan di dunia. Hampir semua pabrikan smartphone, kecuali Apple, menggunakan Android pada produk smartphone buatan mereka.

Lantas apakah China akan berdiam diri melihat salah satu perusahaan kebanggaan mereka “digebuki” ramai-ramai oleh musuhnya? Untuk beberapa kebijakan, China sudah melancarkan serangan balasan. Tapi khusus untuk kasus Huawei, sejauh ini pemerintah China belum memutuskan untuk “balas dendam”.

Meski begitu, banyak orang yang memperkirakan, Apple menjadi sasaran empuk untuk dijadikan target balas dendam. Alasan yang paling masuk akal adalah, karena China menjadi pasar terbesar smartphone di dunia, termasuk bagi iPhone.

{Baca juga: Terkait Embargo Huawei, China Bakal Serang Balik AS}

Selain menjadi pasar terbesar dari sisi penjualan, China juga menjadi basis pabrik perakitan perangkat buatan Apple, seperti iPhone, iPad, dll. Maka tak heran jika kini muncul pendapat yang memperkirakan China akan mengincar Apple sebagai target serangan balas dendam mereka atas embargo bagi Huawei.

Menanggapi berbagai perkiraan yang menyebut Apple akan menjadi sasaran serangan balik China, belum lama ini CEO Apple, Tim Cook memberikan tanggapannya.

Menurut Cook, sejauh ini pihaknya tidak yakin China akan menjadikan Apple sebagai sasaran balas dendam pemerintah China. Ia bahkan mengatakan Apple belum memikirkan strategi khusus untuk mengantisipasi jika hal itu benar-benar terjadi (iPhone diboikot China).

“Apple tidak menjadi target China. Dan jujur saja, saya tidak memikirkan untuk mengantisipasi hal itu jika benar terjadi,” kata Cook dengan percaya diri, seperti dilansir Telko.id dari CNBC.

Salah satu skenario balasan yang mungkin diterapkan China adalah dengan memberlakukan tarif pajak yang tinggi buat iPhone. Jika hal ini terjadi, maka otomatis harga iPhone akan naik atau menjadi lebih mahal. Imbasnya, penjualan iPhone akan jeblok.

Namun sekali lagi Cook masih tetap “pede” (percaya diri) bahwa Apple tidak akan mengalami masalah jika kemungkinan skenario terburuk “boikot iPhone” itu akan benar-benar diterapkan. Karena menurutnya, Apple juga tidak 100 persen bergantung pada China.

“Saya tahu bahwa banyak orang yang berpikir Apple akan bergantung pada China, karena iPhone dibuat atau dirakit di China. Padahal sebenarnya iPhone dibuat di mana-mana,” ujar orang nomor satu di Apple itu.

{Baca juga: Dampak Embargo AS, Minat Pelanggan Huawei Menurun}

Seperti diketahui, Apple memang secara perlahan mulai ingin melepas ketergantungannya pada China, dengan mendirikan pabrik iPhone di luar negara tersebut. Saat ini, selain di China, pabrik iPhone juga ada di India, Vietnam, dan katanya juga akan didirikan di Indonesia.

Tapi untuk yang di Indonesia, pabrik yang akan didirikan khusus untuk produk-produk selain iPhone, seperti Mac, iPad, dll. Tapi bisa saja kedepannya tidak tertutup kemungkinan akan juga memproduksi iPhone.

Tolak Opsi Balas Dendam

Sebelumnya, pendiri Huawei, Ren Zhengfei secara tegas menolak adanya serangan balasan dari pemerintah China terhadap embargo Huawei yang dilakukan pemerintahan Presiden Donald Trump. Kalau sampai hal itu terjadi, ia akan melayangkan protes.

Pernyataan Zhengfei terdengar tak masuk akal. Namun, ia menegaskan, situasi genting Huawei saat ini adalah seperti mengendalikan pesawat dengan bodi berlubang.

{Baca juga: Pendiri Huawei Gak Mau China Balas Amerika Serikat}

“Peribahasa tersebut memang terdengar tidak bagus. Namun, faktanya, pesawat itu masih bisa terbang. Dengan kata lain, Huawei perlu membuat penyesuaian tepat terkait larangan dari pemerintah AS,” jelasnya.

Zhengfei sendiri sebelumnya juga sempat membuat pengakuan mengejutkan. Ia secara blak-blakan mengklaim sebagai seorang Apple Fanboy atau penggemar berat iPhone. Ia mengaku membelikan iPhone untuk semua anggota keluarganya.

Padahal seperti diketahui, iPhone adalah smartphone buatan Apple yang menjadi pesaing Huawei. Namun, Zhengfei menyebut bahwa iPhone mempunyai ekosistem yang baik. Karenanya, ia tak lagi ragu untuk membelinya.

{Baca juga: Dear Huawei, Pendirimu Ternyata Seorang Apple Fanboy}

“Saat kami berada di luar negeri, saya membeli iPhone. Kita jangan berpikir sempit. Sebagai pendiri Huawei, saya tak mengharamkan diri untuk memiliki ponsel merek lain. Saya tak harus selalu memakai Huawei,” tandasnya. [HBS]

China akan Boikot iPhone? Bos Apple: ‘Woles’ Aja..

Telko.id, Jakarta – Di tengah panasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, Huawei menuai imbasnya karena harus menerima sanksi embargo dari AS. Banyak yang menduga, pemerintah China akan membalas dendam dengan boikot iPhone. Bagaimana tanggapan bos Apple jika hal itu benar-benar terjadi?

China dan AS kini menjadi dua negara raksasa ekonomi dunia. Perang dagang di antara kedua negara pun tak terelakkan. Huawei mungkin menjadi pihak yang paling ketiban apes, karena harus menerima sanksi embargo dari AS, yang dikomandoi Presiden Donald Trump.

Dengan alasan memasang alat mata-mata di perangkatnya, pemerintah AS memboikot perangkat buatan perusahaan raksasa teknologi asal China itu. Tak cukup sampai disitu, Donald Trump juga memaksa para sekutunya di Eropa, dan juga perusahaan teknologi asal AS untuk memboikot produk Huawei.

{Baca juga: Amerika Serikat Desak Korea Selatan Embargo Huawei}

Salah satu yang paling heboh adalah ketika Google mengumumkan telah memutus kerjasama dengan Huawei. Alhasil, smartphone buatan Huawei tak akan lagi bisa menggunakan Android, yang notabene adalah salah satu produk Google.

Keputusan itu jelas membuat Huawei kelimpungan. Karena tak bisa dipungkiri, Android kini menjadi sistem operasi mobile yang paling banyak digunakan di dunia. Hampir semua pabrikan smartphone, kecuali Apple, menggunakan Android pada produk smartphone buatan mereka.

Lantas apakah China akan berdiam diri melihat salah satu perusahaan kebanggaan mereka “digebuki” ramai-ramai oleh musuhnya? Untuk beberapa kebijakan, China sudah melancarkan serangan balasan. Tapi khusus untuk kasus Huawei, sejauh ini pemerintah China belum memutuskan untuk “balas dendam”.

Meski begitu, banyak orang yang memperkirakan, Apple menjadi sasaran empuk untuk dijadikan target balas dendam. Alasan yang paling masuk akal adalah, karena China menjadi pasar terbesar smartphone di dunia, termasuk bagi iPhone.

{Baca juga: Terkait Embargo Huawei, China Bakal Serang Balik AS}

Selain menjadi pasar terbesar dari sisi penjualan, China juga menjadi basis pabrik perakitan perangkat buatan Apple, seperti iPhone, iPad, dll. Maka tak heran jika kini muncul pendapat yang memperkirakan China akan mengincar Apple sebagai target serangan balas dendam mereka atas embargo bagi Huawei.

Menanggapi berbagai perkiraan yang menyebut Apple akan menjadi sasaran serangan balik China, belum lama ini CEO Apple, Tim Cook memberikan tanggapannya.

Menurut Cook, sejauh ini pihaknya tidak yakin China akan menjadikan Apple sebagai sasaran balas dendam pemerintah China. Ia bahkan mengatakan Apple belum memikirkan strategi khusus untuk mengantisipasi jika hal itu benar-benar terjadi (iPhone diboikot China).

“Apple tidak menjadi target China. Dan jujur saja, saya tidak memikirkan untuk mengantisipasi hal itu jika benar terjadi,” kata Cook dengan percaya diri, seperti dilansir Telko.id dari CNBC.

Salah satu skenario balasan yang mungkin diterapkan China adalah dengan memberlakukan tarif pajak yang tinggi buat iPhone. Jika hal ini terjadi, maka otomatis harga iPhone akan naik atau menjadi lebih mahal. Imbasnya, penjualan iPhone akan jeblok.

Namun sekali lagi Cook masih tetap “pede” (percaya diri) bahwa Apple tidak akan mengalami masalah jika kemungkinan skenario terburuk “boikot iPhone” itu akan benar-benar diterapkan. Karena menurutnya, Apple juga tidak 100 persen bergantung pada China.

“Saya tahu bahwa banyak orang yang berpikir Apple akan bergantung pada China, karena iPhone dibuat atau dirakit di China. Padahal sebenarnya iPhone dibuat di mana-mana,” ujar orang nomor satu di Apple itu.

{Baca juga: Dampak Embargo AS, Minat Pelanggan Huawei Menurun}

Seperti diketahui, Apple memang secara perlahan mulai ingin melepas ketergantungannya pada China, dengan mendirikan pabrik iPhone di luar negara tersebut. Saat ini, selain di China, pabrik iPhone juga ada di India, Vietnam, dan katanya juga akan didirikan di Indonesia.

Tapi untuk yang di Indonesia, pabrik yang akan didirikan khusus untuk produk-produk selain iPhone, seperti Mac, iPad, dll. Tapi bisa saja kedepannya tidak tertutup kemungkinan akan juga memproduksi iPhone.

Tolak Opsi Balas Dendam

Sebelumnya, pendiri Huawei, Ren Zhengfei secara tegas menolak adanya serangan balasan dari pemerintah China terhadap embargo Huawei yang dilakukan pemerintahan Presiden Donald Trump. Kalau sampai hal itu terjadi, ia akan melayangkan protes.

Pernyataan Zhengfei terdengar tak masuk akal. Namun, ia menegaskan, situasi genting Huawei saat ini adalah seperti mengendalikan pesawat dengan bodi berlubang.

{Baca juga: Pendiri Huawei Gak Mau China Balas Amerika Serikat}

“Peribahasa tersebut memang terdengar tidak bagus. Namun, faktanya, pesawat itu masih bisa terbang. Dengan kata lain, Huawei perlu membuat penyesuaian tepat terkait larangan dari pemerintah AS,” jelasnya.

Zhengfei sendiri sebelumnya juga sempat membuat pengakuan mengejutkan. Ia secara blak-blakan mengklaim sebagai seorang Apple Fanboy atau penggemar berat iPhone. Ia mengaku membelikan iPhone untuk semua anggota keluarganya.

Padahal seperti diketahui, iPhone adalah smartphone buatan Apple yang menjadi pesaing Huawei. Namun, Zhengfei menyebut bahwa iPhone mempunyai ekosistem yang baik. Karenanya, ia tak lagi ragu untuk membelinya.

{Baca juga: Dear Huawei, Pendirimu Ternyata Seorang Apple Fanboy}

“Saat kami berada di luar negeri, saya membeli iPhone. Kita jangan berpikir sempit. Sebagai pendiri Huawei, saya tak mengharamkan diri untuk memiliki ponsel merek lain. Saya tak harus selalu memakai Huawei,” tandasnya. [HBS]

Mirip Facebook, Instagram Juga Punya Fitur Penghemat Data

Telko.id, Jakarta – Bagi Anda pengguna Instagram yang masuk kategori “pas-pasan” dalam hal kuota Internet, berita ini akan jadi kabar baik saat merayakan Idul Fitri. Ya, Instagram baru saja meluncurkan fitur penghemat data untuk perangkat Android.

Dengan adanya fitur baru ini, pengguna Instagram bisa lebih menghemat data saat berselancar di aplikasi berbagi foto tersebut. Lantas, bagaimana fitur ini bekerja hingga bisa lebih menghemat data?

Saat mengaktifkan mode penghemat data, Instagram tidak akan secara otomatis menampilkan pre-load video dan juga foto-foto beresolusi tinggi yang sering menguras stok kuota Internet Anda.

Dengan mengangktifkan mode penghemat data, para pengguna bisa menekan penggunaan kuota internet yang besar, dan bisa lebih mempercepat proses loading foto.

Cara mengaktifkan fitur ini sangat mudah. Anda bisa masuk ke menu Pengaturan, lalu pilih Akun, dan kemudian klik Pengaturan Data Seluler. Selanjutnya, Anda bisa mengaktifkan opsi Penghemat Data dengan menggeser tombol ke arah kanan.

Ada tiga pilihan yang bisa Anda pilih untuk mengatur bagaimana media dengan resolusi tinggi akan ditampilkan di Feed Instagram:

  1. Never: Saat mengaktifkan mode ini, maka Instagram tidak akan pernah menampilkan foto/video beresolusi tinggi di Feed.
  2. WiFi Only: Pada pilihan mode kedua ini, Instagram akan mengatur untuk menampilkan foto/video yang beresolusi tinggi hanya saat perangkat ponsel terhubung ke jaringan WiFi.
  3. Seluler + WiFi: Untuk pengaturan yang ketiga, Instagram akan menampilkan foto/video beresolusi tinggi ketika ponsel terhubung ke data seluler + WiFi

Mode Penghemat Data di Instagram ini akan diluncurkan secara bertahap mulai tanggal 5 Juni 2019, dan akan tersedia secara global untuk perangkat Android.

Instagram menyatakan bahwa fitur penghemat kuota data ini khusus diluncurkan untuk negara-negara berkembang dengan akses dan kecepatan internet terbatas, alias masih lelet seperti di Indonesia.

Sebenarnya fitur serupa juga sudah lebih dulu diluncurkan di Facabook. Jejaring social terbesar di dunia itu juga memiliki fitur yang dapat mengatur tidak akan secara otomatis menampilkan pre-load video di Feed Facebook. Cara ini bisa lebih menghemat kuota Internet. [HBS]

 

 

 

Ini Daftar Seri iPhone yang Cicipi iOS 13

0

Telko.id, Jakarta – Apple telah resmi mengumumkan kehadiran iOS 13 di perhelatan WWDC 2019. Dengan begitu, sejumlah perangkat iPhone akan mendapatkan sistem operasi terbaru itu. Perangkat apa saja yang bisa mencicipi iOS 13?

Saat peluncuran, Apple mengumumkan seri iPhone apa saja yang akan menerima pembaruan sistem operasi tersebut. Raksasa dari Cupertino itu memastikan seri iPhone 6s ke atas yang akan menerima pembaruan.

Itu artinya, seri iPhone yang tidak akan kebagian update di antaranya iPhone 6, iPhone SE, dan semua seri di bawahnya tidak bisa menikmati kecanggihan yang dibawa oleh generasi terbau iOS itu.

Berikut ini daftar iPhone yang mendapatkan update iOS 13:

  • iPhone XS, iPhone XS Max, iPhone XR
  • iPhone X
  • iPhone 8 dan iPhone 8 Plus
  • iPhone 7 dan iPhone 7 Plus
  • iPhone 6s dan iPhone 6s Plus

 

Sebelumnya,  Apple resmi mengumumkan iOS 13 di gelaran Apple Worldwide Developers Conference (WWDC 2019) pada Senin (03/06/2019) waktu setempat. Sistem operasi tersebut membawa beberapa fitur baru dan peningkatan kemampuan.

Senior Vice President of Software Engineering Apple, Craig Federighi mengatakan bahwa iOS 13 merupakan rilisan terbesar untuk iOS, dan akan menawarkan berbagai peningkatan pada sistem operasi.

Misalnya, iOS 13 akhirnya menawarkan dark mode atau mode gelap untuk semua aplikasi pihak pertama Apple. Bahkan notifikasi serta dok mendapatkan rona gelap baru yang bisa digunakan.

Apple juga meningkatkan kemampuan pada keyboard mereka. Apple menambahkan fitur swipe yang membuat pengguna lebih cepat dalam mengetik. Fitur ini mirip dengan Swiftkey, Swype atau Gboard yang telah lama muncul di perangkat Android.

{Baca juga: Undangan Beredar, Apple Siap Rilis iOS 13 di WWDC 2019}

Kemudian ada juga penambahan beberapa fitur di aplikasi Remainder di iOS 13, seperti fitur “Today”, “Scheduled”, “Flagged”, dan “All”. Serta ada juga opsi pemfilteran untuk menyortir tugas pengguna.

Apple juga mengembangkan teknologi Artificial Intelligence (AI) sehingga dapat menyarankan oengguna kapan ingin diingatkan, dan menandai kontak.

Aplikasi Apple Maps di iOS 13 juga mendapat pembaruan. Apple menambahkan data peta yang lebih komprehensif dan mode baru yang sepintas mirip dengan Google Street View. Pembaruan ini akan diluncurkan di Amerika Serikat pada akhir 2019 dan secara global pada 2020. [HBS

Stand Monitor Dijual Rp 14 Juta, Fans Apple ‘Ngamuk’

0

Telko.id, Jakarta – Seperti telah diperkirakan sebelumnya, Apple akhirnya menerima hujatan dari penggemarnya soal harga Pro stand monitor Mac Pro yang dijual dengan harga kurang “masuk akal”.

Apple merilis monitor terbaru bernama Pro Display XDR dengan resolusi 6K yang bisa dipadukan dengan Mac Pro 2019. Namun monitor yang dibandrol dengan harga USD$ 4.999 atau Rp 71 juta itu belum termasuk stand atau penyangga.

Apple menjual monitor dan peyangga secara terpisah. Harga peyangga atau Pro Stand yakni USD$ 999 atau Rp 14 Juta. Pro Stand. Hal inilah yang diprotes oleh pengguna, karena manganggapnya terlalu mahal.

{Baca juga: Mahal! Monitor Mac Dibandrol Rp 71 Juta Tanpa Penyangga}

Meski menurut Apple stand monitor itu dibuat untuk memudahkan pengguna, karena bisa diatur dalam posisi tegak ataupun diubah ketinggiannya. Namun harga tersebut dianggap tidak masuk akal, karena terlalu mahal.

“Walaupun kelihatannya cukup bagus, tapi harganya setara dengan beberapa komputer yang dijual Apple, dan sama dengan harga iPhone. Harganya mahal, tapi tidak sesuai fungsinya,” ketus seorang pengguna, dikutip dari Mashable.

“Saya tetap tidak bisa melihat justifikasi stand monitor seharga USD 999. Dan kalau dilihat, banyak fans Apple yang mempertanyakan soal harga yang terlalu mahal,” tulis seorang fans Apple.

Sebelumnya, Apple merilis monitor terbaru bernama Pro Display XDR di acara Apple Worldwide Developers Conference (WWDC 2019) di San Jose, Amerika Serikat pada Senin (03/06).

Di ajang WWDC itu juga Apple mengumumkan kehadiran Mac Pro 2019. Dengan tampilan yang lebih baru Apple Mac Pro 2019 dibandrol dengan harga USD$ 5.999 atau Rp 85 juta.

Tampilan Mac Pro cukup unik, karena memberikan desain perutan keju yang pernah diterapkan di perangkat Mac Pro terdahulu.  Mengusung frame stainless-steel dan case alumnium memberikan akses tanpa batas ketika interior Mac Pro dilepas, sehingga mudah jika dilakukan modifikasi peningkatan perangkat.

{Baca juga: Live Streaming WWDC 2019 Bisa di Apple Store}

Diameter perangkat ini adalah 52,9 cm x 21,8 cm x 45 cm dengan berat 18 kg. Sistem operasi Mac Pro 2019 adalah macOS Catalina dengan prosesor Intel Xeon W.  Mac Pro juga dibekali dengan 3.5GHz octa-core yang dapat diperbesar hingga prosesor 2.5GHz 28-core dengan cache 66.5MB.

Sehingga jika ingin membeli 1 paket maka Anda harus mengeluarkan uang USD$ 11.997 atau Rp 170,4 juta dan akan dilepas ke pasar pada September mendatang. Jadi apakah Anda tertarik untuk membeli perangkat terbaru Apple ini? [HBS]

Unduh Aplikasi Game via iPhone Kini Lebih Leluasa

Telko.id, Jakarta – Saat awal tersedia internet seluler, kuota data yang ditawarkan hanya relatif kecil. Maklum, kecepatan internet belum begitu baik. Ukuran aplikasi game dan media secara umum masih kecil.

Kala itu, kebutuhan terhadap kuota data yang besar belum ada. Perusahaan seperti Apple pun menerapkan batasan unduhan di iPhone. Jadi aplikasi yang ukurannya melebihi batas hanya bisa diunduh via WiFi.

Seiring waktu, Apple terus menambahkan batasan unduhan seluler. Baru-baru ini, Apple menaikkan lagi batasan unduhan seluler dari 150MB menjadi 200MB. Jadi, perbedaan batasannya lebih kurang 50MB.

Dilansir Ubergizmo, hal tersebutmembuka kemungkinan bagi pengguna  untuk megunduh lebih banyak aplikasi menggunakan data seluler. Artinya, aplikasi berukuran di atas 200MB masih bisa diunduh dengan data seluler.

{Baca juga: Remaja Ini Bobol Sistem Apple Demi Lowongan Pekerjaan}

Contohnya adalah beberapa game yang mungkin berukuran kurang dari 240MB. Tapi, karena beberapa aplikasi dirancang untuk beragam perangkat iOS seperti iPad dan iPhone, ukuran aplikasi berubah-ubah.

Dengan kata lain, apabila sebuah aplikasi dikatakan lebih dari 200MB, saat diunduh menggunakan data seluler via iPhone, ukurannya bisa menjadi lebih kecil.

{Baca juga: Awas! Ada Puluhan Aplikasi GPS Palsu di Google Play Store}

Selain menaikkan batas unduhan via data seluler, Apple berencana mengumumkan pembatasan baru untuk pelacakan pihak ketiga di aplikasi anak-anak. Informasi tersebut akan diumumkan pada WWDC 2019. [BA/HBS]

Sumber: Ubergizmo