Telko.id – Serangan cyber setiap waktunya semakin menggila dan selalu berevolusi. Hal ini juga dirasakan oleh industry telekomunikasi. Itu sebabnya, dibutuhkan keamanan berlapis agar kenyamanan pelanggan dapat tetap terjaga. Dan ternyata banyak hal pelik dibalik itu semua.
“XL sendiri melihat bahwa keamanan cyber ini tidak bisa berjalan sendiri. Perlu kerjasama dari berbagai pihak dalam industri sehingga tidak perlu coba-coba dalam hal penangkalan cyber”, kata Dian Siswarini, Presiden Direktur & CEO XL Axiata.
Hal tersebut yang menginisiasi XL untuk membuat Risk & Control Forum. Suatu forum diskusi dan berbagi pengetahuan mengenai pengelolaan risiko bisnis. Dengan demikian, operator dapat terus mencermati tren industri dan risiko-risiko terkait.
“Dengan mendiskusikan dan berbagi pengetahuan mengenai pengelolaan risiko bisnis (risk and control), kami berharap para pelaku industri ini dapat saling berbagi pengalaman, dan pengetahuan sehingga dapat meningkatkan kompetensi mengenai hal-hal tersebut,” kata Dian menambahkan.
Di XL sendiri, perusahaan telah memiliki departemen audit internal dan manajemen risiko yang berfungsi untuk memastikan dan membantu manajemen XL Axiata terkait pengelolaan tata kelola perusahaan yang baik melalui kajian audit.
“Peningkatan serangan cyber ini setiap tahunnya seminar 20-30%. Itu sebabnya, investasi untuk security juga cukup besar. Di XL, setidaknya, 10% dari IT Spent diperuntukan untuk memastikan keamanan cyber ini’” ujar Yessie D. Yosetya, Direktur/Chief Service Management Officer XL Axiata.
“Sayangnya, untuk mencari ahli security saat ini masih susah. Di universitas juga belum banyak mata kuliah tentang keamanan siber. Makanya, kebutuhan tenaga asing masih besar. Padahal, liat tren sekarang, semua industri butuh (ahli security), seperti fintech,” tambah Dian.
Padahal, saat ini hampir setiap perusahaan menggunakan sistem teknologi informasi dan koneksi ke dunia digital untuk mendukung aktivitas bisnisnya. Karena itu, semua perusahaan pasti memiliki kebutuhan untuk mampu mengamankan sistem teknologi informasi yang dikelolanya. Jadi, event ini menjadi sangat penting bagi pelaku industri.
Apalagi, serangan cyber juga acap kali menyasar perusahaan-perusahaan di Indonesia. Memiliki sistem keamanan cyber dan manajemen risiko yang kuat tentu menjadi suatu nilai tambah yang penting bagi setiap perusahaan di industri ini.
XL Axiata berharap Forum Risk & Control ini selanjutnya bisa menjadi wadah bagi para praktisi audit dan manajemen risiko di industri telekomunikasi dan industri terkait untuk saling berdiskusi, berbagi ilmu, pengalaman, bertukar pikiran, dan menjalin komunikasi. Melalui event ini, para praktisi dapat mendiskusikan tren dan update terbaru terutama yang memerlukan perhatian dari sisi audit dan manajemen risiko.
Dian juga menekankan pentingnya forum ini bagi pelaku industri financial technology (fintech). Menurutnya, pelaku industri fintech pun harus aware dengan segala resiko yang mungkin muncul dari sisi cyber. Hal ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa pelaku industri fintech dalam memperluas pengembangan bisnisnya menggunakan sarana platform digital terutama dalam upaya memperbanyak pengguna. Jaminan atas keamanan data dan juga dana nasabah dari berbagai sisi tentu menjadi perhatian utama masyarakat dalam menggunakan jasa dan produk fintech. (Icha)