Telko.id – Jumlah pelanggan Hutchison Tri Indonesia (Tri) yang menggunakan ponsel 2G memang sudah tidak banyak. Dari total 56.8 juta pelanggannya yang saat ini dimilikinya, hanya 10% saja. Itu sebabnya, Tri ‘pede’ untuk mematikan jaringan 2G nya secara bertahap hingga tahun 2018 akan dimatikan secara total.
“Mematikannya secara bertahap. Jadi kita akan mulai sekitar 2017 ini dan berlangsung selama dua tahun,” ujar Vice President Director Hutchison Tri Indonesia (Tri), Danny Buldansyah usai peluncurkan program ‘Isi Ulang Enjoy”, di Jakarta (24/1).
Danny pun menambahkan bahwa “Pelanggan 2G dari Tri ini paling banyak di luar Jawa. Di Jawa, sudah lebih banyak pelanggan yang menggunakan smartphone 3G dan 4G”.
Tahapan yang akan dilakukan Tri adalah pertama kali melakukan evaluasi setiap daerah. Baru setelah itu akan ditentukan daerah mana yang akan terlebih dahulu dimatikan jaringan 2G nya. Sayang, Danny tidak mau menjelaskan secara rinci daerah mana saja.
Dengan dimatikan jaringan 2G ini, maka Tri akan focus melakukan pengembangan jaringan 4G LTE. Dari yang sekarang ada 10 ribu BTS 4G LTE di ratusan kota, pada tahun 2017 ini akan diperkuat hingga menjangkau 224 kota. “Kami akan bangun, bukan hanya di kota besar saja, tetapi juga kotamadya,” ujar Randeep Sing Sekhon, Presiden Direktur Tri menjelaskan.
Tentu, dengan adanya langkah strategis ini, maka Tri membutuhkan spectrum baru. Itu sebabnya, Tri sangat berharap mampu memenangkan lelang frekuensi yang rencananya akan dilakukan oleh pemerintah pada kuartal pertama 2017 ini. Lelang yang akan dilakukan adalah untuk frekuensi dua blok 2.1 GHz dan satu blok 2,3 GHz.
“Kami memprioritaskan untuk memperoleh frekuensi 2,1 GHz. Tapi 2,3 GHz juga tidak masalah. Kita Ok saja,” ujar Danny menjelaskan.
Danny juga berharap bahwa lelang frekuensi ini pemerintah bukan hanya sekedar melihat penawaran yag terbesar saja. Perlu juga ‘beauty contest’. “Jadi pemerintah juga melihat kinerja dan performance dari yang ikut lelang. Jangan sampai, sumber daya yang terbatas ini diperoleh pihak yang tidak memiliki komitmen untuk membangun, seperti yang pernah terjadi pada saat lelang BWA beberapa tahun lalu,” sahut Danny.
Itu sebabnya, Tri cukup optimis akan mendapatkan lelang frekuensi tersebut. Terutama jika melihat jumlah pelanggan, trafik, serta investasi yang dilakukan selama ini. Menurut Danny, trafik data dari Tri mirip dengan dua operator besar di Indonesia.
“Trafic kita relative smiliar, paling tidak dengan dua operator yang cukup besar lainnya kan. Padahal, spectrum kita relative setengahnya dari operator dua operator tersebut. Masa kita tidak dapat frekuensi sih?” kata Danny. (Icha)