Telko.id – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) meggelar program GoZero% Goes to Borneo. Pada 14–15 Mei 2025, perusahaan menanam 5.000 bibit mangrove di Pantai Batu Perawan, Tarakan, Kalimantan Utara.
Ini bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan langkah strategis dalam mitigasi perubahan iklim dan pelestarian ekosistem pesisir.
Tarakan dipilih bukan tanpa alasan. Sebagai wilayah dengan garis pantai rentan abrasi, Kalimantan Utara menghadapi ancaman serius akibat naiknya permukaan laut dan kerusakan habitat mangrove.
Data Kementerian Lingkungan Hidup menunjukkan, Indonesia kehilangan 40% hutan mangrove dalam 30 tahun terakhir.
Padahal, mangrove mampu menyimpan karbon 4-5 kali lebih banyak dibanding hutan tropis daratan. Inisiatif Telkom ini menjadi jawaban konkret atas tantangan tersebut.
Kolaborasi menjadi kunci sukses program ini. Telkom menggandeng Inisiatif Zakat Indonesia (IZI), pemerintah daerah, komunitas, hingga pelajar. Kehadiran Pj.
Sekretaris Daerah Kalimantan Utara Dr. Bustan dan Wali Kota Tarakan dr. H. Khairul mempertegas dukungan multistakeholder. “Mangrove adalah investasi untuk pembangunan berkelanjutan,” tegas Bustan dalam sambutannya.
Mangrove: Solusi Iklim yang Terlupakan
Akar mangrove yang kokoh bukan hanya mencegah abrasi, tetapi juga menjadi rumah bagi 80% biota laut. EVP Telkom Regional IV Rachmad Dwi Hartanto menjelaskan, “Penanaman 5.000 mangrove ini bagian dari komitmen GoZero% untuk biodiversity dan net zero emission.” Program ini sejalan dengan target Indonesia mencapai nol emisi karbon pada 2060.

VP Sustainability Telkom Gunawan Wasisto menambahkan, ESG menjadi fondasi aksi ini. “Dari sisi lingkungan, mangrove adalah solusi berbasis alam (nature-based solution). Sosial, kami memberdayakan UMKM. Tata kelola, kami patuh pada regulasi,” paparnya. Telkom konsisten menjalankan 7 Program Lingkungan yang terintegrasi.
Baca Juga:
Dampak Berlapis: Dari Ekologi hingga Ekonomi
GoZero% Goes to Borneo tidak berhenti di penanaman pohon. Telkom juga merevitalisasi Masjid Tanjung Batu sebagai pusat kegiatan masyarakat dan menyuntikkan dana binaan untuk UMKM lokal.
“Ini bentuk nyata ekonomi sirkular,” ujar Gunawan. Program pemberdayaan ini mencakup pelatihan digital agar UMKM naik kelas.
Kegiatan serupa pernah sukses di Medan, membuktikan konsistensi Telkom dalam menjalankan program keberlanjutan.
Ke depan, inisiatif ini akan diperluas ke wilayah timur Indonesia, mengikuti jejak kesuksesan Telkomsel yang telah menanam 10.600 mangrove sebelumnya.
Lantas, apa yang bisa dipelajari dari aksi Telkom ini? Pertama, kolaborasi multistakeholder adalah kunci. Kedua, pendekatan ESG yang holistik (lingkungan-sosial-tata kelola) memberi dampak berkelanjutan.
Terakhir, perubahan besar memang dimulai dari langkah kecil—seperti menanam satu pohon mangrove. (Icha)