Telko.id – SATRIA-1 sampai 3 Sudah Mengangkasa pun, 3T Tetaplah 3T, Lalu? Ya, pemerintah berencana bahwa SATRIA-1 atau Satelit Republik Indonesia -1 akan mulai beroperasi pada November 2023 mendatang.
Saat ini masih dalam proses konstruksi. Sebenarnya, satelit milik pemerintah ini harus nya sudah mengangkasa beberapa waktu lalu. Sayang terjadi hal yang tidak diinginkan sehingga harus bangun dari awal lagi.
SATRIA atau Satelit Republik Indonesia ini jika sudah mengangkasa akan mampu memberikan layanan internet atau data dengan teknologi teknologi High Throuhput Satellite (HTS) di wilayah 3T atau Tertinggal, Terjauh dan Terluar.
“Wilayah tersebut, tidak memungkinkan untuk dijangkau menggunakan kabel optic atau jaringan terestial lainnya, sehingga satelit menjadi jalan terakhir atau jalan satu-satunya agar ada pemerataan akses internet di Indonesia,” ungkap Kanaka Hidayat, Anggota Dewan Profesi dan Asosiasi MASTEL.
Kanaka juga menambahkan bahwa memang, satelit merupakan teknologi konservatif yang memiliki standar dan aturan main khusus yang diatur secara internasional tapi hingga saat ini masih terus dibutuhkan, tidak ada jalan lain.
SATRIA-1, rencananya akan dapat melayani 150.000 titik diseluruh wilayah 3T di Indonesia. Dengan rincian untuk sekolah atau pesantren sebanyak 93.900 titik, Pemda 47.900 titik, Fasilitas Kesehatan sebanyak 3.700 titik, Polsek 3.900 titik dan lainnya 600 titik. Angka tersebut merupakan hasil Hasil penelitian di tahun 2017.
Kemampuan dari SATRIA-1 ini adalah 150 Gbps. Jadi setiap titik nantinya akan mendapat layanan internet minimal 1 Mbps setiap titik nya. Tentu jika dibandingkan dengan wilayah diluar 3T masih sangat jauh kesenjangannya.
Itu sebabnya, pemerintah pun berencana untuk ‘menerbangkan’ SATRIA-2 dengan kemampuan 300 Gbps pada tahun 2025-2026 dan SATRIA-3 dengan kemampuan 500 Gbps yang baru bisa beroperasi pada tahun 2030.
Untuk SATRIA-1 rencananya akan diluncurkan pertengahan tahun 2023 dengan kapasitas 150 Gbps dengan kecepatan internet 1 Mbps per titik lokasi, mengadopsi teknologi High Throuhput Satellite (HTS), slot orbit 146E dan orbit raising electric.
“Saat ini SATRIA-1 masih dalam proses produksi di Perancis oleh perusahaan Tales Alemania Space dengan roket peluncur Space X Falcon 9-5500 produksi Amerika Serikat. Rencana peluncurannya pada November 2023 di Florida,“ ungkap ungkap Anang Latif, Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Kominfo menjelaskan.
“Tapi 3T tetap lah 3T, akses internet nya belum bisa setara dengan wilayah lain karena dari kebutuhan akses internet nya juga setiap tahun nya akan meningkat terus. Denga nada 3 satelit ini masih belum bisa mencukupi. Itu sebabnya kita gencarkan juga pembangunan BTS broadband 4G dan Palapa Ring. Jadi Satelit ini melengkapi infrastruktur yang akan dibangun pemerintah,” tambah Anang.
Anang juga menambahkan bahwa Satelit SATRIA-1 beroperasi 15 jam, kuota tiap bulan yang akan tersedia sekitar 30,3 juta GB. Sehingga kalau dibagi dengan 26,5 juta orang di titik layanan publik, masing-masing pengguna hanya akan mendapatkan 1,14 GB per bulan, dengan asumsi wilayah tersebut tidak terkover layanan terrestrial.
Sebagai perbandingan, data Telkomsel pada 2019 menyebut, rata-rata pelanggan Telkomsel menghabiskan 5,2 GB kuota per bulan.
“Pelanggan seluler mungkin pada 2023 akan menghabiskan 41-50 GB per orang per bulan. Sementara pada 2023, alokasi per pengguna per bulan di daerah 3T hanya 1,14 GB per bulan dengan satelit Satria-1. Kalau begini, daerah 3T akan tetap menjadi daerah 3T,” kata Anang, memberikan penjelasan.
Melihat hal inilah, BAKTI merencanakan pembangunan satelit Satria 2 dan 3 dengan kapasitas di atas. Anang mengatakan Satria 2a dan satria 2b perlu ada untuk menghadirkan kapasitas transport 300 Gbps yang menyediakan kuota 2,29 GB per user per bulan.
Sementara satelit Satria 3 dengan kapasitas transport data 500 Gbps akan menyediakan kuota 3,82 GB per pengguna per bulan. Jadi secara total, ketiga satelit hanya akan memberikan kuota 7,25 GB per pengguna per bulan, dengan asumsi wilayah tersebut belum tersentuh layanan terestrial.
Meski masih akan ada kesenjangan, hal ini perlu dilakukan demi memberikan konektivitas digital yang lebih baik di wilayah 3T, selain sebelumnya BAKTI membangun Palapa Ring dan infrastruktur BTS 4G.
Ketiga proyek ini saling melengkapi hingga nantinya akses internet dapat lebih merata di Indonesia. (Icha)