Telko.id – Palapa Ring Timur adalah salah satu proyek nasional Palapa Ring atau Tol Langit yang sukses diresmikan oleh Presiden Jokowi pada akhir tahun lalu. Sayang, ternyata banyak alasan sehingga operator kurang berminat memanfaatkannya. Akibatnya, masyarakat di wilayah Indonesia Timur pun belum banyak bisa merasakan akses internet cepat. Pilih kasih?
Bukan, ini bukan masalah pilih kasih. Tapi lebih semata-mata karena memang wilayah Indonesia Timur ini kurang dilirik oleh operator sebagai kepanjang-tanganan dari Palapa Ring Timur hanya merupakan sebuah back bone dan harus ada peran operator telekomunikasi untuk bisa sampai ke masyarakat. Ini yang membuat utilisasi nya rendah.
Lalu, apa alasannya operator enggan melirik wilayah Timur Indonesia? Ya, kebanyakan operator yang ada di Indonesia memiliki banyak pertimbangan sebelum masuk ke suatu area komersil baru, misalnya jumlah populasi penduduk, potensi pengguna data, potensi ekonomi daerah, skala ekonomi masyarakat, dan nilai strategis suatu wilayah. Hal ini menimbulkan salah persepsi dan pertanyaan di masyarakat, mengapa kehadiran Palapa Ring Timur belum juga memberikan akses internet yang layak bagi masyarakat. Walau begitu, dari sisi yang lebih optimis, proses negosiasi dan integrasi dengan beberapa operator sedang berjalan saat ini.
Kedua, adanya kesenjangan jumlah penduduk yang cukup tinggi antar wilayah yang dilewati serat optik Palapa Ring Timur ini. Wilayah 3T (Terluar, Terdepan, Tertinggal) dengan jumlah penduduk yang sangat sedikit sehingga normal memiliki utilisasi rendah karena memang tidak banyak yang menggunakan internet. Hal ini berbanding terbalik dengan wilayah di Papua yang ramai penduduk yang masuk kepada Proyek 16 (Jayapura, Elelim, Wamena, Kenyam, Sumohai, Dekai, Oksibil, dan Waropoko), utilisasi telah mencapai 100%.
Kompleksitas dalam pemeliharaan infrastruktur Palapa Ring Timur ini tidak lepas dari beberapa aspek seperti geografis, keadaan alam, faktor cuaca, bencana alam, hingga vandalism (sampai dengan ancaman jiwa) menjadi tantangan tersendiri, tetapi hal itu semua tidak menjadi halangan dan kendala bagi team Maintenance PT. Palapa Timur Telematika untuk selalu menjaga stabilitas dan pemeliharaan infrastruktur Jaringan Palapa Ring Timur ini. Belum lagi banyak menara yang dibangun berada di lokasi dengan ketinggian 3000 meter yang pastinya membutuhan effort yang lebih besar dalam proses pemeliharaannya.
“Saat ini pengoperasian dan pengelolaan jaringan telekomunikasi serat optik Palapa Ring Timur masih terus dilakukan oleh PT Palapa Timur Telematika melalui segala tantangan dan keterbatasan, namun tetap optimis adanya peningkatan utilisasi yang signifikan. Sudah menjadi tanggung jawab kami agar infrastruktur jaringan dapat berjalan dengan optimal namun efisien. Kami menjalin kerjasama dengan operator terpilih untuk dapat memberikan layanan dan solusi akses Internet bagi masyarakat wilayah timur pada umumnya” ujar Radiws Darwan, VP Field Operation Palapa Timur Telematika optimis.
Sebagai informasi, penggelaran Palapa Ring terbagi menjadi tiga paket tahap yakni Palapa Ring Barat meliputi wilayah Riau dan kepulauan Riau (sampai dengan Natuna) yang rampung digelar pada Maret 2018. Palapa Ring Tengah mencakup wilayah Kalimantan. Sulawesi, dan Maluku Utara (sampai kepulauan Sangihe-Talaud) selesai digelar pada Desember 2018.
Terakhir Palapa Ring Timur yang menjangkau wilayah NTT, Maluku, Papua Barat dan Papua yang saat ini telah selesai juga konstruksinya dan sudah diresmikan langsung oleh Presiden Jokowi di Istana Negara tanggal 14 Oktober 2019.
Palapa Ring Timur merupakan proyek paling besar dari antara 2 proyek lainnya dengan total panjang kabel serat optik darat (inland) 2.453 KM dan kabel serat optik laut (submarine) membentang sejauh 4.42 6 KM.
Selain itu Palapa Ring Timur juga dilengkapi dengan konstruksi 52 menara tower microwave dan 49 unit HOP agar dapat menjangkau 35 kabupaten/kota yang melalui 4 provinsi. Pada tol langit paket timur ini terdapat 9 proyek yang sedang berjalan, yaitu proyek 9 sampai proyek 17. Hingga September 2020 total utilisasi dari ke 9 proyek ini telah mencapai 14% untuk utilisasi Fiber Optic dan 45% untuk utilisasi microwave. (Icha)