Telko.id – Palapa Ring Integrasi bakal menjadi mega proyek BAKTI Kominfo tahun 2022 – 2023 mendatang. Proyek ini akan menghubungkan semua paket palapa ring yang sering disebut dengan Tol Langit yakni Paket Barat, Paket Timur dan Paket Tengah.
“Jika tidak ada Palapa Ring Integrasi ini maka infrastruktur yang sudah dibangun oleh BAKTI ini akan kesulitan untuk ditingkatkan utilisasinya. Selain itu juga denga nada Palapa Ring Integrasi ini akan ada resiliensi jaringan tulang punggung nasional,” Anang Latif, Direktur Utama BAKTI Kominfo yang disampaikan dalam perbincangan ‘Apa Kabar Tol Langit’ secara virtul Selasa (14/09).
Tujuannya untuk memperkuat jaringan yang sudah ada dan menjadi backup bila di satu wilayah jaringannya terputus, sehingga pemanfaatan internet akan lebih maksimal. Sumber pendanaan program rencananya didapat dari kerjasama pemerintah dan pihak swasta.
Dalam rangcangannya BAKTI kominfo, Palapa Ring Integrasi ini akan dimulai dikerjakan pada tahun 2022 untuk fase 1 sepanjang 5.226 km. Fase pertama ini akan menghubungkan paket Palapa Ring Tengah dan Timur. Kemudian akan mengintegrasikan Palapa Ring ke local Exchange terdekat.
Selain itu juga menjadi koneksi vital ke Ibu Kota Baru dari Jalur Palapa Ring Timur dan Tengah. Dengan keterhubungannya ini maka utilisasi infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah ini juga akan meningkat signifikan.
Pada fase ke dua yang akan dibangun pada tahun 2023 mendatang, yang dibangun adalah infrstruktur sepanjang 6.857 km. Infrastruktur ini akan menghubungkan Palapa Ring Paket Barat, Tengah dan Timur. Selain itu juga akan menjadi Interkoneksi Local Exchange IIX (Indonesia Internet Exchange) Jakarta dan Denpasar.
Fase dua ini juga akan menjadi koneksi vital ke Ibu Kota Baru dari Jalur Palapa Ring Barat. Kemudian juga akan meningkatkan konektivitas dan resiliensi jaringan tulang punggung nasional.
Sedangkan untuk fiber optic yang dibangun dalam Palapa Ring Integrasi ini akan mencapai 12.083 km. Dengan rincian fiber optic terestial sepanjang 8.203 dan fiber optic submarine sepanjang 3.880 km.
Sayang, sampai sekarang masih belum dipastikan pembiayaan untuk mega proyek ini yang diperkirakan sebesar Rp.8 Triliun ini. Pasalnya, menurut Anang pembiayaan ini tidak mungkin dilakukan pemerintah.
“Yang memungkin dilakukan adalah melalui skema Kerjasama Pemerintah – Badan Usaha/KPBU. Investor sendiri sudah banyak berminat. Seperti misalnya Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) sudah tertarik. Soalnya, mega proyek seperti ini secara bisnis cukup baik,” ungkap Anang menjelaskan.
Anang juga berharap mega proyek baru ini dapat lebih cepat dilakukan. Setidaknya tahun depan sudah bisa dilaksanakan karena sudah ada contoh pada proyek Palapa Ring sebelumnya.
Kesenjangan Digital di Indonesia
Berdasarkan data survei APJII dan BPS tahun 2020, pada periode 2019 – 2020 (Q2), pengguna internet aktif di Indonesia, baru 73,7% dari seluruh total penduduk Indonesia, atau 196,71 juta. Padahal targetnya pemerintah setidaknya sebanyak 92,6% dari total penduduk merupakan pengguna internet aktif.
Jika ditilik lebih jauh lagi, Jawa dan Sumatera memiliki penetrasi yang tertinggi. Dimana Jawa mencapai 41,7% dengan jumlah penduduk 56,10% dari total penduduk Indonesia. Artinya masih ada kesenjangan sekitar 14,4%.
Sedangkan di Sumatera, penetrasi pengguna internetnya mencapai 16,2% dengan jumlah penduduk yang seharusnya dapat menikmati akses internet ini sebesar 21,68%. Artinya masih ada kesenjangan sekitar 5,8%.
Bagaimana dengan wilayah lain? Untuk Kalimantan, penetrasi pengguna internet baru mencapai 4,6% dengan total penduduk yang seharusnya dapat menikmati akses internet ini sebesar 6,15%. Artinya masih ada kesenjangan sekitar 1,55%.
Sedangkan untuk Untuk Sulawesi, penetrasi pengguna internet baru mencapai 5,1% dengan total penduduk yang seharusnya dapat menikmati akses internet ini sebesar 7,36%. Artinya masih ada kesenjangan sekitar 2,26%.
Untuk Maluku dan Papua, penetrasi pengguna internet baru mencapai 2,2% dengan total penduduk yang seharusnya dapat menikmati akses internet ini sebesar 3,17%. Artinya masih ada kesenjangan sekitar 0,97%.
Nah, untuk Bali dan Nusa Tenggara penetrasi pengguna internet baru mencapai ,9% dengan total penduduk yang seharusnya dapat menikmati akses internet ini sebesar 5,54%. Artinya masih ada kesenjangan sekitar 1,64%.
Jadi masih perlu ada kerjasama yang baik dari semua pihak agar infrastruktur Jaringan 4G yang dibangun BAKTI melalui Palapa Ring ini memiliki last mile sampai ketingkat pengguna. (Icha)