Telko.id – Kompetisi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bagi penyandang disabilitas tingkat nasional resmi ditutup dengan penganugerahan pemenang di Jakarta, Jumat (22/8/2025).
Acara yang diselenggarakan oleh BAKTI Komdigi bekerja sama dengan Yayasan Paradifa ini menjadi puncak dari rangkaian Program Inklusi Digital 2025 yang telah berjalan sejak Juni lalu.
Sebanyak 40 peserta dengan 43 pendamping dari 38 provinsi turut serta dalam kompetisi nasional ini. Mereka adalah perwakilan terbaik yang terpilih melalui seleksi berjenjang di lima regional.
Untuk memastikan penilaian yang objektif, panitia menyiapkan 15 juri dari latar belakang akademis, praktisi, dan lembaga kemasyarakatan.
Kompetisi dibagi dalam empat kategori, yaitu Digital Office, Digital Public Relations, Digital Marketing, dan Content Creator.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Meutya Hafid, menyampaikan apresiasi atas antusiasme peserta dalam kompetisi ini.
“Ini adalah komitmen kami khususnya BAKTI Komdigi dalam membawa semangat inklusivitas bahwa teknologi ini adalah milik semua, bukan hanya sebagian kelompok,” ujarnya dalam sambutan penutupan.
Meutya menambahkan, digitalisasi membuka ruang luas bagi penyandang disabilitas untuk berkompetisi secara setara dan menunjukkan potensi terbaik di dunia kerja.
Direktur Utama BAKTI Komdigi, Fadhilah Mathar, menyambut para finalis dengan bangga. Menurutnya, kehadiran peserta telah memberikan inspirasi dalam hal determinasi dan kompetensi.
“Dari interaksi intens bersama mereka, kami banyak mendapatkan wawasan tentang inklusi digital yang bermakna dan hakiki. Kami yang lebih banyak belajar dari mereka daripada mereka belajar dari kami,” kata Fadhilah.
Ia menegaskan, kompetisi ini adalah ajang sumbangsih teman-teman disabilitas dalam memberi warna bagi ekosistem digital Indonesia.

Ketua Yayasan Paradifa, Echi Pramitasari, menjelaskan bahwa Program Inklusi Digital bertujuan memastikan penyandang disabilitas dapat mengakses, memanfaatkan, dan berpartisipasi aktif dalam ekosistem digital.
“Pembangunan akses internet oleh Komdigi sampai di pelosok-pelosok semakin memudahkan rekan-rekan kami untuk berpartisipasi dalam pelatihan,” ujarnya.
Program ini juga memberikan dampak positif melalui penyerapan tenaga kerja untuk peran sebagai trainer, juru bahasa isyarat, pengelola kelas, dan asesor.
Selama program berlangsung, tercatat 218 trainer, 110 juru bahasa isyarat, 210 pengelola kelas, dan 83 asesor yang bekerja secara profesional.
Baca Juga:

Rangkaian Program Inklusi Digital 2025
Program Inklusi Digital 2025 meliputi beberapa tahapan yang dimulai sejak Maret 2025. Tahap pertama adalah pengembangan modul, Learning Management System (LMS), dan media pembelajaran pada Maret-April 2025.
Selanjutnya, diselenggarakan pelatihan untuk guru dan tenaga administrasi SLB/organisasi disabilitas yang diikuti 135 peserta.
Pada Mei 2025, digelar Digital ICT Camp for Youth with Disabilities yang diikuti 265 peserta disabilitas usia pelajar dan 20 trainer.
Tahap utama adalah Pelatihan TIK Nasional secara daring bagi penyandang disabilitas pada 24 Juni-12 Juli 2025, yang menjangkau 2.652 peserta usia angkatan kerja dan 190 trainer.

Peserta berasal dari berbagai jenis disabilitas, termasuk pendengaran/tuli, disabilitas intelektual, disabilitas mental, disabilitas fisik, disabilitas penglihatan, dan disabilitas ganda.
Sejak dimulai, program ini telah menghadirkan 190 kelas pelatihan digital daring yang menekankan pengembangan keterampilan TIK secara inklusif.
Pelatihan dilakukan secara daring menggunakan metode pembelajaran interaktif, didukung pendampingan intensif dan kurikulum yang dirancang khusus ramah disabilitas.
Proses assessment dilakukan secara berjenjang dari tingkat provinsi, regional, hingga nasional untuk memastikan setiap peserta yang lolos merupakan representasi terbaik dari daerahnya.
Program sejenis juga pernah digelar oleh perusahaan telekomunikasi seperti XL Axiata melalui Sisternet dengan Kompetisi Modal Pintar 2023, menunjukkan komitmen industri dalam mendukung inklusi digital.
Dampak dan Harapan Ke Depan
Keberhasilan program ini tidak hanya terlihat dari jumlah peserta, tetapi juga dari dampak positif yang dihasilkan.
Selain meningkatkan kompetensi digital penyandang disabilitas, program ini juga menciptakan lapangan kerja bagi ratusan tenaga pendukung.
Inisiatif seperti ini sejalan dengan perkembangan teknologi inklusif yang semakin mendapat perhatian, seperti pembuatan mobil mainan pintar untuk anak disabilitas yang menunjukkan bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan sosial.
Keberhasilan penyelenggaraan kompetisi ini diharapkan dapat memacu semangat inklusi digital yang lebih luas di masa depan. (Icha)