Telko.id – Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) secara resmi meluncurkan Empowering Indonesia Report 2025, yang menandai komitmen perusahaan dalam memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi untuk percepatan manfaat bagi masyarakat Indonesia.
Peluncuran laporan ini menegaskan fokus utama pada sektor kesehatan, pendidikan, dan pertanian, sejalan dengan visi pemerintah.
President Director dan CEO IOH Vikram Sinha dalam sambutannya menekankan bahwa perjalanan perusahaan pasca merger pada 22 Januari telah mengajarkan pentingnya tujuan yang lebih besar.
“Indosat adalah perusahaan yang sangat ikonis, perusahaan berusia 58 tahun yang pertama kali menghubungkan Indonesia ke dunia. Semua pekerjaan kami terhubung ke tujuan yang lebih besar untuk memimpin Indonesia,” ujarnya dalam acara peluncuran, Senin (27/10/2025).
Vikram menyatakan bahwa kesuksesan merger selama 4 tahun terakhir bukan hanya milik Indosat, tetapi merupakan kesuksesan Indonesia yang menunjukkan potensi besar negara ini.
“Kami menunjukkannya ke dunia barat. Eropa datang ke Indonesia bukan hanya melihat Bali dan Jakarta, tetapi untuk mengetahui bagaimana merger ini berhasil. Ini adalah saat yang sangat membanggakan untuk kita semua di Indonesia,” tambahnya.
Dalam pengembangan teknologi ke depan, Vikram menekankan pentingnya kolaborasi antar pemangku kepentingan.
“Tidak ada satu perusahaan yang bisa melakukannya sendirian. Ini semua mengenai berkumpul untuk tujuan yang lebih besar dan menciptakan dampak dalam skala,” tegasnya.
Indosat berkomitmen penuh untuk bekerja pada semua 6 pilar yang telah diidentifikasi, dengan fokus terbesar pada pemanfaatan AI dan teknologi sebagai penyebaran untuk memberi manfaat kepada rakyat Indonesia.

Baca Juga:
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria yang hadir dalam acara tersebut menyambut baik peluncuran laporan ini.
“Peluncuran Empowering Indonesia Report 2025 oleh Indosat sejalan dengan peta jalan AI nasional dan Indonesia Report 2045,” ujarnya.
Nezar mengapresiasi frame konsep yang disampaikan Vikram Sinha, khususnya mengenai produktivitas dan komputasi sebagai dua kata kunci signifikan.

Nezar memaparkan kondisi terkini infrastruktur digital Indonesia, dimana produktivitas sudah menjangkau 90% populasi melalui jaringan 4G, meski kecepatan internet rata-rata masih 36,7 Mbps.
“Lima tahun ke depan kita akan bisa bersanding dengan daerah tetangga yang sudah mencapai 100 Mbps kecepatan internet,” ujarnya.
Untuk jaringan 5G, pemerintah menargetkan 32% konektivitas pada 2030, sementara saat ini masih di bawah 10% dibandingkan Malaysia yang sudah mencapai 80%.
Fokus pada Komputasi dan Talenta Digital
Aspek komputasi menjadi perhatian khusus dalam pengembangan AI di Indonesia. Nezar menjelaskan bahwa infrastruktur industri AI membutuhkan compute power yang kuat untuk pemrosesan data.
“Indonesia sudah mengambil jalan yang tepat dengan mencoba fokus menjadi AI tech group. Inisiatif ini membuat Indonesia berada satu langkah di depan,” katanya.
Potensi ekonomi digital Indonesia dinilai sangat besar, dengan proyeksi mencapai 1 triliun USD pada 2030, dimana 40% disumbang oleh Indonesia. Namun, Nezar mengingatkan pentingnya penyiapan talenta digital untuk mendukung pertumbuhan ini.
“Kita butuh kurang lebih 9 juta digital talent di 2030. Talent ini sangat penting, tidak kalah pentingnya dari infrastruktur,” tegasnya.
Vikram Sinha menegaskan komitmen Indosat untuk berinvestasi dalam pengembangan talenta manusia.
“Fokus pertama kami adalah berinvestasi dalam talenta manusia. Kami percaya untuk ini bisa terwujud, kita harus berinvestasi secara signifikan untuk mengembangkan talenta manusia. Jika tidak berinvestasi dalam talenta manusia, kita tidak akan dapat mengembangkan potensi,” ujarnya.
Menuju Sovereign AI Indonesia
Pemerintah sedang mempersiapkan kerangka hukum untuk mendorong pertumbuhan AI yang etis dan bertanggung jawab.
“Saat ini dalam proses untuk dijadikan peraturan presiden. Draftnya sudah ada di Kementerian Hukum dan HAM, sedang mengadakan harmonisasi. Mudah-mudahan di akhir tahun ini bisa masuk ke dalam peraturan,” papar Nezar.
Kerangka hukum ini akan mendukung terwujudnya sovereign AI Indonesia. “Indonesia punya komitmen yang cukup kuat dengan sejumlah program melalui sandbox AI. Sudah dilakukan upaya untuk membuat model AI yang Indonesia, yang benar-benar Indonesia,” jelas Nezar. Saat ini sedang dikerjakan proyek membuat model MLM berbasis bahasa daerah yang ada di Indonesia.
Empowering Indonesia Report 2025 diharapkan dapat memperkuat perspektif dan keyakinan semua pemangku kepentingan dalam mempersiapkan transformasi digital di seluruh Indonesia.
Laporan ini menjadi panduan strategis dalam menjawab tantangan digitalisasi dan memanfaatkan peluang pertumbuhan ekonomi digital yang semakin pesat. (Icha)


