Telko.id – Indonesia LTE Community menggelar event perdana mereka yang berfokus pada perkembangan ekosistem 4G di Indonesia. Mengangkat tema ‘4G LTE : Unfinished Business’ kegiatan ini sekaligus mencari solusi bagi setiap permasalahan yang kerap hadir meskipun layanan 4G telah digelar di Indonesia.
Membuka acara, hadir Menteri Kominfo Rudiantara yang mengungkapkan bahwa wadah seperti ini perlu didukung agar dapat mengawal perkembangan 4G di Indonesia.
“Berdasarkan data yang saya peroleh belum ada setengahnya ponsel 4G yang recognize dengan jaringan 4G, ini menjadi PR bagi para operator. Perkembangan kedepan, infrastruktur masih menjadi tema kita, tapi jangan lupa kedepannya juga akan tumbuh layar aplikasi, dan saya harapkan komunitas ini,”
Sementara itu Iman Aulia, Ketua Indonesia LTE Community mengatakan forum komunitas ini dibentuk sebagai pembelajaran dari “kegagalan” fase 3G beberapa tahun lalu tidak terulang lagi. Dimana teknologi yang sudah siap, namun industri terkait lainnya dan masyarakat sebagai penikmat dan pengguna teknologi itu tidak bisa memanfaatkan teknologi tersebut sesuai yang diharapkan.
“Dari tahun ke tahun, teknologi berkembang kian pesat. Kini masyarakat Indonesia sudah bisa menikmati layanan internet cepat 4G LTE dari berbagai operator. Hadirnya internet broadband 4G LTE yang terjangkau oleh semua kalangan memicu lahirnya berbagai layanan baru. Terlebih dengan jumlah populasi Indonesia yang sangat besar menjadikan negara ini pasar yang sangat potensial,” kata Iman Aulia.
Seperti diketahui, meskipun telah menggelar layanan 4G, namun masih terdapat beberapa permasalahan yang belum terselesaikan. Seperti jumlah pengguna 4G yang tergolong belum banyak dan merata di seluruh wilayah Indonesia, hingga device yang tersedia harganya belum sesuai dengan target pemerintah.
Sementara itu, Dian Siswarini selaku CEO XL mengungkapkan harapannya kepada pemerintah agar perizinan mengenai network sharing lebih jelas.
“Harapan kami kepada pemerintah bahwa bagaimana infrastruktur telekomunikasi menjadi lebih efisien, karena kalau melalui layanan data itu marginnya cukup berbeda, dan kami minta dari regulator supaya ada regulasi lebih jelas mengenai network sharing ini, termasuk dengan modernisasinya, karena dengan network sharing, kita bisa menghasilkan efisiensi hingga 40-50% baik untuk capex ataupun opex,” ujarnya pada saat kegiatan ini berlangsung (18/5).
Hal senada juga diutarakan oleh Presiden Direktur Smartfren, Merza Fachyz yang menyebutkan, “meledaknya tuntutan data itu adalah meningkatnya kapasitas jaringan, kunci utamanya adalah seberapa besar spektrum itu kita punya, kebutuhan ledakan data mendorong kita meningkatkan kapasitas jaringan, dan bukan dengan capex lagi dan salah satu nya dengan network sharing”, paparnya.
Berbeda dari kedua operator sebelumnya, Telkomsel merasa kurang setuju terhadap network sharing, namun jika memang diharuskan, setidaknya operator lainnya juga harus membangun BTS yang sepadan dengan milik Telkomsel, agar beban BTS tidak terlalu besar.
Sementara untuk Indosat, mereka merasa bahwa hadirnya jaringan 4G membantu pertumbuhan pengguna data mereka.
Sedangkan Hutchison Tri yang diwakili oleh Danny Buldansyah mengungkapkan agar industri telko di Indonesia menjadi sehat, seharusnya layanan 4G yang dijual oleh para operator tidak lebih murah ketimbang layanan 3G.
Rudiantara sendiri menyikapi semua keluhan tersebut, seperti sudah pasti akan melakukan frekuensi sharing. “Secara umum kebijakan frekuensi ini kita akan dorong kearah agregasi, biarkan operator berkreasi untuk mendapatkan benefit engine nya sendiri,” tukasnya.