Telko.id – Huawei RuralStar, baru saja diperkenalkan oleh Huawei Indonesia. Sebuah solusi untuk bangun jaringan di daerah 3T (terluar, terdepan, dan tertinggal) di Indonesia. Memang untuk membangun diwilayah Indonesia agar semua nya terkoneksi internet tidak mudah. Yang menjadi kendala terbesar adalah masalah geografis.
“Penerapan Huawei RuralStar ini bisa menjadi sebuah ‘keajaiban mobilitas’ bagi wilayah- wilayah yang selama ini belum tersentuh dengan konektivitas,” ujar Alex Xing, Chief Technology Officer Huawei Indonesia, pada sebuah diskusi panel, Selasa (15/12).
“Solusi Huawei RuralStar ini menghadirkan beragam inovasi, salah satu contohnya adalah penggunaan teknologi surya yang hemat energi sebagai solusi ketika muncul permasalahan terutama bagi wilayah-wilayah yang belum tersentuh oleh energi listrik. Solusi cell-site yang dilengkapi dengan kapabilitas untuk mencukupi kebutuhan energi secara mandiri ini mampu menangkap energi cahaya dan panas yang dipancarkan oleh matahari, terlebih bagi negara-negara yang terletak di sekitar ekuator, guna menghadirkan konektivitas jaringan yang berkesinambungan,” imbuhnya.
Huawei RuralStar ini mendukung pengembangan jangkauan jaringan seluler nasional yang makin luas, dengan konsumsi daya yang makin rendah dibandingkan solusi cell- site standar yang ada saat ini.
Selain itu, konsumsi daya pada komponen base band dan unit radio yang terdapat pada situs pemancar seluler ini lebih rendah dibandingkan dengan pada BTS makro standar lainnya, karena suplai energinya berasal dari panel surya, alih-alih dari generator disel yang mahal. Dengan demikian, biaya energi dan emisi CO2 bisa ditekan sedemikian rupa.
Seperti kita ketahui, saat ini, ada lebih dari 83.218 desa dengan 6.790 di antaranya bahkan belum terjangkau oleh jaringan 2G, 6.212 desa belum terjangkau oleh jaringan 3G, sementara sebanyak 12.548 belum terjangkau oleh jaringan 4G.
Dan, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menekan angka kesenjangan digital ini, khususnya di wilayah-wilayah yang belum terjangkau, yakni di daerah-daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T). Guna mewujudkan pemerataan jangkauan konektivitas secara umum, pemerintah sendiri menargetkan komitmennya untuk menghadirkan konektivitas hingga di wilayah-wilayah yang belum terjangkau dalam kurun waktu dua tahun ke depan.
Dengan adanya kebutuhan untuk mewujudkan pemerataan konektivitas broadband untuk semua, serta menimbang kendala yang besar apabila menggelar jaringan kabel fiber, juga tingginya keterbatasan akibat adanya koneksi warisan pada akses fixed wireless.
Alex menuturkan, “Huawei RuralStar ini sangat cocok untuk dimanfaatkan di sekolah-sekolah, area-area publik, hingga bagi masyarakat di daerah-daerah terpencil.”
Pada intinya, penerapan solusi Huawei RuralStar akan mampu memangkas TCO sekaligus menghadirkan konektivitas dengan biaya murah bagi daerah-daerah terpencil.
Saat ini, proyek Huawei RuralStar telah berjalan secara komersial di lebih dari 110 jaringan di lebih dari 50 negara dan menjangkau setidaknya 50 juta penduduk dunia, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah terpencil dengan proses penggelaran lapangan yang simpel, instalasi yang mudah, desain hemat energi dan dilengkapi dengan teknologi baterai yang mutakhir. (Icha)