Telko.id – Trikomsel setelah beberapa tahun belakangan ini begitu cemerlang nama nya, tersandung masalah keuangan. Awal Januari 2016, akhirnya saham perusahaan ini di suspen atau dihentikan sementara perdagangannya mulai Rabu (6/1/2016)
Kepala Penilaian Perusahaan BEI Kristian Manullang menuturkan, suspensi dilakukan untuk menghindari perdagangan yang tidak wajar atas efek Perseroan. Suspensi dilakukan mulai sesi pertama perdagangan saham Rabu pekan ini hingga pengumuman lebih lanjut.
Suspensi juga dilakukan mempertimbangkan Surat PT Trikomsel Oke Tbk Nomor 110/CST-TRIO/2015 pada 28 Desember 2015 soal Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) PT Trikomsel Oke Tbk dan Surat Perseroan Nomor 001/CST-TRIO/2016 pada 4 Januari 2016 perihal penyampaian penjelasan terkait PKPU.
Kondisi yang dialami oleh Trikomsel ini diharapkan tidak terus berkelanjutan. Pasalnya, jika sampai terjadi hal terburuk, misalnya, tutup maka secara industri telekomunikasi juga akan terganggu. Bagaimana tidak, Trikomsel memiliki asset yang sangat dibutuhkan oleh industri telekomunikasi yakni retail shop yang cukup banyak. Terakhir, jumlah retail shop dengan brand Oke shop dan Global Teleshop masih berada di angka 700 outlet. Saat ini, tidak ada distributor yang memiliki jumlah retail shop dengan jumlah yang ratusan. Tentu hal ini akan mengganggu aliran ponsel di Indonesia.
Saat ini, memang Trikomsel tidak memiliki kerjasama secara langsung dengan vendor ponsel. Tetapi dengan jumlah retail yang begitu besar menjadi jalur distribusi bagi para distributor lain untuk menyalurkan ponsel ke seluruh pelosok Indonesia. Hal ini, yang kemudian coba terus dijalankan oleh Trikomsel dalam kondisi sulit ini. “Pokoknya jumlah pengambilan ponsel tidak banyak. Cukup saja untuk stok di toko,” ujar salah satu pegawai Oke Shop yang tidak mau disebutkan namanya menjelaskan.
Menurut Susanto susilo, pengamat industri telekomunikasi, satu-satunya jalan keluar agar Trikomsel ‘selamat’ adalah dengan mencari investor baru. Apakah investor dari dalam negeri? Rasanya tidak karena dana yang dibutuhkan oleh Trikomsel cukup besar. Setidaknya, agar mampu berjalan dengan baik lagi, Trikomsel membutuhkan dana setengah dari hutang yang dimilikinya.
Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan ke BEI, PT Trikomsel Tbk mencatatkan liabilitas jangka pendek mencapai Rp 3,8 triliun pada 30 September 2015 dari periode 31 Desember 2014 sebesar Rp 3,26 triliun. Utang jangka panjang mencapai Rp 3,67 triliun pada 30 September 2015.
Utang bank jangka pendek perseroan antara lain pinjaman ke PT Bank Negara Indonesia Tbk mencapai Rp 1,08 triliun dan PT Bank Mandiri sebesar Rp 476,28 miliar.
Lebih lanjut Susanto juga menjelaskan bahwa saat ini jika bicara tentang Raja Voucher, Telesindo rajanya. Erajaya adalah Raja Distribusi sedangkan Trikomsel masih menjadi Raja Retail Shop. Tidak ada distributor lain yang memiliki asset retail shop sebanyak Trikomsel. Itu sebabnya, Susanto yakin bahwa Trikomsel akan tetap bisa survive. (Icha)